Friday, July 29, 2011

Tiga Jasa Pendidikan Dalam Satu Atap

Menengok tawaran waralaba kursus tiga program pendidikan COME

Fahriyadi, Kontan, 27 Juli 2011

JAKARTA. Setiap orangtua tentu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi buah hati mereka. Maklum, menurut orangtim. pendidikan adalah pintu menuju masa depan.

Untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik, tak jarang orangtua rela mengeluarkan biaya ekstra Termasuk membiayai anak ikut pendidikan nonformal seperti kurus, bimbingan belajar hingga les privat. Keinginan para orangtua itu pula yang dilirik PT Come Indonusa. Perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan ini menawarkan tiga jasa pendidikan yakni; kursus bahasa Inggris, pelatihan komputer, dan bimbingan belajar dengan merek COME (course make easy).

COME menawarkan jasa pendidikan nonformal pertama kali pada 2008 silam dengan mengambil lokasi di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Setelah tiga tahun beroperasi, tepatnya Maret 2011 lalu, barulah COME menawarkan waralaba ke publik. Saat ini, COME sudah memiliki 10 cabang milik sendiri dan empat cabang berstatus terwaralaba

Ibnu Dwi Lesmono, General Manager PT Come Indonusa bilang, COME memiliki keunggulan karena menawarkan tiga paket usaha pendidikan sekaligus; kursus bahasa Inggris, pelatihan komputer dan bimbingan belajar. "Investasinya satu saja, tapi mendapat tiga usaha," kata Ibnu.

Walaupun banyak kompetitor, Ibnu mengakui optimistis dengan tawaran investasi dari COME. Ia melihat, COME masih punya peluang karena masyarakat sudah jenuh dengan lembaga pendidikan non formal yang ada "Kesempatan masih terbuka," tegas Ibnu.

Ibnu menawarkan dua paket investasi kepada para calon terwaralaba. Pertama paket investasi komplit senilai Rp 200 juta. Jika mengambil paket ini, terwaralaba mendapat seluruh peralatan pendidikan seperti komputer, kursi, meja, dan tenaga pengajar.

Dengan investasi Rp 200 juta, Ibnu menjanjikan balik modal sekitar dua tahun. Itu dengan catatan omzet yang diperoleh Rp 25 juta-Rp 30 juta per bulan. Omzet itu dapat diperoleh dari 50-60 siswa yang ikut kursus dengan bayaran Rp 500.000 per anak.

Selain investasi awal, terwaralaba juga membayar royalti fee sebesar 15%. Royaltiy fee dikutip COME pada bulan ketujuh setelah terwaralaba mengoperasikan lembaga pendidikan tersebut

Pola investasi kedua sebesar Rp 50 juta berupa kemitraan. Bila mengambil paket, mitra hanya mendapatkan kewenangan menggunakan merek COME, serta mendapatkan tenaga pengajar. Ibnu bilang, dari empat mitra COME, tiga mitra memilih investasi yang pertama

Erwin Halim, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting, menilai, tawaran waralaba COME ini menarik sebab program ini dijual saling terkait satu sama lain. "Konsep ini, memiliki pasar yang bagus," kata Erwin.

Tiga program pendidikan nonformal dalam satu atap, menurut Erwin bisa mengancam waralaba kursus yang sudah ada.

Namun demikian, Erwin menyarankan COME mengedukasi masyarakat tentang jasa yang mereka tawarkan. "Ini penting guna merebut pasar yang selama ini diambil pemain lama," saran Erwin.

Kata Erwin, pendidikan adalah pasar franchise terkuat kedua setelah makanan karena paket COME ini tetap menjanjikan, asalkan masyarakat mengerti dan menerima konsep COME ini.



COME
JI Bendungan Hilir Raya Blok Gl No. 3A
Jakarta Pusat
Telp. 021-5744730

Wednesday, July 20, 2011

Senyum Laba Pendidikan Khusus

Membaca tawaran waralaba pendidikan anak berkebutuhan khusus Prokids



Fahriyadi, Kontan , 19  Juli 2011

Cara mendidik anak berkebutuhan khusus tentu berbeda dengan anak normal. Selain membutuhkan kesabaran lebih tinggi, mereka juga perlu terapi khusus agar siap menghadapi masa depan.Untuk itulah, kemudian muncul sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan anak berkebutuhan khusus. Selain terapi, sekolah-sekolah itu juga menyediakan layanan homeschooling. Nah, salah satu menyediakan fasilitas itu adalah Prokids yang berlokasi di Sunter, Jakarta Utara.

Berdiri sejak 2001, Prokids melayani terapi dan pendidikan anak autis, hiperaktif, gangguan konsentrasi, terlambat bicara, gangguan syaraf dan motorik, mental dan down syndrome.

10 calon mitra

        Setelah 10 tahun beroprasi, Prokids sejak Juni 2011 menawarkan konsep waralaba. “Setelah 10 tahun, tentu konsep manajemen kami sudah matang, “ujar Eko Budiono, Wakil Supervisor Prokids.
        Eko mengaku, konsep waralaba yang ditawarkan mendapatkan respon baik masyarakat. Apalagi, tawaran waralaba atau franchise ini cukup unik. Repon baik itu dibuktikan dari masuknya 10 calon mitra yang serius bergabung.
        Para calon mitra yang akan bergabung, nantinya harus membayar investasi senilai Rp 200 juta. Dana investasi itu selain dipakai untuk pembelian perlengkapan lengkap, juga untuk melatih pengajar. “Pelatihan akan dilakukan sebulan penuh,”kata Eko.
        Untuk memulai usaha di bidang ini, diperlukan tempat usaha dengan luas minimal 180 m2. Dengan masa kerjasama selama lima tahun, mitra diwajibkan membayar royalty fee sebesar 7% dari omzet perbulan.
       
     Dengan asumsi omzet perbulan diatas Rp 150 juta, Eko menjamin mitra akan balik modal paling lama dua tahun. Omzet didapatkan dari berbagai layanan yang disediakan Prokids. Jenis layanan yang ditawarkan antara lain, observasi dini dan konsultasi  psikiater anak, psikolog, dan peadagog atau ahli pendidikan anak.
        Pelayanan terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensory integration, fisioterapi, dan terapi pendidikan. Prokids juga melayani homeschooling anak berkebutuhan khusus, day care, dan kursus berenang.”Prokids ini semacam one stop living yang dapat melayani apa yang diperlukan anak berkebutuhan khusus,”imbuhnya.
        Berbagai layanan itu ditunjukan terutama untuk anak-anak dengan usia mulai 2,5 tahun hingga remaja 15 tahun. Untuk mendapatkan layanan konsultasi , konsumen harus membayar Rp 85.000 per jam.
        Erwin Halim, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting menilai tawaran Prokids cukup menarik karena unik.” Pendidikan ini akan selalu dibutuhkan, namun memliki keterbatasan, ‘katanya.
        Selain keterbatasan pasar yang dituju, layanan yang ditawarkan oleh Prokids kebanyakan hanya bisa didapatkan oleh kalangan menengah atas.Oleh karena itu, dia menganjurkan agar ada  pembatasan mitra di satu wilayah.
        Jika jumlah mitra di satu wilayah terlalu banyak maka kue pasar yang diperebutkan juga semakin mengecil. Dengan kue nan kecil tentu akan berdampak buruk karena kemungkinan akan saling  mematikan. “Kebutuhan pendidikan anak berkebutuhan khusus selalu ada, terutama di kota-kota besar,”katanya.

Prokids
Rukan Sunter permai
Blok C No.12, Sunter,
Jakarta Utara
Telp: 021-6516170
       

Tuesday, July 19, 2011

Mencelup Laba di Semangkuk Bakso

Mencicipi tawaran kemitraan Bakso Celup asal Bandung




Handoyo, Kontan 14 Juli 2011
JAKARTA. Siapa yang tak kenal bakso. Kudapan ini begitu populer di Indonesia. Penggemarnya mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
      Penggemar bakso yang sangat banyak ini tentu saja mengundang peluang yang menggiurkan pengusaha bakso. Meski telah mendulang sukses dengan bisnis kemitraan Bakso Kaget, Bakso Kaget Indonesia tak berhenti berekspansi. Perusahaan bermarkas Bandung, Jawa Barat ini kembali menawarkan usaha kemitraan bernama Bakso Celup, Mei 2011 lalu.
      Dengan mengusung inovasi dalam hal kemasaan, Bakso Celup optimis akan meraih banyak peminat, “ Walau  baru dimitrakan, kini sudah ada 70 mitra yang tertarik,” klaim Sari Sumiati, Marketing Bakso Kaget Indonesia.
      Menurut Sari, dari 70 mitra yang bergabung, 30 di antaranya sudah mulai membuka usaha, sedangkan sisanya masih dalam proses perakitan dan pengiriman barang. Beberapa mitra ini berasal dari Jabodetabek  dan kota-kota di luar Jawa, seperti Banjarmasin, Makassar hingga Papua.
      Maklum, respon kemitraan ini sangat baik
karena Bakso Celup menawarkan biaya investasi yang murah. Untuk bergabung, calon mitra hanya cukup menyetorkan dananya sebesar Rp 12 juta. Selanjutnya, mitra  akan mendapatkan peralatan pendukung usaha, seperti booth, kompor, dandang, 500 butir bakso plus bumbu kuah, seragam, serta 500 kemasan bakso celup.
      Jika kebanyakan pedagang menyajikan menu bakso kedalam sebuah sebuah mangkuk, Bakso Celup punya kemasan khusus berupa mangkuk kertas sekali pakai. Pasalnya, mereka mengusung konsep take away, sehingga mitra bisa berhemat dengan tidak menyediakan meja, kursi serta mangkuk.
      Selain memiliki sertifikasi halal, bebas borak dan formalin, keunggulan lain dari Bakso Celup ini juga berasal dari rasa kuah. “ Keistimewaan kuah bakso itu berasal dari campuran rempah dan kaldu sapi asli, “ ujar Sri.
      Bakso celup yang tiap butirnya memiliki kandungan daging hampir 90% ini dijual dengan Rp. 8000 per porsi. Mitra akan mendapatkan margin sebesar 30% per porsi. Untuk tiap porsi bakso yang dibeli, paling tidak mitra bisa memperoleh margin sebesar 30%.
      Agar rasa bakso tetap terjaga kualitas dan rasanya, Sri mengajurkan mitra membeli basko dari pusat dengan harga Rp 900 per butir. Sedangkan untuk bumbu kuah, harganya Rp 10.000 untuk ukuran satu galon dan Rp 7.000 untuk ukuran setengah galon.
      Dengan harga yang bersaing untuk tiap porsinya, Sri menargetkan mitra dapat menjual 50 hingga 80 porsi tiap harinya. Dengan penjualan itu, dia menghitung mitra akan balik modal dalam kurun waktu tiga bulan. Lantaran menagdopsi konsep kemitraan,   Bakso Celup tentu tak mengutip franchise fee maupun management fee.
      Pengamat waralaba dari Proverb Consulting Erwin Halim menilai, jika bentuk investasi yang ditawarkan oleh Bakso Celup tergolong murah. Sedangkan untuk kemasan Erwin menilai apa yang dilakukan oleh Bakso Celup merupakan suatu terobosan baru pada sajian bakso. “ Keuinikan kemasan juga menjadi salah satu penarik perhatian dari konsumen,”kata Erwin.
      Jika menyasar pada kalangan  menengah ke bawah, harga seporsi Rp 8.000 juga masih sesuai. Hanya,  Erwin menambahkan, karena Bakso Celup merupakan produk co-branding dari Bakso Kaget, ada baiknya calon mitra yang akan bergabung disini, melihat track record dari Bakso kaget terlebih dahulu.
Bakso Celup
Jl Papan Kencana I No 42
Ruko KOpo plaza
Bandung 40232
Telp. 022 6036695
Bakso kaget@yahoo.com


Tuesday, July 12, 2011

Peluang Waralaba Mengajar di Rumah

Melongok waralaba pendidikan alternatife Homescoling Primagama

Gloria Natalia, Kontan 1 April 2011
Bisa jadi karena sekolah formal tidak memenuhi harapan banyak orangtua, maka muncul kesadaran untuk menyekolahkan anak di rumah atau dalam kelompok belajar kecil. Tujuannya agar kemampuan dan minat anak lebih terasah dan fokus mendalaminya.

Homeschooling Primagama (HSPG) melihat celah ini. Lembaga pendidikan ini melayani pendidikan SD hingga SMA dan menyasar kelas menengah ke atas. Pendidikan ini bisa diikuti siswa yang juga bersekolah formal atau siswa yang tidak masuk sekolah formal. "Kami membimbing siswa dengan melihat potensi serta memfokuskan bakat anak," kata Direktur HSPG Kusnanto.

Lembaga pendidikan alternatif ini menggunakan dua kurikulum sekaligus, yakni kurikulum nasional dan kurikulum internasional. Layaknya siswa di sekolah formal, siswa HSPG pun bisa ikut Ujian Akhir Nasional (UAN), juga Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (UNPK).

Karena berbasis kurikulum Cambridge International, siswa dapat ikut ujian dari Cambridge. Dengan begitu, siswa dapat memilih mengantongi ijazah formal dengan UAN, ijazah nonformal dengan UNPK, atau ijazah internasional dalam Cambridge International Examination.

HSPG menawarkan bentuk pengajaran individu dan komunitas. Bila siswa ingin belajar di rumah, pengajar Primagama akan datang mengajarinya. Jika siswa ingin belajar dalam komunitas, ia bisa datang ke kelas di kantor HSPG. Satu komunitas belajar hanya menampung maksimal lima siswa. "Satu siswa bisa dibimbing lima atau enam pengajar. Ini karena setiap pengajar mewakili satu atau dua bidang studi," imbuhnya.

Sejak dua tahun lalu, HSPG membuka program waralaba. Hingga saat ini sudah ada 11 mitra HSPG. Di Jakarta sudah berdiri tiga mitra HSPG. "Sebentar lagi HSPG juga akan hadir di Bogor, Denpasar, Surabaya, Balikpapan, dan Banjarmasin," kata Kusnanto.

HSPG menawarkan waralaba senilai Rp 224,5 juta. Nilai ini mencakup biaya kerja sama usaha Rp 75 juta, biaya survei Rp 2 juta, sarana belajar dan perlengkapan Rp 45 juta, renovasi Rp 55,5 juta, pemasaran Rp 37 juta, dan biaya lain-lain Rp 10 juta. Investasi itu di luar biaya tenaga kerja, biaya listrik, air, dan telepon, serta biaya pemeliharaan gedung.

Jumlah guru disesuaikan dengan jumlah dan kebutuhan siswa. Kusnanto mencontohkan, HSPG Yogyakarta memiliki 40 pengajar yang melayani siswa individu dan siswa komunitas. Mitra harus menyediakan minimal lima ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, dan ruang musik. "Ruko dua lantai cukup," ujar Kusnanto.

Pendapatan mitra berasal dari uang pendaftaran, uang SPP per bulan, uang pangkal, uang kegiatan per semester dan uang ujian tiap akhir periode. "HSPG Yogyakarta dengan sekitar 60 siswa dapat meraup omzet Rp 1,7 miliar per tahun," tutur Kusnanto. Ia menargetkan bisa menjaring banyak mitra agar HSPG ada di setiap kota di Indonesia.

Pengamat waralaba Erwin Halim menuturkan, bila HSPG punya target kelas menengah ke atas, lembaga pendidikan ini harus mempromosikan diri di kota-kota besar. "Jalur pemasarannya harus cari bentuk lain, misalnya lewat lomba atau kegiatan yang berhubungan dengan pelajar," katanya.

Erwin menilai pelajar yang mengikuti homeschooling kemungkinan besar tidak memiliki kehidupan sosial serupa pelajar sekolah formal. Pelajar homeshooling belajar secara individual atau hanya di kelompok kecil. "HSPG harus menutupi kebolongan itu dengan cara menyelenggarakan acara-acara unik untuk mendekatkan anak dengan kehidupan sosial," tutur Erwin.

Homeschooling Primagama (HSPG)
Jl. Diponegoro 89, Yogyakarta
(0274) 548443, 520418, 0811258245

Mengabadikan Laba dari Jasa Fotografi

Empat paket waralaba photostyle Bizz di bisnis jasa fotografi

Handoyo, Kontan, 3 Juni 2011
BISNIS fotografi punya banyak varian. Mulai dari foto box yang kini menjamur di mal-mal hingga jasa pemotretan pernikahan, liputan momen terpenting, serta untuk kepentingan promosi suatu produk. Toh, semuanya punya pasar sendiri-sendiri. Ini pula yang membuat pebisnis terus saja mencoba menangkap peluang bisnis di bidang fotografi.

Salah satunya Daniel Pribadi. Mendirikan Photostyle Bizz sejak delapan tahun yang lalu, Daniel menawarkan waralaba sejak November 2010. Walau masih belum ada terwaralaba yang bergabung, sudah ada empat calon terwaralaba yang tertarik dengan Photostyle Bizz.

Keempat calon ini berasal dari Pekanbaru, Makassar, Bogor dan Jakarta. "Saat ini, kami masih dalam proses pembicaraan dengan ke empat calon terwaralaba tersebut," tutur Daniel.

Menurut pandangan Daniel, saat ini, bisnis fotografi sudah berubah ke arah one stop service. Proses pengambilan gambar, pengolahan, hingga cetak dilakukan di satu tempat yang sama. Makanya, meski Daniel tidak mematok calon terwaralaba untuk menjadi fotografer, ia akan tetap mengajarkan teknik foto hingga proses pencetakan.

Ada empat tipe paket investasi yang Daniel tawarkan paket Home Business senilai Rp 75 juta, paket Profesional Rp 150 juta, paket Profesional Plus senilai Rp 225 juta, dan Platinum dengan investasi awal sebesar Rp 350 juta.

Dengan alasan persaingan bisnis fotografi di Jakarta sangat tinggi, Daniel mempersilakan terwaralaba menggunakan nama sendiri. Namun, ia akan mengutip biaya sebesar Rp 15 juta. Sedangkan bagi terwaralaba di luar Jabodetabek, Daniel menyarankan agar tetap menggunakan brand Photostyle Bizz.

Jika calon terwaralaba tertarik untuk mengembangkan usaha fotografi tapi tidak mau repot dengan berbagai perlengkapannya, Daniel menya Terwaralaba yang tak maurepot bisamengambil paket

Home Business.rankan agar mengambil paket Home Business. "Mereka hanya cukup di rumah dan menjadi marketing saja," ujarnya. Pihak Daniel akan mempersiapkan produksi dari awal hingga akhir.Bila menginginkan bisnis fotografi komplet, calon terwaralaba lebih baik memilih jenis paket Platinum. Dalam paket ini, mitra akan mendapat berbagai perlengkapan foto, peralatan cetak plus mesin pembuat album. Oli iya, paket Home Business hanya berlaku di Jabodetabek.

Untuk menjalankan bisnis fotografi ini, terwaralaba harus membayar biaya royalti sebesar 7,5% dari total omzet Daniel menghitung, sebulan omzet yang bisa diperoleh mitra untuk paket Platinum ini sebesar Rp 60 juta hingga Rp 100 juta. "Profitnya bisa 80% dari omzet," katanya.

Dengan pendapatan itu, Daniel memperkirakan mitra bisa balik modal kurang darisatu tahun. "Ruko maupun mal menjadi pilihan yang tepat untuk memulai bisnis Photostyle Bizz," tutur Daniel berpromosi.Erwin Halim, Pengamat Waralaba Proverb Consulting menilai potensi waralaba fotografi ke depan masih terbuka lebar. Namun, karena persaingan yang ketat, perlu keunikan untuk menarik pasar. "Alangkah baiknya jika bisnis fotografi ini lebih diseg dengan membidik pasar tertentu," kata Erwin.

Erwin menambahkan karena fotografi berkaitan dengan bisnis jasa, maka pelayanan bagi konsumen dan terwaralaba juga harus dijaga.

PT Rajawali Berkat Kelapa Gading,
Jakarta Utara
Telp 021-92802025
email : Photostylebizz® yahoo.com

Menyeruput segar laba kemitraan es kelapa muda

Dharmesta, Kontan 5 Juli 2011


Air kelapa muda bisa menjadi pelepas dahaga saat cuaca panas seperti sekarang. Selain menyegarkan, air kepala juga dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti memperlancar sirkulasi darah.

Air kelapa pun mengandung nutrisi, vitamin, dan mineral sehingga cocok untuk melawan dehidrasi. Beragam manfaat tersebut membuat kegemaran masyarakat meminum air kelapa terus meningkat.
Peluang inilah yang dimanfaatkan Joko Guntoro untuk menawarkan kemitraan es kepala muda. Ia mendirikan usaha bernama Es D'goen ini sejak tahun 2008. 

Untuk mengembangkan usaha, Guntoro mulai menawarkan kemitraan sejak Juli 2010. Setelah genap setahun, saat ini Es D'goen memiliki 130 mitra yang tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Medan, dan Papua.


Puding dan milkshake

Berbeda dengan es kepala muda biasa, Es D'goen menjual produk es kelapa asli dicampur puding, jeli, dan milkshake. Harga untuk setiap gelas D'goen berkisar Rp 5.500 sampai Rp 12.000, tergantung dari campurannya. 

Untuk menarik pembeli, beberapa nama unik dipilih untuk menu Es D'goen. Menu-menu yang ditawarkan antara lain Es D'goen jatuh hati, Es D'goen terkesima, dan Es D'goen milkshake. "Itu merupakan salah satu strategi pemasaran untuk menarik orang membeli," kata Guntoro.

Guntoro menawarkan empat paket kemitraan. Paket A senilai investasi Rp 10 juta, paket B dengan investasi Rp 25 juta, paket C senilai Rp 7,5 juta, dan paket D dengan investasi senilai Rp 12,5 juta.
Paket B merupakan paket baru yang ditujukan untuk pasar mal. Adapun paket lainnya disarankan untuk lokasi dekat sekolah atau minimarket. Untuk paket B, Guntoro menyarankan mitra menaikkan harga jual 50% menjadi Rp 8.250–Rp 18.000 tiap porsinya. "Itu untuk mal di Jakarta. Kalau terlalu murah, pengunjung malah ragu," katanya.

Dengan investasi itu, selain stan (booth) jualan, mitra juga mendapat bahan baku awal untuk 300 gelas. Namun, setelah 300 gelas itu habis terjual, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat.
Harga satu paket puding ukuran 600 gram Rp 25.000 untuk 40 gelas. Adapun sirup satu liter seharga Rp 25.000 untuk 30 gelas, dan serbuk milkshake seharga Rp 15.000 untuk 15 gelas. Mitra juga harus membeli kelapa muda seharga harga Rp 4.000 per butir untuk 15 gelas.

Tak hanya empat paket tersebut, D'goen menawarkan pula paket master dengan investasi Rp 50 juta sampai Rp 100 juta. Paket master Rp 50 juta untuk wilayah kota, sedangkan master Rp 100 juta untuk wilayah provinsi. Dengan paket master, mitra merekrut mitra lagi untuk paket B atau paket A.
Handoyo sudah mencoba keberuntungan laba Es D'goen sejak November 2010 lalu. Ia mengambil paket master di Malang dengan investasi Rp 22 juta. Sayang, sampai saat ini, dari tiga booth paket A yang didapatkan, penjualannya belum sesuai dengan harapan.

Salah satu gerainya di Dieng Plaza, Malang, hanya memperoleh omzet Rp 4,5 juta per bulan. "Mungkin ini dipengaruhi cuaca Malang yang dingin. Saya pernah survei ke Surabaya dan penjualannya ramai," ujar Handoyo.

Ia pun lantas meminta saran dan bantuan pusat. Ia disarankan untuk ikut pameran waralaba. Handoyo mengakui edukasi kepada calon mitra kurang. Itulah sebabnya, di awal usaha, dia mengaku kebingungan dalam membuat minuman. Namun seiring dengan berjalannya waktu, pelayanan semakin membaik.

Erwin Halim, pengamat waralaba Proverb Consulting, menyarankan calon mitra agar benar-benar melakukan survei lokasi untuk mengetahui lokasi. "Minimal ada jawaban, kenapa di Jakarta atau di kota lain perkembangan tak begitu bagus," katanya.

Erwin mengakui prospek D'goen cukup bagus. Apalagi dengan nama dan produk es kepala muda yang unik. Jumlah mitra yang banyak juga menandakan produk ini cukup diterima masyarakat. 

CV D'Goen
Jl. Jaksa Agung Suprapto Nomor 23, Kediri, 
Jawa Timur
HP: 081359690000


Baba Rafi Masuk Nasi Goreng


 Menimbang tawaran kemitraan Nasi Goreng Kebab Baba Rafi

Handoyo , Kontan, 7 Juli 2011
Meski telah mendulang sukses dengan bisnis kemitraan Kebab Turki Baba Rafi, PT Baba Rafi Indonesia tak berhenti berekspansi. Perusahaan bermarkas di Surabaya ini kembali menawarkan usaha kemitraan lainnya: Nasi Goreng Kebab Baba Rafi.

Mereka mulai merintis usaha itu sejak akhir tahun 2009 lalu. Hendy Setiono, pendiri sekaligus pemilik Baba Rafi Indonesia, mengungkapkan bahwa Nasi Goreng Kebab Baba Rafi merupakan lini usaha baru yang hadir untuk melayani para konsumen pecinta masakan nasi goreng.

Selama dua tahun membuka gerai nasi goreng, Hendy mengatakan, usahanya itu mendapat respon yang baik dari konsumen. Kini, ia sudah memiliki enam gerai nasi goreng punya sendiri. Hendy bilang, omzet gerainya rata-rata Rp 350.000 per hari.


Baru pada Juli 2011 ini, Hendy mulai menawarkan kemitraan Nasi Goreng Kebab Baba Rafi. Meski baru, ia sudah mengantongi 10 calon mitra yang tertarik bergabung dalam kemitraan ini. Para calon mitra itu mayoritas berasal dari Jakarta dan lainnya dari Makassar serta Surabaya.

Dibandingkan dengan kemitraan Kebab Turki Baba Rafi, investasi Nasi Goreng Kebab Baba Rafi jauh lebih murah. Mitra cukup menyediakan dana sebesar Rp 45 juta untuk membuka gerai nasi goreng ini. Di luar sewa tempat, mitra bakal menerima berbagai fasilitas tambahan, seperti booth, perlengkapan memasak, survei lokasi, dan pelatihan karyawan. Lantaran mengadopsi konsep kemitraan, Nasi Goreng Kebab Baba Rafi tentu tak mengutip franchise fee maupun management fee.

Walau hanya menyajikan menu nasi goreng, konsumen juga bisa memilih beberapa macam topping sesuai dengan selera. Beragam topping disajikan antara lain cumi, ayam suwir, ayam pok-pok, kebab, bakso, dan jambal. Harga satu porsi nasi goreng lengkap dengan topping tersebut berkisar Rp 12.000.

Untuk menjaga kualitas masakan, Hendy menyarankan agar mitra membeli bumbu dari pusat. Ada dua jenis bumbu, yakni bumbu nasi goreng dan bumbu topping. "Masing-masing bumbu dikemas dalam saset, sehingga lebih praktis," ungkap Hendy.

Hanya, konsep penjualan di gerai nasi goreng ini adalah take away alias dibawa pulang. Oleh karena itu, Nasi Goreng Kebab Baba Rafi menyediakan kemasan khusus terbuat dari kertas.

Bila Anda tertarik menjadi mitra, proses pembukaan gerai tidak akan memakan waktu lama. Menurut Hendy, butuh tempo sekitar 1,5 bulan untuk bisa memulai usaha ini. Mitra harus melalui 10 tahapan dalam memulai bisnis tersebut, yaitu mulai dari presentasi bisnis, survei lokasi, penandatanganan MoU, hingga pembukaan gerai.

Pengamat waralaba dari Proverb Consulting Erwin Halim menilai, paket kemitraan Nasi Goreng Baba Rafi masih mengekor kesuksesan dari Kebab Turki Baba Rafi. Karena nasi goreng merupakan salah satu makanan yang mudah pembuatannya, ia menyarankan agar nilai investasinya lebih murah lagi.

Meski memiliki kemasan yang unik, menurut Erwin, kemasan itu juga akan ditiru. "Seperti halnya dengan kebab, ke depan pasti banyak yang meniru," katanya. Karena itu, ia juga menyarankan calon mitra untuk lebih jeli dalam memilih lokasi gerai.


Nasi Goreng Baba Rafi
Jl. RS Fatmawati No. 33,
Pondok Labu, Jakarta Selatan
Telp. 021-7660487
HP. 082122254183
jakarta@babarafi.com

Berawal dari pesan-antar lalu merambah restoran


Ragil Nugroho, Mona Tobing, Kontan, 5 Juni 2011

Bisnis makanan yang dimulai dengan konsep pesan-antar alias delivery bisa bertumbuh menjadi restoran dengan jaringan luas. Lihat saja kiprah bisnis Tri Prasetyo, pemilik jaringan restoran Matur TengkYu.

Sukses berbisnis kuliner dengan sistem delivery, membuat Tri percaya diri membuka restoran di awal tahun ini. Lantaran restorannya membidik segmen mahasiswa dan pekerja kantoran, Tri mengutamakan harga yang terjangkau. Ia menetapkan harga seporsi sajian ayam atau ikan gurame mulai dari Rp 11.000 hingga Rp 15.000.

Lantaran sudah lebih dulu terkenal dengan konsep pesan-antar, Tri pun menawarkan menu-menu yang sama di restorannya. Sebut saja, ayam kampung panggang klaten, ayam kremes dan nasi boks ayam. "Untuk menu ikan ada gurami bakar dan gurami asam manis," terang Tri.

Meski menunya sama, Tri yakin, para pelanggan Matur TengkYu yang biasa memesan menu lewat telepon akan beralih ke restoran.

Apalagi, dengan konsep restoran, Tri menyadari, masakannya harus benar-benar lezat. Maka, dia tak pelit memberi bumbu. "Kami memberi bumbu pada beragam sajian kami berkali-kali," ujarnya.

Misalnya, untuk membuat ayam dengan rasa gurih, Tri merendam ayam dengan santan kepala yang memberikan rasa gurih, manis dan asam. Tak hanya itu, "Sebelum direndam, kami melumuri ayam itu dengan bumbu, agar rasanya melekat," kata Tri yang menjamin seluruh bahan baku sajian Matur TengkYu dalam kondisi segar dan higienis.


Promosi jadi kunci

Agar restorannya sukses, Tri pun mengatur strategi promosi. Ia membuat promo harga supermurah paket menu di restoran Matur TengkYu. "Dengan harga Rp 3.000, para pelanggan dapat membeli nasi, ayam lengkap dengan pecel, sambal dan minuman," tutur Tri sembari promosi.

Lelaki asal Yogyakarta ini juga menyediakan lima paket nasi boks gratis dan diskon 50% di hari-hari tertentu. Tri yakin, dengan promosi yang bagus, omzet restorannya akan meningkat cepat.

Terbukti, pendapatan gerai restonya di Yogyakarta bisa mencapai Rp 80 juta setiap bulan. Omzet yang lumayan besar ini mendorongnya menawarkan konsep kemitraan. Apalagi, sebelumnya, Tri sukses menjaring 10 mitra dalam kemitraan pesan-antar.

Tri menawarkan paket investasi restoran senilai Rp 180 juta. Tak hanya dapat berjualan dalam bentuk restoran, dalam paket ini mitra juga bisa menjual beragam menu itu secara delivery.

Tri mengharuskan calon mitra memiliki bangunan seluas 100 m². "Lokasi tersebut harus memiliki area parkir yang luas dan jaringan listrik minimal 2200 watt," ujarnya. Karena juga memberikan layanan pesan-antar, mitra wajib menyediakan kendaraan sendiri.

Dengan asumsi penjualan 100 porsi tiap hari, Tri pun menghitung mitra bisa meraup omzet Rp 1,5 juta tiap hari. "Masa balik modal sekitar 22 bulan," ujarnya.

Menurut Erwin Halim, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting, bisnis makanan memiliki prospek cerah asal ada perbedaan dan keunikannya. Ia melihat keunggulan Matur Tengkyu terletak pada konsep pesan-antar. Karena itu, Erwin meragukan penawaran kemitraan restorannya bisa berkembang. "Yang jelas mereka harus hati-hati dan berusaha agar mitranya tidak mengalami kegagalan," ujarnya.


Matur Tengkyu
Jl. Ki Penjawi 5
Kotagede, Yogyakarta
Telp. 0274-4436901

Menyepit untung warung kepiting



Gloria Natalia, Kontan 14 Juni 2011

Berawal sebagai pemasok kepiting pada tahun 2009, sejak tiga bulan lalu Faizal Riza menawarkan peluang bisnis atau business opportunity (BO) Waroeng Kepiting Cak Gembul. Pengalamannya sebagai pemasok kepiting dengan 25 agen membuatnya yakin bisnis ini berjalan baik. "Aneka makanan kepiting akan menjadi menu utama," terang Faizal, yang asli Sidoarjo, Jawa Timur, berpromosi.

Faizal berharap warungnya bisa dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat. "Terlalu mewah kalau restoran," katanya. Ia ingin, kepiting, walau harganya mahal, bisa dinikmati semua orang.


Kepiting siap masak

Faizal menawarkan kesempatan bisnis dengan investasi Rp 15 juta, tanpa biaya sewa tempat. Dana investasi itu digunakan untuk hak penggunaan nama selama dua tahun sebesar Rp 4 juta, pembelian bahan baku Rp 6,4 juta, dan sarana promosi Rp 4,6 juta. Walau tak memungut royalty fee, Faizal berjanji akan terus melakukan pendampingan dan konsultasi usaha.

Menurut perhitungannya, dengan dana Rp 6,4 juta untuk bahan baku, mitra akan mendapatkan kepiting kecil sebesar 10 kg dan bumbu kepiting masing-masing 10 pak senilai Rp 1,05 juta. Mitra juga memperoleh kepiting sedang, besar, dan super, dengan berat masing-masing 30 kg.

Untuk sarana promosi, mitra nantinya akan mendapatkan banner, 6.000 brosur promosi dan seragam untuk empat orang karyawan. Tak lupa, lima spanduk promosi dan juga 100 pin promosi.

Untuk bahan baku kepiting, nantinya mitra tidak perlu repot meracik bumbu untuk menu-menu makanannya. Dia sudah menyediakan berbagai variasi menu, plus bumbunya. "Mitra tinggal menyiapkan lokasi, alat masak, dan karyawan," katanya.

Menu yang disediakan antara lain, sop kepiting, kepiting bumbu rujak, kepiting saus tiram, kepiting saus padang, kepiting lada hitam, dan kepiting asam manis. Harga jual akan ditentukan oleh besaran kepiting yang dipesan.

Misalnya, kepiting kare ukuran sedang harganya Rp 33.500 seporsi, sedangkan untuk kepiting ukuran besar harganya Rp 54.500 dan ukuran super Rp 74.500 per porsi. Harga seporsi menu yang lain, seperti kepiting lada hitam dan kepiting saus padang dengan ukuran sedang adalah Rp 38.600, porsi ukuran besar Rp 58.600, dan porsi ukuran super Rp 78.600.

Untuk pemilihan lokasi, Faizal menyarankan agar mitra memilih di tengah keramaian sehingga mudah terlihat. Saat pertama buka, mitra Waroeng Kepiting Cak Gembul hanya membutuhkan dua karyawan untuk memasak dan promosi. Namun jika usaha sudah mulai berkembang, setidaknya perlu ada penambahan dua karyawan lagi menjadi empat karyawan.

Karena baru tiga bulan berjalan, Faizal sampai saat ini belum menemukan mitra yang sesuai. "Banyak yang tertarik," klaim dia. Apalagi menurutnya, masakan yang spesifik menyajikan menu kepiting belum banyak.

Karena itu, dia berharap akan segera menemukan mitra yang tepat untuk Waroeng Kepiting Cak Gembul. Sambil mencari mitra, Faizal mengaku akan mematangkan konsep BO-nya sehingga bisa menjadi waralaba. "Kalau sudah menjadi waralaba nilai investasinya akan lebih tinggi," katanya.

Namun, menurut Konsultan waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim, tak mudah membuat BO menjadi waralaba. "Harus membuktikan bahwa usahanya menguntungkan terus-menerus selama lima tahun," katanya.

Agar terus bisa menguntungkan, Faizal disarankan terus menggali keunikan usaha, misalnya dengan memberikan bumbu khusus. Selain itu, pembuatan standard operating procedure juga harus dilakukan.




Waroeng Kepiting Cak Gembul
Jl. Johar II/16 Rewin Waru Sidoarjo, Jawa Timur
Telp: 0818307491,
085648659289

Meraih laba dengan berbagai varian olahan bebek



Mona Tobing, Kontan 10 Juni 2011

Konsumsi olahan daging bebek oleh masyarakat tampaknya semakin membesar. Ini ditandai dengan menjamurnya banyak gerai bebek di berbagai tempat. Padahal, dulu banyak konsumen enggan menyantap masakan daging bebek karena dagingnya alot dan berbau amis. Sekarang, menyantap bebek sudah jamak dilakukan orang. 

Apalagi, para penjaja kuliner bebek terus berinovasi. Selain membuat daging bebek terasa lebih nikmat dan lembut di mulut, mereka juga menyiasatinya dengan menyajikan bebek bersama sambal yang menggugah selera. 

Ali Bagus Antra, pemilik Bebek Garang, mengatakan, agar mampu memenangkan persaingan pasar, ia membuat bebek olahannya memiliki rasa yang khas.
Pengolahan melewati tiga tahapan, seperti dilakukan kebanyakan pebisnis kuliner bebek. Yakni, bebek diungkep, direbus dengan bahan dasar rempah-rempah, kemudian digoreng. Tapi soal apa saja bumbunya, itu menjadi rahasia dapur Ali. 

Ini pula yang menjadi keunggulan Ali ketika membuka restoran bebek di Bandung tahun 2008 dengan nama Bebek Garang. Apa lagi, ia juga merancang restorannya dengan suasana nyaman dan santai. "Semacam tempat nongkrong," terang pria berusia 28 tahun ini. Berbagai fasilitas permainan, seperti halma, monopoli, ludo, ular tangga serta wi-fi dia sediakan. Alhasil, ini bisa mengundang pembeli betah berlama-lama di restoran Bebek Garang. 

Ali pun menyediakan berbagai olahan bebek. Bebek debus bakar dan bebek kagok negro jadi menu paling banyak dipesan. "Sampai saat ini, ada tujuh menu bebek. Kami terus berinovasi pada olahan bebek," terang sarjana arsitektur yang juga menyediakan pancake dan omelet berbahan baku dari bebek. 

Sebagai tambahan nilai jual, Ali tak lupa menyediakan sambal yang nikmat dan gurih. Ada dua jenis sambal, yaitu sambal terasi dan sambal goreng. Ali menjanjikan sambalnya pas dan tidak menutup rasa bebek. "Saya membuat sambal yang tak menyiksa dan menyatu dengan rasa bebek," kata Ali. 

Setelah sukses dengan tiga gerai Bebek Garang di Jalan Braga, Jalan Sulanjana, dan Jalan Cibabat, Bandung, Ali yakin untuk menawarkan waralaba tahun ini. 

Ia menawarkan waralaba restoran bebek dengan nilai investasi awal Rp 200 juta. Investasi sebesar ini sudah termasuk biaya waralaba selama lima tahun, sewa tempat satu tahun dan pengadaan bahan baku lengkap beserta peralatan dan desain restoran. "Karena berbentuk restoran, kami tidak hanya fokus pada penjualan makanan, tapi juga paket pesan antar," terang Ali. 

Berdasarkan penjualan di ketiga cabangnya, Ali memperkirakan satu gerai bisa menjual 160 porsi bebek per hari. Satu pembeli umumnya berbelanja senilai Rp 25.000. Dengan hitungan itu, satu gerai bisa mencapai omzet Rp 120 juta per bulan. Terwaralaba bisa balik modal antara 11 bulan hingga 16 bulan. 

Pengamat waralaba Proverb Consulting Erwin Halim menilai, bebek telah menjadi makanan rakyat dan memiliki pasar bagus. Namun sayangnya, bebek belum menggantikan posisi ayam sebagai lauk yang paling banyak digemari masyarakat. "Masih sebatas pelengkap," ujarnya. 

Meski begitu, imbuhnya, bebek tetap dapat menjadi kuliner yang bagus, asal ada pemetaan pasar. Misalnya pemilihan lokasi tempat untuk sekelas restoran bebek.

Bebek Garang
Jalan Braga 34, Bandung, 
Jawa Barat
Hp: 08195588053

Tawaran kemitraan ayam goreng murah masih berlimpah


Jumat, 06 Mei 2011 oleh Ragil Nugroho

     Sebagai sebuah menu makanan favorit masyarakat Indonesia, bisnis ayam goreng cepat saji lokal terus memberikan peluang keuntungan yang tiada habisnya. Keunggulan prodigy-produknya adalah harganya yang relatif terjangkau dibandingkan merek terkenal dari luar negeri. Kemitraan ayam goreng berinvestasi mini pun kian diminati.

     Bagi masyarakat Indonesia, menu makanan ayam goreng cepat saji sudah lama dikenal dan masih menjadi primadona hingga kini. Ini terbukti dengan terus menjamurnya produk-produk baru dengan menu utama ayam goreng. Mulai dari produk asing sampai produk yang dibuat oleh pengusaha lokal. Tidak hanya produk, para pengusaha lokal ini juga menawarkan konsep waralaba dan kemitraan untuk memperluas pasar dengan lebih cepat. Kemitraan produk ayam lokal mulai mendapatkan kesempatan karena rata-rata mereka menawarkan harga paket dan biaya investasi yang terjangkau.

     Crunchy's Fried Chicken hadir sejak Oktober 2010 dan mulai menawarkan kemitraan mulai sebulan kemudian. Kemitraan ayam goreng ini menawarkan paket murah. Harga makanan per paket yang disediakan juga sangat terjangkau. Mulai dari harga Rp 8.000, konsumen bisa menikmati berbagai menu ayam termasuk nasi dan minuman. Crunchy's Fried Chicken menawarkan investasi awal Rp 12 juta untuk jangka waktu tiga tahun, mitra sudah bisa mulai menjalankan usahanya. Dengan biaya itu, Crunchy's memberikan peralatan lengkap mulai dari satu gerai, nampan stainless, kompor gas beserta selang dan regulatornya, tabung gas hingga deep fryer atau mesin penggoreng dengan kapasitas 17 liter.

     Selain perlengkapan, Crunchy's juga menyediakan bahan baku berupa lima ekor ayam, dua kilogram (kg) tepung dan 10 kg minyak. Selain itu, masih ada peralatan seragam berupa kaos dan topi yang untuk satu pegawai. Crunchy's juga menyediakan pelatihan untuk satu orang pegawai yang disediakan mitra.

     Menurut Alfario Bayu, Manajer Pengembangan Bisnis Crunchy's, kemitraan ini sudah diterima masyarakat. Dalam waktu singkat, kemitraan ayam goreng ini sudah memiliki 20 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Manado, Balikpapan, Samarinda, dan Ternate. Seat ini juga ada lima mitra yang sedang menunggu waktu operasional.

     Bayu memperkirakan mitra yang baru memulai usaha bisa menghabiskan tiga sampai lima ayam per hari. Dengan hitungan itu, keuntungan bersih per bulan mencapai Rp 1,3 juta sehingga mitra bakal balik modal sekitar 10 bulan.

     Kelebihan yang ditawarkan selain paket investasi murah adalah rasa dari ayamnya yang khas dan gurih. Crunchy's juga menyediakan menu Bento atau makanan ala Jepang. Namun, karena masih baru, menu ini hanya tersedia untuk paket pemesanan banyak saja.

     Pelaku kemitraan ayam lain, Mundi Anugrah Nindya Putri mendirikan Kriux Chicken pada pertengahan April 2011. Meski baru seumur jagung, sudah ada tiga mitra yang dipastikan bergabung. Satu di Cimanggis sudah berjalan, sedangkan dua lagi di Kalisari dan Ciracas (Jakarta Timur) sedang dalam proses.

     Mundi mendirikan Kriux karena kecewa ketika dulu pernah menjadi mitra suatu waralaba ayam goreng. Ia merasa hanya diperlakukan sebagai mitra saja tanpa adanya pengawasan dan pengontrolan. "Usaha saya yang lama bangkrut," ujarnya. Setelah mengalami kegagalan, Mundi semakin terpacu untuk berhasil. Ia yakin bisnis makanan ayam goreng masih terlalu gurih untuk ditinggalkan.

     Akhirnya, setelah mempelajari produk-produk yang ditawarkan, ia mengambil kesimpulan bahwa kebanyakan pewaralaba menggunakan monosodium glutamate (MSG) sebagai salah satu bumbu. Padahal, jika dikonsumsi terlalu sering bisa membahayakan.

     Maka, mulai tahun 2011, ia meramu resep sendiri. "Bumbu yang saya gunakan lebih banyak dan beragam untuk menggantikan MSG", ujar wanita yang hobi memasak ini.

     Tentu saja mitra harus membeli dua hingga tiga kali lebih banyak bumbu dibandingkan produk ayam goreng pada umumnya. Namun menurutnya, hal itu tidak mempengaruhi pasar. Buktinya, ia kebanjiran pemesan dan calon mitra.

     Untuk membuka satu gerai, calon mitra hanya perlu membayar Rp 9 juta dan berlaku seumur hidup. Dana ini sudah mencakup segala kebutuhan peralatan, mulai dari etalase dari bahan aluminium, penggorengan ukuran 60 cm, kompor dan regulator, saringan minyak, dan baskom.

     Kriux menyediakan bahan baku mulai dari minyak goreng enam liter, ayam bumbu tiga ekor dan tepung crispy tiga kotak. Kriux juga menyediakan pelatihan untuk satu orang karyawan beserta kostumnya.
Dengan asumsi mitra yang baru buka bisa menjual tiga hingga lima ayam per hari, Kriux Chicken memperkirakan mitra akan memperoleh laba bersih Rp 2,2 juta per bulan. Dengan begitu, waktu yang dibutuhkan untuk balik modal sekitar lima hingga enam bulan.

     Mundi juga menawarkan paket promosi berupa potongan investasi awal sebesar 50% bagi mitra yang ingin bekerjasama. Tawaran ini hanya berlaku hingga Agustus 2011. "Jadi mitra hanya perlu menyediakan dana sebesar Rp 4,5 juta dengan fasilitas normal," ujarnya.

     Kriux menawarkan menu ayam yang lebih murah dibandingkan Crunchy's yakni berkisar Rp 5.000 hingga Rp 6.500. Mundi juga memberikan diskon harga khusus bagi konsumen yang membeli dalam jumlah besar.
Crunchy's dan Kriux Chicken tidak mengenakan biaya waralaba dan biaya royalti kepada mitranya karena keduanya menyasar segmen ekonomi menengah ke bawah.

     Erwin Halim, Konsultan Waralaba dari Proverb Consulting mengatakan, bisnis waralaba ayam goreng akan selalu memiliki pangsa pasar besar. Apalagi bila terwaralaba menawarkan paket murah. Prospeknya akan selalu cerah mengingat banyak konsumen yang menyukai ayam goreng dan jumlah penduduk ekonomi menengah ke bawah di Indonesia juga sangat banyak.

Menilik tawaran kemitraan dari kedai degan coconyus


  Segarnya Untung Kelapa Muda


 Gloria Natalia, Ragil Nugroho, Kontan 3 maret 2011

Usaha minuman kelapa muda sudah jamak di seantero negeri ini, dari pinggir pantai sampai tepi jalan. Bahkan, hingga ke pemukiman. Tapi, kemitraan usaha minuman kelapa muda mungkin belum banyak di sini. Kedai Degan Coconyus mengklaim sebagai kemitraan kelapa muda pertama di Indonesia. Dalam bahasa Jawa, degan berarti kelapa muda.

Berdiri Februari 2010, Degan Coconyus hadir dengan rasa dan tampilan yang tak sekadar kelapa muda. Ada enam varian kelapa muda yang mereka tawarkan, yakni cocoler, cocopis, cocopur, cocobi, cocogar, dan cocoli. Menu ini beragam isi, mulai dari pisang, alpukat, kacang merah, kolang-kaling, agar-agar, sampai susu.

Ide mendirikan usaha minuman kelapa muda ini diadopsi dari usaha sejenis di luar negeri. "Kami melihat usaha kelapa muda di pameran waralaba di Thailand. Pulang ke Indonesia, kami terpikir untuk membuat usaha serupa," ungkap Hendro Dwi, Manager Franchise Kedai Degan Coconyus.

Juni 2010, Kedai Degan Coconyus mulai menawarkan kemitraan. Saat ini, lima mitra sudah bergabung. Mereka tersebar di Jakarta, Bekasi, Malang, Sidoarjo, dan Surabaya.

Kedai Degan Coconyus menawarkan dua tipe kemitraan: booth dan foodcourt. Nilai investasi tipe booth Rp 10 juta dan foodcourt Rp 20 juta. Kedai Degan Coconyus tidak mengutip biaya royalti.

Setelah menanam modal, mitra yang mengambil paket booth memperoleh gerobak dan foodcourt mendapat meja etalase. Dengan nilai investasi dua kali lipat dari tipe booth, mitra foodcourt akan mendapatkan perlengkapan lebih banyak dan lebih lengkap. Misalnya, alat serut es batu yang lebih banyak. Kedai tipe foodcourt pun mendapat alat promosi lebih banyak.

Di tipe booth, mitra hanya perlu satu karyawan. Adapun foodcourt mitra perlu tiga pegawai. "Masa pelatihan karyawan dua hari," tutur Hendro. Kedai Degan Coconyus pusat juga akan menyediakan bahan baku utama secara rutin.

Hendro menjelaskan, tipe booth harus berjualan di luar ruangan. Adapun tipe foodcourt berada di area foodcourt mal. "Dengan begitu, konsumennya pun berbeda," papar dia.

Karena konsumen kedua tipe itu berbeda, harga produk pun berlainan. Harga jual produk di tipe booth mulai dari Rp 6.000 sampai Rp 15.000. Adapun tipe foodcourt, harga jual produknya mulai Rp 7.500 hingga Rp 15.000.

Menurut Hendro, mitra tipe booth bisa menghasilkan omzet Rp 300.000 per hari dan foodcourt Rp 500.000. Tahun ini, Kedai Degan Coconyus berharap bisa menambah 10 mitra per bulan di pelbagai daerah, tak hanya di Pulau Jawa. "Untuk memenuhi target, kami akan menggencarkan promosi di website, media cetak, dan juga sering ikut pameran," kata Hendro.

Pengamat Waralaba Erwin Halim mengatakan, peluang bisnis produk kelapa muda cukup menjanjikan. Bahan bakunya tersedia dan masyarakat Indonesia juga familiar dengan rasa dan khasiatnya. Apalagi, Degan Coconyus menawarkan varian menu yang bisa menarik para pelanggan.

Namun, calon mitra harus memperhatikan asumsi simulasi usaha kemitraan usaha ini. "Harus ada adaptasi mengingat biaya di tiap wilayah berbeda," ujar Erwin.


Kedai Degan Coconyus
Kompleks Bulog Yanatera 16 No. 5, Jatiwarna,
Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat
Telp. 021-93846527

Lezatnya Melahap Untung Kemitraan Bakso


Menimbang tawaran kemitraan Warung Bakso Mandiri asal Bogor

 Mona Tobing, Kontan, 14 Januari 2011

Bakso sudah menjadi makanan yang digemari semua kalangan dan umur. Tak salah, panganan berbentuk bulat seperti bola pingpong bercampur kuah panas ini banyak dilirik oleh pengusaha untuk menjadi pohon uang.

Walau pedagang bakso sudah penuh sesak, Rizka Wahyu masih menganggap peluang usaha makanan ini terbuka lebar. Oleh karena itu, dia berani menawarkan kemitraan Warung Bakso Mandiri atau WBM. "Kelebihannya, bakso WBM dari 100% daging sapi, tepungnya dari bahan alami pilihan," kata Rizka berpromosi.

Agar rasanya makin maknyus, ia hanya menggunakan urat halus supaya bakso terasa kenyal. Kuah bakso juga lebih kental karena memakai berbagai macam rempah.


Rizka mengungkapkan, kuncinya ada pada paduan bawang putih. Namun, dia tidak mau mengungkap lebih detail lagi resepnya. "Itu urusan dapur," ujarnya. Menurutnya, hanya dengan menyuguhkan rasa yang enak dan kualitas yang terjamin, maka usaha baksonya bisa bersaing dengan warung lain.

Karena kualitas menjadi perhatian utama Rizka, ia mengurus sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sertifikasi kesehatan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat. "Bakso kami telah memiliki sertifikat dari MUI dan Dinkes," ungkapnya. Sertifikat itu sebagai bukti, WBM selain halal juga sehat tanpa bahan pengawet.


Mitra sudah 22

Untuk mengembangkan usahanya, sejak Februari 2010 lalu Rizka menawarkan kemitraan WBM. Dasarnya, permintaan bakso masih banyak, baik di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) maupun di wilayah lainnya. Bermodalkan kualitas, rasa, serta harga yang kompetitif, Rizka sangat yakin usaha baksonya akan terus berkembang.

Setelah hampir setahun menawarkan kemitraan, WBM telah berhasil menjaring 22 mitra. Rizka mengatakan, jumlah itu akan bertambah seiring masuknya permintaan kemitraan untuk daerah Sumatra dan Kalimantan pada awal 2011. "Bisnis makanan terutama bakso tidak mengenal krisis dan musiman. Kapanpun, di manapun, siapapun akan tetap makan bakso," ujar Rizka yakin.

Rizka menawarkan tiga paket kemitraan WBM. Paket A atau investasi master bernilai Rp 40 juta untuk pendirian tiga gerai langsung. Paket B dengan biaya investasi Rp 15 juta untuk gerai berbentuk gerobak. Paket C senilai Rp 10 juta juga dalam bentuk gerobak. Untuk paket B lebih pada konsep gerobak di mal. Sedang, paket C pilihan lokasinya lebih luas, seperti sekolah dan fasilitas umum.

Biaya investasi tersebut sudah termasuk biaya kemitraan sebesar Rp 4 juta untuk tiap paket, tapi belum bahan baku awal. "Agar kualitas dan rasa terjaga, setiap outlet wajib memesan bahan baku setiap bulannya," katanya.

Rizka menjual tiap mangkok bakso seharga Rp 6.000. Harga bakso sama, baik untuk bakso ukuran besar (L), sedang (M) atau kecil (S). Dengan harga segitu, ia memperkirakan omzet per gerai bisa mencapai Rp 18 juta per bulan. Sehingga, mitra bisa balik modal sekitar 4 bulan.

Pengamat Waralaba dari Proverb Erwin Halim menilai, bisnis bakso memang masih bisa menjadi pilihan usaha. Soalnya, selain nilai investasi awalnya terjangkau, harga makanannya pun terbilang murah dengan konsumen yang banyak. "Kemitraan bakso memang tumbuh sangat pesat," kata Erwin.

Tetapi, agar bisa bersaing, Erwin berpesan, kualitas dan rasa harus menjadi perhatian utama, termasuk suplai bahan baku. Makanya, perlu manajemen yang rapi dan bagus untuk membuka usaha ini.


Warung Bakso Mandiri
Jl Raya Kebon Pedes 58 Bogor, Jawa Barat
Telp. 0251-8376809

Laba Renyah dari Cemilan Makaroni


Menimbang tawaran kemitraan Mabasa dan Mac Kriuuk Mac Krezzz
 
Rivi Yulianti, Kontan, 14 Januari 2011
Pernahkah Anda melihat segerombolan anak kecil usai bubaran sekolah menenteng camilan makaroni yang dimakan sambil jalan? Kurang lebih seperti inilah produk Makaroni Banyak Rasa (Mabasa) dan Mac Kriuuk Mac Krezzz, yang menyediakan makaroni dengan aneka rasa. Dengan harga yang murah meriah dan rasa yang membumi.

Mabasa asal Bandung mulai menawarkan kemitraan sejak Januari 2010. Sang pemilik, Dian F. Luthfie menyediakan dua paket kemitraan. Paket dengan nilai Rp 3 juta berupa mini outlet dan Rp 3,5 juta berupa gerobak dorong.

Investasi tersebut sudah mencakup makaroni sebanyak 10 kg, lima bungkus bumbu untuk lima rasa, shaker dan stoples, serta seragam karyawan. Kebanyakan mitra lebih memilih paket gerobak. Dian membebaskan biaya royalti kepada para mitranya yang saat ini sudah mencapai sekitar 100 orang, tersebar di Bandung, Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Sumedang, Sukabumi, Medan, dan Makassar.

Mabasa menawarkan lima rasa, yakni balado, ayam lada hitam, piza, keju, dan barbekyu. Mitra bisa memasok makaroni matang, bumbu, dan kemasan langsung dari pusat. Jadi, mitra tinggal mencampur makaroni dengan bumbu dalam shaker, tanpa perlu memasak. "Inilah daya tarik produk kami. Praktis, sehingga tidak memerlukan gas dan menghemat biaya operasional," ujar Dian.

Harga jual makaroni Mabasa mulai Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kemasan ukuran 50 gram. Dian membebaskan mitra untuk menentukan harga jualnya sendiri. Dengan hitungan penjualan 200 bungkus per hari, mitra bisa mencetak omzet Rp 18 juta sebulan. Dian memperkirakan, mitra bisa balik modal dalam waktu 1,5 sampai dua bulan.

Harga murah yang menjadikan produk cepat terjual memang menjadi daya tarik waralaba Mabasa. Pangsa pasarnya terutama anak-anak dari kalangan menengah bawah.

Karena itu, Dian sangat menyarankan agar mitra mempertimbangkan faktor lokasi yang ada banyak anak, seperti di sekolah, pusat perbelanjaan, dan pusat rekreasi. Nah, kemitraan ini cocok bagi Anda yang ingin berbisnis dengan modal pas-pasan.


Pilih pasar luar Jawa

Cuma, Yosef F. Ridwan, mitra Mabasa di Ciamis, menuturkan, prospek makaroni untuk wilayah Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut saat ini kurang bagus. Pasalnya, pasar produk ini sudah penuh sesak di Jawa Barat. "Terlalu banyak kompetitor sehingga banyak mitra bawahan saya yang gulung tikar," ujarnya.

Memang, produk ini sempat berjaya di awal 2010 lalu. Omzetnya bisa mencapai Rp 18 juta sampai Rp 20 juta per bulan. Makanya, Yosef memberi saran, mitra yang ingin berbisnis Mabasa agar memilih pasar luar Jawa yang masih jarang produk makaroni.

Pemain lain dalam bisnis makaroni kriuk-kriuk adalah, CV Maju Jaya dengan bendera Mac Kriuuk Mac Krezzz. Namun, produk Mac Kriuuk Mac Krezz memiliki diversifikasi. Tidak hanya makaroni, tapi juga tela, tahu, dan kentang. "Untuk mencegah kebosanan konsumen," ujar Amar Albar, pemilik Maju Jaya.

Kemitraan yang ditawarkan Maju Jaya asal Malang ada dua, yakni outlet standar dengan nilai investasi Rp 5 juta dan outlet bergerak Rp 5,5 juta. Besaran investasi ini sudah termasuk digital printing banner, seragam karyawan, pelatihan karyawan, dan perlengkapan gerai.

Sementara, biaya waralaba sebesar Rp 1 juta untuk empat tahun plus biaya royalti sebesar 3,5% dari omzet. Mac Kriuuk Mac Krezzz kini memiliki tujuh mitra sejak menawarkan waralaba pada 2008.

Harga jual produk berbagai camilan ini Rp 4.000 per bungkus. Rata-rata penjualan 100 bungkus per hari dengan omzet Rp 12 juta per bulan. Dari hitungan itu, mitra balik modal dua sampai empat bulan.

Hanya saja, Pengamat Waralaba Erwin Halim mengingatkan, pasar produk makaroni sudah penuh sesak. Soalnya, mitra tak hanya bersaing dengan waralaba lain tapi juga produk tanpa merek. "Rata-rata ada di setiap sekolah yang dijual tanpa merek terutama di Jawa," ujarnya.

Oleh sebab itu, Erwin menyarankan, jika ingin persaingan yang sedikit longgar, sebaiknya mitra mendistribusikan produk camilan ini ke luar Jawa. Selain itu, harganya pun murah sehingga terjangkau untuk pasar yang daya belinya lebih rendah.

Erwin menambahkan, keunggulan waralaba ini yaitu, nilai investasinya yang kecil sehingga cocok bagi mitra bermodal tipis. Tapi, keberlangsungan usaha jenis ini memang diragukan, paling lama dua tahun. "Karena nilai investasinya kecil dan balik modal cepat, kerugian yang harus ditanggung mitra hampir tidak ada bila terpaksa gulung tikar," katanya.

Investasi Awalnya Bisa Dicicil, Lo


Menimbang tawaran usaha Mi ayam dari Bakmi Meoong, Jakarta

Kontan, 11 Januari 2011

Semua juga sudah tahu, mi merupakan salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Bahkan, bagi banyak orang, mi sudah menjadi makanan pokok kedua setelah nasi. Karena itu, permintaan aneka masakan dari mi termasuk bakmi, tak pernah surut, bahkan semakin meningkat.

Tawaran menu mi juga datang dari Bakmi Meoong yang sudah hadir sejak 1962. Awalnya, usaha mi ini bernama Bakmi Salemba. Maklum, lokasinya ada di Salemba Tengah, Jakarta Pusat.

Kian Hin, pemilik Bakmi Meoong, bercerita, usaha mi ini dirintis ayahnya. Ketika sang ayah meninggal dunia pada 1996, usaha tersebut sempat vakum karena tidak ada yang melanjutkan.

Baru di 2007, Kian menghidupkan kembali usaha bakmi peninggalan ayahnya itu. "Pertimbangan awalnya, hanya untuk memenuhi permintaan para pelanggan lama," katanya. Ternyata, bukan hanya pelanggan lama yang datang, tapi juga pembeli baru. Permintaan pun naik tajam.

Kian mengklaim, Bakmi Meoong memiliki rasa oriental yang khas tetapi tetap halal. "Ini yang menjadi kelebihan kami sehingga para pelanggan selalu setia," ujar dia.

Sejak usahanya berkembang, permintaan menjadi mitra berdatangan dari banyak wilayah, mulai Cibubur, Tangerang, hingga Bandung. Namun Kian baru menawarkan waralaba sejak Oktober 2010.

Dari dua kali mengikuti pameran waralaba pada Oktober dan November tahun lalu, Kian sudah menerima 29 penawaran kemitraan. Tapi hingga kini, baru lima mitra yang sudah mulai beroperasi, yakni di Kelapa Gading, Cibubur, Kemanggisan, Tebet dan Senen, Jakarta. Sisanya masih dalam tahap persiapan.

Untuk menjadi mitra, Mie Meoong menawarkan kemudahan. Para calon mitra cukup menyediakan modal awal sebesar Rp 22 juta untuk paket gerobak kecil dan Rp 39 juta untuk paket gerobak besarplus booking fee sebesar 500.000. Kemudahannya, investasi awal itu bisa dicicil sebanyak empat kali.

Nilai investasi tersebut sudah termasuk peralatan operasional lengkap, baju seragam untuk karyawan, pelatihan karyawan, 1.500 brosur promosi, dan 140 porsi mi.

Dengan harga bahan baku per porsi sebesar Rp 5.800 dari Mie Meoong, mitra bisa menjual seporsi mi seharga Rp 10.000 atau lebih.

Dengan penjualan minimal 50 porsi sehari, mitra yang mengambil paket gerobak kecil bisa memperoleh omzet sebesar Rp 15 juta per bulan. Balik modalnya sekitar sembilan bulan. "Semakin banyak porsi yang kita jual per harinya, semakin cepat balik modalnya," tambah Kian.
Untuk lokasi berjualan, calon mitra harus mendapat persetujuan dari pusat. Syartanya, "Harus dekat dengan pusat keramaian, seperti kantor, pasar, sekolah, kampus dan perumahan," tegas Kian.

Waralaba ini juga menawarkan kelonggaran lain, yakni berupa penundaan biaya royalti sebesar 2,5% sampai mitra bisa menjual minimal 50 porsi per hari dalam dua bulan. "Setelah mencapai target, baru kami pungut biaya," ujar Kian.

Menurut Kian, prospek waralaba Bakmi Meoong cukup cerah. Selain karena masyarakat Indonesia doyan menyantap mi, citarasa Bakmi Meoong juga sudah teruji. "Banyak yang baru pertama kali mencoba langsung ingin buka waralaba," kata Kian.

Pengamat Waralaba Erwin Halim mengatakan, prospek bisnis bakmi cukup menjanjikan. Soalnya, mi ayam sangat familiar dan merupakan salah satu makanan favorit masyarakat kita. Namun, "Mitra harus memperhatikan betul strategi pemasaran mengingat faktor persaingan yang cukup ketat dalam bisnis mi ayam," ujar Erwin menyarankan.

Bakmi Meoong
Jl. Salemba Tengah No. 43 Jakarta Pusat
021-3919058

Waralaba Lele Makin Menggeliat


Potret terbaru bisnis waralaba restoran dengan menu andalan ikan lele

Gloria Natalia,
Mona Tobing, Kontan, 08 Januari 2011   

        LELE tidak lagi dianggap sebagai makanan pinggiran yang cuma dijual di warung kaki lima. Ikan berkumis ini sudah masuk ke restoran dan menjadi lezat yang diolah dengan pelbagai bumbu yang mengundang selera.
       Jumlah restoran yang mengangkat ikan lele menjadi menu andalan ternyata berkembang pesat. Hal ini, salah satunya lantaran pengolahan lele ikan bumbu dan kreativitas para pengusaha kuliner.Anda yang ingin menjadi mitra waralaba restoran yang menyajikan lele sebagai menu utama, tidak ada salah nya melihat kembali tiga pewaralaba yang pernah ditulis KONTAN sebelumnya.
*    Pecel Lele Lela

    Pecel Lele Lela menyediakan beragam menu lele. Seperti, lele fillet goreng tepung, lele saos padang, lele fillet kuah tom yam, dan lele fillet lada hitam. Mereka menjual seporsi makanan aneka ikan lele dengan haraga Rp 12.000.
   Dengan aneka menu serba lele itu, Rangga Umara berhasil mengibarkan bisnis Pecel Lele Lela. Kini ada 11 mitra dan 27 cabang berbendera Pecel Lele Lela di Jakarta hingga Bali. Dari 11 mitra itu ada yang berencana membuka gerai lagi. “Bahkan, ada seorang mitra lama kami yang punya empat cabang dan akan bukan lagi di Bali,” ungkap Rangga.Pecel Lele Lela juga memiliki mitra yang akan membuka gerai baru di Medan, Sumatera Utara. Sementara, di Purwokerto, Jawa Tengah, baru saja satu gerai berdiri.
   Rangga juga menggandeng konsultan usaha untuk menentukan indikatorindikator pemilihan lokasi dan performa mitra. “Jadi, ketika mitra ingin buka lagi gerai akan kami survey lokasi dan menganalisanya lewat konsultan itu,” papar pemilik Pecel Lele Lela itu. Dia juga bakal menganalisa strategi penjualan dan pemasaran.
   Bagi Anda yang ingin berkongsi dengan Pecel Lele Lela yang berdiri sejak 2006 ini,Rangga mendongkrak nilai investasi kemitraan. Awalnya, investasinya Rp 54 juta untuk kerjasama selama lima tahun. Tapi mulai tahun ini investasi naik menjadi Rp 75 juta untuk empat tahun. “Investasi naik karena nilai merek semakin tinggi dan sudah dikenal banyak orang,” katanya.
   Rangga menilai rasa masakan Pecel Lele Lela semakin akrab di lidah banyak orang. Ia bercerita, saat Pecel Lele Lela baru di Purwokerto, dalam satu hari saja omzetnya mencapai Rp 10 juta atau Rp 300 juta per bulan. Padahal
Rangga menargetkan omzet mitra baru yang baru buka minimal Rp 100 juta per bulan.
   Tak hanya di Purwokerto, banyak mitra yang baru buka di kota lain mampu mengantongi omzet Rp 150 juta hingga Rp 280 juta saban bulan.
    Itu sebabnya, Rangga optimis, Pecel Lele Lela juga dapat hidup di kota-kota kecil. Apalagi masyarakat melihat masakan lele sebagai sajian yang unik.
   Berangkat dari pandangan ini, ia menargetkan membuka 17 gerai baru tahun ini.
Bahkan, dia tengah mengkaji mitra yang hendak buka di Penang, Malaysia dan Jeddah Arab Saudi. “Kami menyapa
orang-orang Indonesia yang bermukim disana. Semoga saja tahun ini dapat buka,” kata Rangga.
*    Lele Saurus

   Ketika KONTAN mengupas waralaba ini pada Agustus 2010, Lele Saurus baru memiliki tiga mitra. Saat ini, merek sudah punya enam mitra. Empat terbesar si Yogyakarta dan Jawa Tengah, dua di Jakarta dan Batam.
   Andreas Andi Banyu, pemilik Lele Saurus, mitranya bertambah karena minat masyarakat mengonsumsi lele semakin tinggi. Selain itu, Lele Saurus juga terus berinovasi di menu masakan lele.
    Rasa kedua makanan ala asing itu tentu saja disesuaikan dengan lidah orangIndonesia. Sekarang, jumlah menu Lele Saurus telah bertambah dari sebelumnya 32 menjadi 60 jenis. Menu baru andalannya, lele lombok hijau dan lele oseng mercon yang bercita rasa pedas.
   Meski rasa dan menu kian beragam, Andreas tidak mengerek harga jual. Jadi, masih terjangkau kantong, Rp 6.000 hingga Rp 50.000 per porsi.
   Andreas mengklaim, keenam mitranya mengambil paket restoran selalu bisa melewati target omzet Rp 60 juta per bulan. Bahkan, “Gerai di Jakarta bisa tembus Rp 130 juta per bulan dan Rp 70 juta di Jawa Tengah,” ujarnya.
   Pendapatan yang tinggi itu membuat Andreas kian semangat memasarkan waralaba Lele Saurus. Apalagi, banyak permintaan dari pulau seberang, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Andreas menargetkan, Lele Saurus bakal berdiri di tiga pulau itu di masa yang akan datang.
   Dia pun mengubah tipe gerai yang tadinya terbagi dalam tiga jenis, yakni mini resto, medium, dan resto, hanya menjadi konsep restoran. Dengan nilai investasi Rp 55 juta, mitra mendapatkan bahan baku, papan nama, seragam, karyawan dan brosur.
   Sedangkan penyediaan bahan baku ikan lele, pemilihan lokasi restoran, peralatan dapur dan makan, serta meja dan kursi ditanggung mitra. Si mitra juga akan mendapatkan pasokan bahan baku dari Lele Saurus. “Mitra tinggal memesan dan membayar bahan baku sesuai kebutuhan restoran tiap bulan,” kata Andreas. Dia membebankan ongkos kirim ke mitra.

*    Mbah Jingkrak

   Waralaba satu ini tidak hanya terkenal dengan pedasnya ayam rambut setan dan gurihnya ayam bakar. Menu andalan lain yang juga selalu jadi incaran konsumen adalah lele penyet dan lele kobong.
   Lelel kobong adalah lele yang diasap lalu dipenyet dengan sambal terasi. Masing-masing menu harganya cuma Rp 11.000 per porsi. “Kedua menu ini selalu dicari pembeli terutama lele kobong,”ujar Executif Chef Mbah Jingkrak Darmawan.
   Mbah Jingkrak yang menawarkan waralaba sejak 2006 ini memiliki 11 waralaba di Pulau Jawa. Darmawan mengungkapkan, pertengahan Januari ini, akan buka lagi gerai di Jalan Veteran, Jakarta Pusat dan di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan pada pertengahan Februari nanti.
    Di Maret 2011, Mbah Jingkrak bakal melebarkan sayap ke Bumi Serpong Damai (BSD) dan Palembang pada Juni 2011. Menyusul kemudian gerai baru di Bali.Dengan nilai investasi sebesar Rp 320 juta, Mbah Jingkrak akan menyediakan menu makanan, tiga sampai empat koki terlatih, pelatihan karyawan, pendampingan operasional selama sebulan pertama bagi para mitranya.

Tak Cuma Soal Rasa, Tapi Juga Penyajian

IKAN lele sudah menjadi salah satu menu favorit sebagian masyarakat Indonesia. Selain harganya yang murah, rasa ikan berumis ini gurih serta mengandung protein dan lemak yang tinggi yang tinggi. Tak heran, banyak bertebaran warung-warung pecel lele di pinggirpinggiran jalan, mulai kota-kota besar hingga kota-kota kecamatan.
   Tak hanya menjadi menu warung kaki lima, lele juga hadir di restoran besar. Imaji ikan bernama Latin Clarias Gatiachus ini naik kelas. Erwin Halim dari proverb consulting mengatakan, masuknya ikan lele menjadi menu utama di restoran besar telah membuktikan, bahwa minat mengkonsumsi ikan berwarna hitam keabu-abuan itu terbilang tinggi.
   Menurut Erwin, ikan lele memang telah menjadi pilihan lauk bagi sebagian masyarakat, sehingga peluang bisnis kuliner ikan ini cukup menjajikan.Mitra-mitra baru yang tumbuh dari restoran-restoran yang menjual menu utama ikan lele juga membuktikan, pasar kuliner ikan ini terbilang cerah.
   Apalagi, para pelaku usaha pintar membuat variasi menu baru dari ikan lele. Tentu saja, “Ini akan menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri untuk me-menangkan pasar kuliner di Indonesia,” ungkap Erwin.
   Hanya saja, Erwin menambahkan, meski telah banyak menumbuhkan mitra-mitra baru, para pengelola waralaba restoran dengan menu utama ikan lele harus tetap memperhatikan kualitas rasa, pelayanan yang baik, dan mampu mengubah imaji ikan lele yang dikenal sebagai ikan pemakan kotoran ini menjadi makanan favorit, “Misalnya, perlu ada variasi dari menu-menu ikan serta pengemasan, penyajian, dan pengolahan ikan lele tersebut.” Ujarnya.