Friday, February 17, 2012

Jalur cepat menjadi developer properti

Bisnis properti dalam beberapa tahun terakhir terus mengkilap. Ladang bisnis ini bukan hanya menjadi garapan pengembang raksasa, tapi masih terbuka bagi pemula yang ingin mencuil manisnya bisnis properti.

Adalah PT Bangun Properti Indonesia, perusahaan developer yang bernaung dalam didA Group menawarkan sistem waralaba untuk menjadi pengembang kawasan perumahan di seluruh Indonesia. Perusahaan yang bermarkas di Jakarta dan berdiri pada pertengahan 2011 lalu itu mengusung brand Bahana Paramarta dan langsung diwaralabakan saat berdiri. 

Alvin Kurniawan, 
Business Development Manager Bangun Properti Indonesia, mengatakan bahwa tujuan mewaralabakan Bahana Paramarta agar bisa mempercepat pembangunan serta memenuhi kebutuhan masyarakat untuk memiliki rumah tinggal. Ia memperkirakan, tahun ini permintaan rumah tinggal bakal mencapai 12 juta unit.

Alvin menjelaskan, mitra Bahana Paramarta ini bukan sekadar menjadi broker untuk memasarkan properti ini, melainkan sebagai mitra Bangun Properti untuk mengembangkan kawasan perumahan, di wilayah milik mitra. "Mitra hanya menyiapkan tanah dan modal yang dibutuhkan untuk membangun, sementara proses pembangunan, aturan main, dan kontrol kontraktor menjadi tanggung jawab kami," ujarnya. 

Mitra bisa membentuk bendera usaha atau PT sendiri, namun tetap dengan brand Bahana Paramarta. Selain itu, mitra tetap mengontrol sepenuhnya soal keuangan. Kalau Anda beruntung menjadi mitra, maka kurang dari tiga tahun bisa balik modal. 

Sebagai gambaran, dalam proyeksi Bangun Properti, mitra bisa membangun perumahan yang tipe sederhana seharga Rp 60 juta-Rp 100 juta per unit, atau rumah dengan tipe menengah dengan harga Rp 300 juta-Rp 500 juta per unit. "Omzet yang bisa diraih adalah Rp 35 miliar-Rp 70 miliar dalam lima tahun masa kerja sama ini," ungkapnya.


Tiga syarat kemitraan

Nah, untuk menjadi mitra Bahana Paramarta, Anda harus memenuhi tiga persyaratan. 
Pertama, tentu saja punya lahan atawa tanah yang akan dibangun properti. Kedua, modal awal. Ketiga, membayar franchise fee.

Luas tanah yang harus disediakan oleh calon mitra, minimal 1,5 hektare (ha). Adapun modal awal dan
franchise fee sekitar Rp 1 miliar. Memang karena waralaba ini baru seumur jagung, Alvin mengakui hingga saat ini belum memiliki mitra. "Tapi sudah ada calon mitra prospektif di Kendari, Sulawesi Tenggara dan di Depok, Jawa Barat," ungkapnya.

Belum adanya minat masyarakat untuk menjadi mitra, bisa jadi karena modal yang harus dikeluarkan cukup tebal. Erwin Halim, pengamat Waralaba dari Proverb Consulting bilang, meski tawaran Bangun Properti ini menarik, namun investasi yang harus disediakan sangat besar. 

Untuk itu, Erwin menyarankan agar mitra mempelajari dengan cermat tawaran 
franchise ini. "Detail kerja samanya harus benar-benar mengarah ke win-win solution dan tak ada celah untuk saling merugikan satu sama lain," saran Erwin. 

PT Bangun Properti Indonesia, 
Business Park Kebon Jeruk, Blok C1/1
Jl. Meruya Ilir Raya No. 88, Jakarta Barat 
Telp. 021-30061567/68
  
Sumber : Kontan, 15 Februari 2012
                     Fahriyadi

Friday, February 10, 2012

Bobotnya Ringan, tapi Labanya Berat

Menimbang tawaran waralaba dari Eka Karya Graha asal Bandung

RANGKA atap baja ringan kini semakin disukai. Selain lebih ringan, rangka atap baja ringan juga lebih tahan rayap ketimbang rangka dari kayu. Tak heran, kalau permintaan rangka atap baja ringan juga kin meningkat.

Menunit Joni Lau, pemilik Eka Karya Graha (EKG) yangsutiah menggeluti bisnis inik 2004, rangka atap bajaringan merupakan materialpengganti kayu yang sangatefisien dan kuat terhadap cua-kelebihan lain, produk ini

didaur ulang, harganyajuga terjangkau, tahan rayap,anti karat, serta bobot yangtig. Joni mengklaim, saat ini EKG termasuk market leader i mt nk bisnis rangka atap baja ringan di Jawa Barat. Hal ini karena EKG selalu menjaga kualitas produk. Selain itu, mereka juga mengutamakan faktor keamanan dalam mem-buat konstruksi rangka atap.

Agar bisnisnya makin berkibar, sejak Desember 2011 lalu, Joni mewaralabakan usahanya itu. Tak percuma, karena banyak patner bisnisnya yang berminat menjadi mitra. Saat ini, EKG telah memiliki lima mitra di Cirebon, Bekasi, Tangerang, Cianjur, dan Malang.

Sementara yang sedang dalam tahap persiapan pembu-kaan ada delapan calon mitra. Yakni di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Bogor, Manado, Tangerang Selatan, Semarang, dan Kediri. "Kalau di Lampung, Surabaya, Balikpapan, dan Jakarta Timur, masih dalam tahap negosiasi. Tahun ini kami targetkan ada 16 mitra yang bergabung," katanya.

Menurut Joni, bisnis EKG bukan sebatas menjual pro-duk rangka atap baja ringan saja Tetapi juga pemasangan dan aneka kebutuhan lain untuk atap. EKG menjual baja ringan seharga Rp 90.000-Rp 125.000 per meter persegi.

Ia juga menyediakan genting metal dengan harga Rp 60.000-Rp 110.000 per meter persegi, aluminium foil dibanderol seharga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per meter persegi. Lalu spandeck mulai Rp 60.000 hingga Rp 130.000 per meter persegi, dan floordeck Rp 125.000 per meter segi.

Nah, kalau berminat menjadi mitra, Joni menyediakan paket investasi senilai Rp 180 juta. Paket investasi tersebut sudah termasuk franchise fee. Selain itu si mitra juga akan memperoleh peralatan perlengkapan toko, dan mendapat bahan baku untuk proyek sekitar 600-800 meter persegi pada bulan pertama

Bukan cuma itu. Mitra juga akan mendapatkan satu line telepon dan koneksi internet, pemasaran ke toko material, promotion set, perlengkapan administrasi, buku panduan.Joni memperkirakan, mitra bisa mendapatkan omzet Rp 100 juta per bulan pada dua bulan pertama. Pada bulanketiga dan seterusnya omzet bisa naik menjadi Rp 300 juta sampai Rp 500 juta per bulan. Ini dengan asumsi mereka mendapatkan minimal 20 proyek per bulan. Adapun laba bersishnya sekitar 10%-20%. "Pada bulan kelima, profit mungkin sudah bisa sekitar Rp 42,5 juta dengan asumsi proyek bertambah," ujarnya

Joni bilang, harga produk komponen rangka atap baja ringan EKG terbilang murah. Sebab, EKG membuat produk sendiri. "Kamijuga menguasai distribusi sehingga harga bisa ditekan," katanya

Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting mengatakan, prospek bisnis rangka atap baja ringan ini memang masih bagus. Soalnya, kebutuhan akan baja ringan masih tinggi, khususnya di kota-kota besar.

"Harga atap baja ringan juga lebih murah dari kayu," ujarnya Dia menyarankan, bisnis ini mesti satu paket. Jadi bukan menjual produknya saja tetapi juga pemasangan. 

Eka Karya Graha Jalan Pajajaran No 122C, Bandung, 
Jawa Barat Telp. 022-700175517

Sumber : Kontan, 10 Februari 2012
Eka Saputra, Noverius Laoli


Saturday, February 4, 2012

Lezat Dagingnya, Mantap pula Labanya



Menimbang tawaran kemitraan Steak Kiloan

DAGING bakar alias steik (steak) kini termasuk santapan favorit masyarakat. Lihat saja warung-warung steik yang tak pernah sepi diserbu pembeli. Rasa yang enak dan gurih membuat hidangan ini cepat mendapat tempat.

        Tak heran, bila bisnis makanan steik semakin marak. Terbukti, rumah makan, kafe atau restoran yang menawarkan steik kini makin menjamur. Meski sudah disesaki banyak pemain, toh pebisnis yang mengusung menu steik terus bertambah.

        Salah satu pebisnis steik adalah pasangan suami isteri Ronny Wazier dan Early Riza Marini. Mereka menjalankan usaha Steak Kiloan sejak awal tahun 2011 di Duren Sawit, Jakarta Timur. Sejak akhir tahun lalu, pasangan ini menawarkan kemitraan. 

        Mereka mencoba mengembangkan usah steik dengan mengusung slogan “sensasi makan steik nikmat namun hemat”. Untuk menghasilkan citarasa steik yang enak di santap, mereka mengandalkan suplai daging standar internasional dari Indoguna Meat Shop.”Sementara bumbunya kami pakai citarasa lokal,” kata Early Riza Marini, pemilik Steak Kiloan.

        Soal harga, steaj Kiloan membanderol Rp 18.000 untuk steik daging lokal per 100 gram. Sementara steik daging impor Rp 24.000 per 100 gram. “ Harga sudah  termasuk kentang, sayuran dan the manis. Dengan harga sebesar itu, kami menyasar segmen menengah kebawah, “ ujar wanita yang akrab disapa Rini tersebut.

        Sebagai pendatang baru, Rini Optimis mampu bersaing dengan warung steik yang telah lebih dulu bercokol. Steak Kiloan menawarkan paket investasi sekitar Rp 150 juta kepada calon mitranya. Tawaran kemitraan ini tidak memungut royalty fee. Dengan membayar investasi sebesar itu, mitra akan memperoleh peralatan membuka warung steik serta kerjasama selama lima tahun.” Invesati ini belum termasuk sewa tempat,” tuturnya.

        Rini menjanjikan, mitra bisa meraih omzet sekitar Rp 2,5 juta-Rp 3 juta per hari. Syaratnya, lokasi berjualan harus strategis. Dengan mengantongi omzet sebesar itu, mitra bakal balik modal selama kurun waktu enam bulan dengan keuntungan minimal 20%.

        “ Kami menyarankan lokasi yang dipilih mitra, hendaknya ada competitor steik yang lain guna membuktikan bahwa lokasi itu strategis untuk berjualan steik,” ucapnya.
        Rini mengklaim, kini sudah ad 18 calon mitra yang tertarik bergabung. Ia menargetkan, sampai akhir tahun ini memiliki 20 cabang kemitraan. “Saat ini kami baru memiliki satu cabang dan akan menambah dua lagi, nah sisanya milik mitra,” paparnya.

        Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting mengatakan, sebagai pemain baru, sebaiknya cabang sendiri dulu. Dengan begitu, calon mitra bisa mendapatkan gambaran nyata tentang prospek usaha Steak Kiloan ini. “ Perlu dua atau tiga cabang dulu, kalau ber hasil silakan dimitrakan,”ujarnya.

Steak Kiloan – Jln. Rawa Domba No.17 Duren Sawit, Jakarta Timur, telp : 081-1889-2086/(021)9346-1965

Sumber : Kontan, 03 Februari 2012
                Fahriyadi, Eka Saputra