Tuesday, June 19, 2012

Mengisi pundi-pundi dengan gerai isi ulang tinta Printer


Anda tertarik menjajal bisnis isi ulang tinta printer? Ada tawaran kemitraan dari NextPrint. Investasinya tidak gede-gede amat, kok, mulai Rp 15 juta hingga Rp 30 juta. Anda bisa mengantongi omzet Rp 300.000-Rp 1 juta per hari dengan margin laba mencapai 50%.

Saat ini, printer sudah menjadi kebutuhan pokok bagi para pengguna komputer. Seiring dengan itu, bisnis pengadaan tinta printer pun makin menjanjikan.

Peluang itu juga yang NextPrint, perusahaan penyedia isi ulang tinta printer (refill), tangkap. Layanan isi ulang tinta printer mereka melibatkan perusahaan tinta asal Korea Selatan.

NextPrint mengklaim, memiliki formula tinta spesial yang dapat memaksimalkan kualitas hasil printer. Berdiri tahun 2008, mereka mulai menawarkan kemitraan pada 2010 lalu.

Irwan Widjaja, Chief Marketing Officer NextPrint, mengatakan, hingga saat ini perusahaannya telah memiliki 38 mitra dan satu cabang kepunyaan sendiri. Mitra tersebar di Sumatra, Jawa, serta Kalimantan.

Anda tertarik menjadi mitra NextPrint? mereka menawarkan dua paket investasi. Pertama, paket dengan investasi sebesar Rp 15 juta. Dengan uang sebesar itu, mitra akan mendapatkan satu paket tinta, compatible, catridge, toner, compatible toner, kertas, dan spanduk.

Dalam paket ini, estimasi omzet mitra sekitar Rp 300.000 per hari dengan laba 50%. Mitra yang berminat harus menyediakan printer minimal dua unit, laptop satu unit, meja, rak printer, dan lainnya.

Kedua, paket dengan investasi sebesar Rp 30 juta. Mitra yang mengambil paket ini akan mendapat fasilitas yang sama dengan paket pertama. Tapi, jumlahnya dua kali lipat lebih banyak.

Sama halnya dengan paket pertama, mitra juga wajib memiliki komputer, printer, dan segala kebutuhan untuk printer. Perkiraan omzet paket ini berkisar Rp 300.000 - Rp 1 juta per hari dengan laba juga sekitar 50%.

Dengan laba sebesar itu, mitra dijanjikan akan balik modal selama empat bulan pasca-membuka usaha. Untuk memudahkan mitra, NextPrint tidak membatasi masa kontrak dan juga tidak memungut royalty fee.

Adapun harga jual tinta di tempat ini bervariasi tergantung ukurannya. Untuk yang ukuran 100 mililiter dibanderol seharga Rp 30.000, lalu 200 mililiter Rp 50.000, dan ukuran 1 kg Rp 150.000.

Hanya, Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting, mengingatkan, perhitungan balik modal NextPrint belum termasuk biaya yang perlu dikeluarkan mitra untuk membuka usaha, lo, seperti printer, komputer atau laptop, dan sewa tempat. "Kalau ditambah peralatan, balik modalnya bisa satu setengah tahun," katanya.

Erwin menyarankan, mitra yang mengambil tawaran ini menggabungkannya dengan usaha lain, seperti toko komputer atau lainnya.


NextPrint Head
Ruko Business Park Blok B2
Jl. Peta Barat Kalideres,
Jakarta Barat
HP: 085781668727

Sumber : Kontan, 19 Juni 2012
   Noverius Laoli, Revi Yohana

Saturday, June 9, 2012

Peluang Piza Tak sehangat Dulu Lagi


JAKARTA. Piza jelas bukan makanan asli Indonesia. Tapi kita tak bisa menututup maya bahwa makanan ini popular dadn dapat diterima dengan baik oleh banyak kalangan.
            Bahkan kini penjaja pizza bertebaran mulai dari kelas premium hingga kaki lima. Alhasil, makanan asli Italia ini telah sejajar dengan burger, kebab, dan makanan impor yang lain.
            Penjaja pizza ini beberapa di antaranya merupakan waralaba. Umumnya mereka mengarap segemen pasar kelas menengah dengan menawarkan harga terjangkau. Beberapa tawaran waralaba pizza pernah diulas KONTAN.
Nah, bagaimana gambaran perkembanfan bisnis waralaba pizza tersebut sekarang? Berikut ulasannya”
Pizza Van Java
            Pada 2012 silam, KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan dari Pizza Van Java asal Cirebon, Jawa Barat. Kala itu, pizza Van java masih memiliki 11 gerai, delapan diantaranya milik mitra, kini, Pizza van java mengalami pertambahan mitra dari delapan mitra menjadi 11 mitra. Sementara gerai milik sendiri tetap tiga. Jadi cabang pizza Van Java kini ada 14 cabang, semuanya ada disekitar Cirebon, Jawa barat.
            Apik S Rizal, Manajer Pizza Van Java mengakui, pertumbuhan jumlah mitra dan bisnis Pizza Van Java tergolong lamban. Ia berdalih, pihaknya memang belum berencana melebarkan sayap bisnis ini keluar dari Cirebon.
            Untuk mempertahankan pasar dan meningkatkan jumlah mitra , Pizza Van Java berusaha menjaga kualitas produk.”Tujuannya agar pelanggan tidak lari ke tempat lain, dan adanya pelanggan baru,” papar Apik.
            Selain itu, Pizza Van Java juga gencar melakukan promosi lewat media online. Agar pelanggan terpikat, gerai pizza ini tidak menaikan harga yakni sebesar Rp 13.000-Rp 30.000 per loyang.
            Pun begitu biaya investasi juga tidak mengalami perubahan. Pertama, paket investasi Rp 25 juta. Dipaket ini, mitra akan memperoleh fasilitas pelatihan karyawan selama tiga hari, satu unit booth lengkap dengan peralatan masak. Lalu ada bahan baku awal, paket promosi, frezer dan seragam.
            Kedua, paket investasi Rp 75 juta. Untuk paket ini, selain fasilitas seperti paket pertama, juga ada tambahan bonus alat produksi pizza dan hak supplier Pizza Van Java, termasuk tiga unit boks motor.
            Dengan masa kerjasama selama mlima tahun, Apik mengatakan, mitra paket kedua juga berhak menjadi master franchise .” Omzet rata-rata mitra saat ini stabil di angka Rp 600.000 sampai Rp 850.000 perhari,”ujar Apik.
            Salah satu menu andalan Pizza van java adalah Fruit Javanesse Pizza. Menu ini memiliki khas topping buah buahan tropis. Seperti. Seperti pisang, jeruk, juga jagung.
Piramizza
            Pebisnis pizza lain adalah Piramizza yang berdiri sejak 2007 di Surabaya. Berbeda debgab tampilan kebanyakan pizza di pasaran, Piramizza mengusung pizza berbentuk es krim yang menarik.
            Ide pizza berbentuk es krim ini dicetuskan Ramadhan Yasmanto. Namun di tengah jalan manajemen Piramizza diambil alih PT Baba Rafi Indonesia dan sejak Agustus 2008 mereka menawarkan waralaba.
            Saat KONTAN mengulas Piramizza pada November 2008 lalu, Piramizza baru memiliki lima gerai milik sendiri di Surabaya. Kala itu, mereka menawarkan kemitraan dengan investasi senilai Rp 200 juta, untuk lima booth sekaligus. Selanjutnya operasional dijalankan sepenuhnya oleh franchisor. Dengan asumsi omzet Rp 400.000 per hari atau Rp 12 juta per gerai per bulan, mitra bisa balik modal dalam 17 bulan.
            Hendy Setiono, pemilik PT Baba Rafi Indonesia yang bertanggung jawab atas waralaba ini, mengatakan, sejak tahun 2010 peminat kemitraan Pirramizza cukup banyak. Akhirnya mereka mengubah paket investasi yang ditawarkan menjadi paket booth senilai Rp 45 juta, belum termasuk sewa tempat.
Dengan paket sebelumnya yakni investasi Rp 200 juta tersebut, Baba Rafi mampu membuka 30 gerai Piramizza. Kini, dengan tambahan paket booth Rp 45 juta, Piramizza sudah berkembang pesat dan memiliki 70 gerai di Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Medan. "Dari total gerai ini, hanya 20% milik sendiri sedangkan sisanya milik mitra," ujar Hendy.

Menurut Hendy, dengan harga jual piza rata-rata Rp 15.000 per loyang, mitra bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 15 juta per bulan. Tapi, Piramizza mengenakan royalty fee 5% dari omzet.

Mitra bisa memperoleh laba bersih sekitar 25% dari omzet. "Balik modalnya kami perkirakan 1,5 tahun," jelasnya.

Hendy mengatakan, pihaknya akan akan terus mengembangkan produk piza Piramizza ini lewat beberapa inovasi. Prospek bisnis piza yang cukup bagus membuatnya optimistis bahwa target penambahan 30 gerai di tahun ini akan tercapai.

Rencananya, Hendy akan memboyong Piramizza ini ke Malaysia, seperti yang ia lakukan pada dua merek waralaba milik Baba Rafi sebelumnya yakni Kebab Turki dan Ayam Bakar Mas Mono.
Papa Ron's
            Papa Ron’s Pizza merupakan salah satu waralaba lokal yang cukup terkenal di kota-kota besar di Indonesia. Anak usaha PT Eatertainment Indonesia Tbk ini, memulai bisnisnya di tahun 2000. Dua tahun berselang, mereka menawarkan waralaba. Berbeda dengan gerai piza impor, Papa Ron's lebih menyasar kalangan menengah bawah.
            Pada tahun 2007, KONTAN pernah menulis waralaba Papa Ron's Pizza. Kala itu, jumlah gerainya sebanyak 46 cabang. Namun, tahun 2010 menyusut menjadi 34 gerai.
            Rupanya, sejak tahun 2007 sampai 2010, Papa Ron's telah menutup sebanyak 12 gerai, karena berbagai persoalan seperti tidak mendapat perpanjangan izin sewa tempat, atau pun mitra tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan kantor pusat. "Namun selain menutup gerai, kami juga membuka gerai baru," kata Noragraito, General Manager Papa Ron's.
            Pada pertengahan tahun 2012 ini, gerai Papa Ron's kembali menyusut. Saat ini jumlah gerainya sebanyak 33 yang tersebar di sejumlah kota besar di Indonesia. "Sebenarnya jumlah gerai kami ada 36 cabang, tapi tiga cabang yang berlokasi di Medan sedang bermasalah dengan kami, jadi kami tidak hitung," ujar Noragraito.
            Bagi calon investor yang berminat membuka gerai di suatu wilayah, Papa Ron's mensyaratkan investor harus merupakan penduduk lokal di wilayah masing-masing. Maklum, selain lebih mengetahui wilayahnya, ia berharap investor bisa terjun langsung membesarkan usahanya.
            Noragraito bilang, investor harus menyediakan dana investasi antara Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar. Selain itu, manajemen juga akan memungut biaya royalti sebesar 5% dan fee sebesar US$ 25.000 untuk masa kerja sama delapan tahun. "Jika mereka menjalankannya dengan benar, dalam waktu 3,5 tahun modal sudah pasti kembali," ujarnya. Sejak 2010 sampai saat ini biaya investasi tersebut belum mengalami perubahan.
            Untuk mempertahankan pangsa pasar, Papa Ron's konsisten mempertahankan kualitas produk. Sehingga semua produk piza yang dijual di gerai Papa Ron's milik mitra memiliki kualitas yang sama. Manajemen Papa Ron's rajin mengevaluasi mitra, kalau tidak bisa ikut standar maka akan diputus.

Peluang Piza Murah Lebih Besar
WARALABA dan kemitraan piza di Indonesia memiliki pasar yang masih cukup luas. Terutama di segmen menengah kebawah yang masih tergolong awam terhadap raa makanan ini. Karenanya, makanan ini bisa dimodifikasi dan dikenalkan ke mayarakat dengan murah. Bisnis ini sudah banyak digarap oleh pewaralaba piza lokal yang menawarkan investasi dengan nilai nominal tak terlalu besar.
            Menurut pengamat waralaba dari Proverb Consulting Erwin Halim, piza yang menyasar pasar kelas mengah bahwa menembus pasar yang ada saat ini pun bukanlah perkara mudah. “Mungkin masih banyak masyarakat yang tidak terbiasa dengan piza, sebab ini kan makanan khas Eropa, sementara kita lidah Asia,”ujar Erwin.
            Untuk itu, pelaku usaha piza ini perlu lebih gencar melakukan promosi dan memberikan informasi yang banyak ke pasar mengenai produk dan brand yang mereka usung. Selain itu, pengusaha piza juga menyediakan varian rasa yang disesuaikan dengan keinginan konsumen. Pengusaha bisa memainkan rasa hingga harga tapi tetap pada taraf yang wajar dan terjangkau oleh masyarakat.”Terus mencari celah serta perbanyak keunikan,” imbuhnya.
            Erwin mengingatkan, bisnis ini berkaitan dengan lidah masyarakat karenanya selera masyarakat harus tetap diperhatikan. Jika pasar telah mengenal makanan serta rasanya, ditambah harga yang relatif terjangkau, bukan mustahil piza dengan harga murah diminati di kelasnya.

Sumber : Kontan, 9 Juni 2012 
               Noverius Laoli, Fahriyadi, revi Yohana Simanjuntak

Tuesday, June 5, 2012

Badan Bugar, Bisnis pun Jadi Melar


Lantaran peminnya banyak, usaha pusat kebugaran tubuh kian menjanjikan itu pula yang mendorong Six Pacjk Gym menawarkan kemitraan dengan investasi Rp 900 juta. Omzet mitra ditargetkan Rp 50 juta per bulan. Dengan Laba 70%, mitra bisa balik modal dalam waktu 16 bulan-18 bulan.


MEMILIKI tubuh bugar dan sehat tentu menjadi dambaan setiap orang. Apalagi ditopang tampilan tubuh yang atletis, tentu menamba keprcayaan disi seseorang. Untuk mendapatkan tubuh bugar dan sehat, kini banyak orang mendatangi tempay gym atau fitness. Karena peminatnya banyak, usaha pusat kebugaran tubuh kini tumbuh subur. Guna membesarkan usahanya, banyak pemilik pusat kebugaran membuka tawaran kemutraan atau waralaba. Yawaran terbaru datang dari Six Pack Gym di kemanggisan, Jakarta Barat.


                Usaha ini telah dibuka sejak 2010 dan mulai menawarkan kemitraan pada 1 juni 2012. Saat kini Six Pack Gym sudah memiliki dua gerai milik sendiri di Kemanggisan dan Bintaro Jakarta. “Tahun ini kami targetkan bisa minimal mitra, ujar Co-Founder Six Pack Gym, Djoko Kurniawan.Tawaran kemitraan ini hanya berlaku bagi mitra di luar Jabodetabek. Sebab, untuk pembukaan cabang di wilayah Jabodetabek akan ditangani seluruhnya oleh pihak pusat.


                Six Pack Gym menawarkan paket kemitraan dengan investasi Rp 900 juta. Investasi itu sudah termasuk biaya pengunaan merek dan masa kerjasama selama tiga tahun sebesar Rp 125 juta. Untuk fasilitas, mitra akan mendapatkan pasokan peralatan gym hingga 33 buah.Mitra juga akan mendapatkan sistem operasional dan pelatiha karyawan. Bagi yang berminat, harus menyediakan tempat dengan luas bangunan minimal 200-250 meter persegi. Biaya fitness di Six Pack Gym ditetapkan berdasarkan lama berlangganan. Yakni, satu bulan, dan dua belas bulan.


                Untuk anggita yang hanya ingin mencoba satu bulan di kenakan biaya Rp 253.000. Sementara anggota yang ingin berlangganan selama duabelas bulan hanya dikenakan biaya Rp 160.000. Dengan biaya tersebut, pelanggan bebas menggunakan seluruh peralatan fitness. “Kami juga membuka kelas-kelas dan member tak perlu membayar lagi,” ujar Djoko.

                Kelas yang disediakan di antaranya kela hypnotheraphy, chi kung, dan taekwondo. Selain itu, ada juga kelas umum seperti yoga, aerobic, dan cha cha dance. Kelas akan dibuka setiap hari. Sementara jam buka fitness mulai pukul 06.00 hingga 23.00 malam.Djoko memperkirakan, omzet mitra Rp 50 juta-60 juta per bulan. Laba bersihnya 70% dari omzet. Dengan royalty fee 5% dari omzaet, mitra ditargetkan balik modal dalam waktu 16-18 bulan.


                Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, konumen pusat-pusat kebugaran hanya terbatas di kalangan menengah atas. Karena konsumennya terbatas, calon mitra hanya jeli memilih lokasi dan pangsa pasar.Selain lokali, besarnya biaya investasi juga harus dipertimbangkan. Mitra harus memperhitungkan lamanya waktu balik modal dengan masa kerjasama.Jangan sampai baru meraup untung sedikit, tapi masa kontrak sudah habis. Apalagi jika brand kemitraan ini belum terlalu kuat.”Faktor branding dan lamanya kontrak sangat mempengaruhi keberhasilan mitra,” papar Erwin.

Six Pack Gym
Jl. Kemanggisan Raya B4B
Batusari, Jakarta barat 11480
Telp : 021 – 5367 5599

Sumber : Kontan, Selasa 5 Juni 2012
   Revi Yohana S, dan Noverius Laoli