Friday, September 28, 2012

Peluang Oke dari Bisnis Karaoke


Peluang bisnis karaoke masih menjanjikan. Itu juga yang mendorong More Box Karaoke menawarkan kemitraan. Paket investasinya Rp 220 juta. Estimasi omzet mitra Rp 30 juta - Rp 40 juta per bulan. Dengan laba 50%, mitra bisa balik modal dalam satu smapai dua tahun.


Pertumbuhan bisnis hiburan semakin tak terbendung. Di berbagai pelosok Tanah Air terdapat berbagai jenis hiburan yang tergolong populer. Salah satunya adalah bisnis karaoke yang banyak digandrungi anak-anak muda.

Fenomena ini tentu saja mendatangkan peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Salh satu penyedia hiburan karaoke ini adalah Muhamad Syaiful Sidik yang mengusung brand More Box Karaoke di Bandung, Jawa Barat.

Mendirikan usaha tahun 2010, tahun itu juga ia langsung langsung menawarkan kemitraan usaha. Saat ini, ia telah memiliki enam mitra usaha. Semua mitranya berlokasi di daerah Bandung dan sekitarnya.

Bagi yang tertarik menjadi mitra usaha, Syaiful menawarkan paket kemitraan sebesar Rp 220 juta. Dengan modal sebesar itu, mitra akan mendapatkan fasilitas karaoke yang terdiri dari televisi layar datar, komputer, pendingin ruangan (air conditioner), sound system, serta meja dan sofa.

Pelbagai fasilitas tersebut disediakan untuk delapan ruangan karaoke berukuran minimal 2 meter (m) x 1,5 m persegi. Ruangan ini mampu memuat tiga sampai enam orang pengunjung.

Terkait tarif kunjungan, Syaiful menerapkan sistem yang berbeda dengan karaoke pada umumnya. Ia mengkenakan tarif per lagu dan bukan per jam. Jadi, pelanggan hanya dikenakan biaya sesuai denga lagu yang mereka nyanyikan.

Harga per lagu mulai Rp 2.000 - Rp 3.000. Harga per lagu ini di sesuaikan dengan kapasitas jumlah orangnya. "Bila sampai enam orang harga lagunya bisa dikenakan Rp 3.000" ucapnya.

Syaiful juta memberikan pelatihan konsultasi bagi mitra tentang cara mengelola bisnis ini. Dengan memiliki delapan ruangan, diperkiraan omzet mitra bisa mencapai Rp 30 juta - Rp 40 juta per bulan. Dengan laba 50%, mitra bisa balik modal dalam satu sampai dua tahun.

Tapi jika mitra menyerahkan pengelolaan bisnis kepada kantor pusat, mereka akan memotong royalti fee 10% dari laba bersih per bulan.

Keunggulan konsep karaoke yang ditawarkan Syaiful ini terletak pada sistem komputerisasi yang dipakai. Pelanggan bisa melihat video klip lagu sebelum memutarnya.

Jadi, sistem ini membantu pelanggan mengurangi kesalahan memilih lagu. Dalam kerjasama ini, pusat akan memasok lagu-lagu kepada mitra usaha.

Erwin Halim, konsultan dan pengamat waralaba dari Proverb Consulting menilai, prospek bisnis karaoke saat ini masih menjanjikan. Namun, bisnis rentang mengalami pasang surut. Soalnya, hiburan karaoke merupakan kebutuhan tersier alias bukan kebutuhan pokok.

"Permintaan karaoke tidak bisa diprediksi. Kalau nanti demam bernyanyi, pendapatan bisa turun," ujar Erwin.

Untuk itu, mitra bisa menanggulanginya dengan diferensiasi usaha. Misalnya, dengan menyediakan aneka makanan dan minuman, sehingga ada pemasukan tambahan dan alternatif bagi konsumen.

Lagu-lagu yang disediakan juga harus mengikuti tren musik yang sedang berlangsung. Di luar itu, pemilihan tempat yang baik dan sesuai target pasar juga perlu. 


Sumber :  Kontan, 28 September 2012
                    Noverius Laoli, Revi
                    Yohana Simanjuntak

Wednesday, September 19, 2012

Celah Besar Bisnis Pendidikan Anak



Persaingan di dunia pendidikan anak kini semakin ketat. Tak jarang, di luar waktu sekolah, anak-anak masih perlu belajar ekstra untuk dapat meningkatkan kompetensinya. Mengikuti program bimbingan belajar (bimbel) pun menjadi pilihan.

Tak heran, bila bisnis bimbel kini tumbuh subur bak cendawan di musim hujan. Bisnis ini kian semarak lantaran banyak pemainnya menawarkan waralaba atau kemitraan. Salah satunya adalah Brain Genius di Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat.

Bimbel untuk anak sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) ini berdiri tahun 2010. Sejak pertengahan tahun ini, Brain Genius menawarkan kemitraan.Saat ini, Brain Genius baru memiliki satu gerai milik sendiri di Pondok Gede. "Kelebihan kami adalah sistem yang lebih pada pendampingan anak ketimbang menambahkan beban belajar anak," klaim Novitawati, pemilik Brain Genius.Disebut pendampingan karena bahan-bahan pelajaran di bimbel ini mengikuti pelajaran anak di sekolah. Jika ada yang tertinggal atau kurang dimengerti maka akan dibantu saat bimbel. Begitu pun untuk pekerjaan rumah dan menjelang ujian. 

Supaya hasilnya maksimal, Brain Genius membatasi jumlah peserta. "Dalam satu sesi kelas tidak lebih dari sepuluh orang," ujar Novitawati. Dalam kemitraan ini, Brain Genius menawarkan paket C senilai Rp 35 juta dan paket B Rp 70 juta. Dua-duanya untuk masa kerjasama selama lima tahun.Mitra yang mengambil paket C akan mendapat meja belajar, AC, manajemen bimbel, dekorasi untuk dua ruangan, dan pelatihan guru. Sementara, paket B mendapatkan jumlah yang lebih banyak dengan tiga ruang kelas.
Target omzetnya mulai Rp 20 juta per bulan untuk paket C hingga Rp 35 juta - Rp 40 juta per bulan untuk paket B. Dengan laba bersih sekitar 25%-30%, mitra bisa balik modal mulai dari enam bulan hingga satu tahun.

Di kawasan Bekasi, biaya kursus dikenakan Rp 350.000 dan Rp 365.000 per tiga bulan untuk 25 kali pertemuan. Namun, mitra juga bisa menyesuaikan harga tersebut sesuai kebutuhan manajemen.
Di luar kedua paket itu, pusat juga menawarkan sistem investor. Dalam kerjasama ini, pusat akan menangani seluruh operasional, dengan sistem bagi hasil 30% untuk pusat dan 70% untuk mitra.
Brain Genius tidak memungut royalty fee. Tapi, setelah kontrak habis harus memperpanjang franchise fee. Erwin Halim, Konsultan dan pengamat waralaba dari Proverb Consulting menilai, bisnis bimbel saat ini masih cerah. Selain karena pertambahan jumlah penduduk, minat orang terhadap pendidikan juga terus meningkat.

Namun, persaingan di bisnis bimbel juga sangat ketat. Agar bisa bersaing, pebisnis bimbel harus bisa menunjukkan keberhasilannya dalam mendidik anak-anak.
Untuk itu, lembaga bimbel harus memiliki tenaga pengajar yang mumpuni. Brain Genius sendiri, menurutnya, tergolong pendatang baru dan harus membangun brand. "Mereka harus menunjukan kelebihannya ke calon mitra, sehingga mereka tertarik bergabung," ujar Erwin.

Brain Genius
Jl Antara No 200 Pondok Gede, Bekasi,
Jawa Barat
Telp: 021-23736749

Sumber : Kontan,  Rabu 19 September 2012
                   Revi Yohana, Noverius

Saturday, September 8, 2012

Bisnis Salon Pria Masih Macho


Pergi ke salon tak cuma monopoli kaum hawa. Kaum pria pun juga banyak yang menyambangi salon untuk bersolek. Banyak hal yang mereka perhatikan terkait penampilannya, terutama model gaya rambut.

Mereka inilah yang menjadi target salon pria atau barbershop. Laiknya salon wanita, salon pria juga tampil dalam balutan dekorasi menarik, nyaman, dan lengkap dengan pelayanan yang istimewa.

Lantaran peminat banyak, kini kita bisa dengan mudah menemui salon khusus pria ini. Malah, tak sedikit dari mereka yang mengembangkan usaha dengan menawarkan kemitraan atau waralaba.

Dalam review kali ini, KONTAN mengulas perkembangan usaha beberapa waralaba dan kemitraan salon pria, seperti Macho Barber, Macho Maz, dan Maxx Salon.

KONTAN pernah mengulas tawaran usaha mereka di tahun lalu. Nah, dari tiga pemain bisnis salon itu, ada yang kini semakin berkembang, tapi ada pula yang stagnan dan belum berhasil menjaring mitra sama sekali. Seperti apa persisnya perkembangan usaha mereka, berikut ulasannya:

Maxx Salon

Maxx Salon merupakan perluasan usaha salon milik pakar rambut ternama Rudy Hadisuwarno. Salon khusus pria ini dikembangkan melalui waralaba. Salon ini membidik pria-pria yang peduli penampilan, seperti pegawai, pengusaha, mahasiswa, dan laki-laki muda lainnya.

Saat diulas KONTAN pada Oktober 2011 lalu, Maxx baru memiliki tujuh gerai waralaba yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bandung, Medan, dan Pekanbaru. Namun, jumlah gerai waralaba mereka saat ini sudah berkembang menjadi 12 gerai. Lima gerai di antaranya berlokasi di Medan, Sumatera Utara. "Selebihnya di Serpong, Karawaci, Galaxy Bekasi, Lombok, Aceh, Bintaro, dan Pekanbaru," kata Rudy.

Menurut Rudy, waralaba Maxx Saon tetap mematok investasi sebesar Rp 200 juta. Dengan perolehan omzet berkisar Rp 80 juta hingga Rp 100 juta saban bulan, terwaralaba Maxx bisa kembali modal paling lama dua tahun. Maxx menawarkan jasa hairdo, hair tattooing, hair line up, coloring, dan treatment. Selain itu, layanan cukur jenggot atau cambang juga dilayani di salon ini.

Tak hanya itu, untuk konsumen yang melakukan potong rambut, mereka akan mendapatkan bonus back massage atau pijat pundak dan punggung, selama satu atau dua menit.

Tarif salon ini berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 500.000. Salon ini tak hanya nyaman bagi pria, tapi juga anak-anak. Itulah sebabnya, Maxx tak mau memandang usia, yang penting konsumen itu bukan perempuan. Pengunjung pun tak cemas karena peralatan yang digunakan di salon ini juga modern dan steril. Sehingga potong rambut dan penataannya lebih aman.

Rudy mengatakan, kehadiran Maxx ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pria akan fesyen rambut. "Ini adalah wujud inovasi kami untuk memenuhi kebutuhan para pria yang ingin tampil lebih trendy, maskulin dan tentunya nyaman di dalam salon," kata Rudy.

Macho! Barber

Salon asal Yogyakarta ini telah berdiri sejak tahun 2008. KONTAN pernah mengulas usaha ini pada Oktober tahun lalu. Saat itu, Macho! Barber baru memiliki empat gerai. Nah, saat ini, jumlah gerainya bertambah menjadi 15 gerai.

Perinciannya, empat gerai milik sendiri dan 11 milik gerai mitra. Selain di Solo dan Yogyakarta, gerai Macho! Barber juga terdapat di Jambi dan Makassar. Pemilik Macho! Barber, Hamid Mulyareja menilai, bisnis salonnya berkembang karena peminatnya semakin banyak. "Peminat salon pria semakin bertambah," ujarnya.

Sebelumnya, Macho! Barber hanya menawarkan dua paket kemitraan. Pertama, paket standar dengan nilai investasi Rp 55 juta. Kedua, paket kemitraan eksklusif senilai Rp 100 juta. Dari paket tersebut, mitra berhak menggunakan merek Macho! Barber. Hamid juga memberikan dukungan teknik dan sistem manajemen yang dikembangkan Macho Management.

Paket investasi ini juga sudah termasuk peralatan dan perlengkapan barbershop. Mitra standar akan mendapat empat kursi gunting rambut dewasa dan sebuah kursi gunting rambut anak. Mitra eksklusif menerima delapan kursi gunting rambut dewasa dan dua kursi gunting rambut anak. Hamid juga menyiapkan stylist atau tukang cukur profesional selama masa kerja sama. Jika ada stylist yang absen, technical support akan mengirim penggantinya.

Nah, mulai tahun ini, Macho! Barber menawarkan satu paket tambahan. Yakni, paket investasi senilai Rp 75 juta. Paket ini setara dengan paket standar, namun pengelolaannya dilakukan pusat. Jadi, mitra murni sebagai investor dan tak perlu mengelola.

Dari sisi keuntungan, pihak pusat akan mengutip bagian 40% dari laba bersih. Sementara mitra memperoleh 60%. "Banyak mitra yang berminat dengan usaha kami dan punya dana, tetapi tidak ada waktu untuk mengelola, makanya kami menawarkan sistem baru ini," ujar Hamid.

Seluruh paket yang ditawarkan sama-sama memiliki jangka waktu kemitraan selama lima tahun. Royalty fee yang dikutip juga masih sama, yakni 5% dari omzet. Sementara, harga layanan telah naik, dari Rp 6.000 untuk potong rambut menjadi Rp 10.000. Hamid berharap, Macho! Barber dapat menjangkau berbagai kalangan di berbagai daerah.

Dus, Hamid akan mengembangkan beberapa layanan lain. Diantaranya layanan facial atau perawatan kulit wajah. Rencananya layanan ini luncurkan tahun ini. Selain itu, ia juga tengah menyiapkan layanan manicure padicure.

Macho Maz

Salon pria Macho Maz berada di bawah naungan PT Mutiara Berlimpah. Sejak meluncurkan waralaba sekitar April 2011, ternyata belum ada satu pun calon mitra yang resmi bergabung sebagai franchisee.

Direktur PT Mutiara Berlimpah, Tulus Guritno mengaku, pihaknya tidak mau gegabah menjalin kemitraan. Padahal, ia mengklaim, sudah lebih dari lima calon mitra tertarik untuk bergabung.

Sebelumnya, PT Mutiara telah sukses mengembangkan waralaba salon muslimah. "Melihat perkembangan salon muslimah sangat bagus, saya yakin konsep yang sama bisa diterapkan untuk Macho Maz," katanya.

Dengan konsep yang baru, ia optimistis bisa menggaet lima mitra hingga akhir tahun ini. Meskipun mengganti konsep, paket waralaba yang ditawarkannya masih sama.

Tulus menawarkan dua paket waralaba, yakni paket reguler dan paket master. Paket reguler mematok biaya investasi sebesar Rp 50 juta. Terdiri dari biaya waralaba Rp 20 juta dan perlengkapan awal senilai Rp 30 juta. Masa kerjasama berlaku lima tahun dengan royalti fee sebesar 5%.

Adapun paket mitra master dibanderol Rp 130 juta. Investasi itu terdiri dari biaya waralaba Rp 100 juta, dan pembelian perlengkapan Rp 30 juta. Masa kerjasama paket ini sepuluh tahun.

Selain peralatan, mitra juga akan mendapat pelatihan. Tulus menyediakan perlengkapan untuk media promosi, seperti brosur, pamflet dan pemasangan iklan di surat kabar. Manajemen pusat juga melakukan pendampingan selama tiga bulan pertama. Untuk tarif layanan masih sama. Yakni, mulai dari Rp 10.000 untuk potong rambut tanpa cuci, hingga Rp 100.000-an untuk pijat tubuh.

Pasar terbuka karena bisnis ini segmented
Peluang bisnis salon pria agaknya memang masih menjanjikan. Apalagi, sekarang ini semakin banyak pria yang peduli dengan penampilan. Erwin Halim, Kosultan dan pengamat waralaba dari Proverb Consulting menilai, bisnis salon pria masih akan terus bertumbuh. “ Bisnis ini cukup menjanjikan karena permintaannya tetap dan pasarnya bersifat segmented,”ujarnya.

Selama ini, kata Erwin, banyak laki-laki kurang nyaman jika harus masuk ke salon umum yang lebih dikenal sebagai salon perempuan. Padahal, sekarang banyak laki-laki, terutama di kota-kota besar yang sangat memperhatikan penampilannya.

Umumnya, profesi mereka menuntut dirinya harus tampil macho dan bergaya. “Laki-laki yang menjadi public figure biasanya sangat mengutamakan penampilan,” jelasnya.

Makanya, bisnis ini diprediksi akan terus bertumbuh dengan mangsa pasarnya yang segemented. Di sisi lain, pemain bisnis salon pria ini juga masih tergolong sedikit. Cukup dengan memberikan pelayanan memuaskan, dijamin salon akan ramai diserbu konsumen. Supaya pelayananan memuaskan, pemilik salon harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang andal.

SDM anda ini bisa diciptakan melalui serangkaian program pelatihan. Pelayanan ini penting karena pelanggan akan datang secara regular. Agar mereka tidak lari ke tempat lain, pelayanan harus memuaskan.

Terkait lokasi usaha, kata Erwin, bisa disesuaikan dengan pangsa pasar yang dibidik. Bila menyasar pasar menengah bawah, lokasi bisa di daerah pemukiman yang banyak dihuni kalangan menengah bawah.


Sumber : Kontan Sabtu 8 September 2012
   Havid Vebri, Revi Yohana, Marantina,
   Noverius Laoli

Saturday, September 1, 2012

Potensi hoki bisnis takoyaki

Aneka makanan khas Jepang kini semakin marak dijajakan di Indonesia. Selain makanan berat, makanan ringan atau camilan khas negeri sakura itu juga banyak ditemui di Tanah Air. Salah satu camilan Jepang yang punya banyak penggemar di Indonesia adalah takoyaki. Di negara asalnya, makanan berbentuk bulat kecil yang terbuat dari adonan tepung terigu ini berisi irisan daging gurita.

Namun, kehadirannya di Indonesia sudah banyak mengalami inovasi. Selain gurita, banyak pengusaha kuliner menambahkan bahan isian aneka seafood, seperti udang, ikan, dan lain-lain. Mereka berinovasi dan menjadikan takoyaki sebagai ladang usaha karena makanan ini punya banyak penggemar di Indonesia.

Bahkan, banyak dari mereka yang menawarkan kemitraan atau waralaba. Kendati sudah melewati masa booming, peluang bisnis ini masih menjanjikan. Terbukti, beberapa tawaran kemitraan takoyaki mengalami pertumbuhan jumlah mitra. Beberapa diantaranya adalah Oishii Tako, Takoyaki-na, dan Takoyaku. Bagaimana kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.

Takoyaki-na

KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan Takoyaki-na pada bulan Maret 2010. Saat itu, usaha asal Yogyakarta ini sudah memiliki 50 gerai. "Kini jumlah gerai kami sudah 75 gerai," kata Yudithia Samsul, sang pemilik usaha Takoyaki-na. Dari jumlah tersebut, hanya dua gerai milik sendiri. Sisanya milik mitra usaha. Gerai tersebut tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, Purwokerto, Solo, Samarinda, Surabaya dan Balikpapan.

Ia menargetkan, jumlah outlet sampai akhir tahun ini mencapai 85 unit. Ia optimistis target itu tercapai. "Kemitraan kami diminati karena banyak masyarakat menyukai citarasa takoyaki kami," kata Yudith yang mendirikan usaha pada Maret 2009 ini. Yudith menawarkan takoyaki dengan beragam varian isi, seperti cumi-cumi, keju, daging sapi, kepiting, dan ayam. Karena ada kenaikan harga bahan baku, kini harga jual Takoyaki-na dibanderol mulai Rp 8.500 - Rp 9.000 per porsi. Harga sebelumnya Rp 6.500 per porsi.

Selain inovasi menu, untuk mengembangkan usaha, ia juga gencar melakukan sosialisasi kepada calon mitra. Selain lewat internet, sosialisasi juga dilakukan lewat media-media lokal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Komunikasi dengan para mitra yang sudah berjalan juga tetap dilakukan. Ia mengklaim, omzet sebagian besar mitra usahanya sesuai dengan target semula.

Takoyaki-na menawarkan dua paket kemitraan, yakni paket Rp 7,5 juta dan paket Rp 15 juta. Biaya kemitraan ini belum mengalami perubahan sejak tahun 2010. Masing-masing paket mendapatkan booth, peralatan memasak, banner, bahan baku, serta pelatihan karyawan. Tapi, jenis dan kuantitasnya berbeda setiap paket.

Lokasi usahanya juga dibedakan. Paket Rp 7,5 juta berlokasi di pinggir jalan, sedangkan paket Rp 15 juta menyasar pusat perbelanjaan. Yudith menargetkan, paket Rp 7,5 juta meraup omzet rata-rata Rp 250.000 per hari. Sementara omzet paket Rp 15 juta sebesar Rp 450.000 per hari.

Oishii Tako

Berdiri tahun 2008, gerai pertama Oishii Tako berada di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Pada tahun 2009, sang pemilik, Aziz Yunus resmi menawarkan kemitraan. Saat diulas KONTAN pada September 2010, Oishii Tako baru memiliki empat gerai.

Selang dua tahun, jumlah gerainya saat ini sudah 30 gerai. Dari jumlah itu, hanya empat gerai yang dimiliki oleh Aziz. Selebihnya milik mitra usaha. Penambahan mitra itu kebanyakan di Palembang, Yogyakarta, dan Ciamis. Sementara gerai lain tersebar di Jakarta dan Tangerang.

Aziz mengaku, kinerja bisnisnya ini lumayan memuaskan. "Soalnya, kompetitor semakin banyak dibandingkan saat pertama kali saya memulai usaha," jelasnya. Kendati persaingan kian ketat, ia optimistis tetap bisa bertahan. Untuk mengembangkan usahanya, ia fokus melakukan inovasi menu.

Selain isi daging gurita, Aziz kini membuat takoyaki dengan isi cumi-cumi, udang, kepiting, dan sebagainya. Varian menu ini dilakukan guna memenuhi selera pasar. "Karena tak semua orang menyukai daging gurita," ujarnya. Sejak tahun 2010, Aziz juga menambahkan toping saos pedas bagi konsumen yang menyukai rasa pedas.

Selain inovasi menu, ia juga tetap mempertahankan harga jual bahan baku ke mitra usaha. Dalam kerjasama kemitraan ini, Aziz belum menaikkan paket investasi Oishii. Ada dua pilihan paket investasi yang ditawarkannnya.Yakni, paket Rp 2,25 juta dan Rp 6 juta. Untuk paket pertama, mitra hanya mendapatkan alat panggang takoyaki, bahan baku untuk 150 porsi, serta kerja sama. Peralatan lain seperti booth harus disediakan sendiri oleh mitra.

Sementara untuk paket kedua , mitra akan mendapatkan booth, peralatan memasak, dan bahan baku awal untuk 150 porsi. Mitra juga akan mendapat alat promosi dan seragam karyawan. Kerjasama ini tidak memungut biaya royalti fee. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. Bahan baku takoyaki ini termasuk spesifik. Misalnya, katsuobushi yang terbuat dari daging ikan cakalang yang diserut untuk diambil kaldunya. Selain itu, rumput laut atau biasa disebut nori, yang sudah berbentuk bubuk.

Untuk harga jual ke konsumen mengalami kenaikan menjadi Rp 10.000 per porsi, dari sebelumnya Rp 9.000. Selain takoyaki, kini Aziz juga mulai mengenalkan camilan pendamping untuk dijual bersamaan, yakni okonomiyaki. "Meski penjualannya belum banyak, tapi bisa menambah omzet mitra," ujar Aziz.

Takoyaku

Berdiri sejak Desember 2010 di Bogor, Jawa Barat, Takoyaku merambah kemitraan pada Februari 2011. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini pada Juni 2011, Takoyaku baru punya tujuh gerai.

Jumlah gerainya saat ini sudah ada 20 yang tiga diantaranya milik sendiri. Syafril Angga Saputra, pemilik Takoyaku bilang, para mitra usahanya tersebar di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, dan Palembang.

Tahun lalu, Takoyaku masih menawarkan kemitraan dengan paket investasi senilai Rp 5,5 juta. Estimasi omzet mitra Rp 225.000 dan balik modal dalam waktu tiga bulan. Saat itu, menu takoyakinya masih terdiri empat pilihan rasa, yakni original, spicy, double cheese, dan mix max.

Nah, sekarang beberapa sudah ada yang mengalami perubahan. Misalnya, paket investasinya sudah naik menjadi Rp 7 juta. Investasi itu sudah termasuk peralatan, booth dan bahan baku awal. "Tapi belum sewa tempat," ujarnya.

Angga mengaku terpaksa menaikkan biaya investasi karena menyesuaikan dengan kenaikan harga peralatan dan bahan baku produk. Kendati begitu, Angga memastikan harga jual Takoyaku tidak mengalami kenaikan. "Masih masih kami jual Rp 7.000-Rp 8.000 per porsi," ujarnya.




Untuk target omzet dan balik modalnya masih sama. Hanya pilihan menunya kini semakin beragam. Selain takoyaki juga tersedia okonomiyaki, yuki sobu, dan yuki udon. Untuk lebih mempopulerkan brand Takoyaku ini, Angga berencana membuka paket mini resto.

Harus Berani Menawarkan Menu Berbeda

Kendati merupakan makana khas Jepang, bisnis takayoki di Indonesia masih menjanjikan. Peluangnya masih terbuka karena penggemarnya cukup banyak di Indonesia. Itu sebabnya, kata Erwin Halim, konsultan dan pengamat waralaba dari Proverb Consulting, bisnis ini masih akan diminati. “Apalagi risikonya kecil dengan harga dan biaya investasi yang terjangkau masyarakat menengeh kebawah” katanya
            Dengan rata-rata harga jual sekitar Rp 10.000 perporsi, siapapun bisa membelinya sekedar mencoba rasa. Kendati minim risiko, tetap ad abeberapa hal yang harus diperhatikan para pemain bisnis ini. Hal utama yang perlu diperhatikan terkait dengan inovasi menu. Menurutnya, para pemain di bisnis ini berani memproduksi t akoyaki dengan rasa yang berbeda “Diferensiasi produk itu penting untuk mengungguli yan lainnya” ujar Erwin.
            Terlebih, persaingan di bisnis ini sudah semakin ketat. Bila semua produk yang dijual sama, maka tidak ada pembeda dengan pemain yang lain yang dapat menarik minat konsumen. Selain inovasi menu, Erwin juga menekankan pentingnya strategi penjualan. Hal ini  terkait erat dengan pemilihan lokasi usaha. Karena ini bisnis makanan, ia menyarankan memilih tempat di keramaian, seperti mal. Apalagi takoyaki merupakan makanan ringan. “Dipintu-pintu keluar mal sangat bagus makanan ini dijajakan,” ujarnya
            Bila tempat pertama kurang ramai, harus berani memindahkan hasil usaha ke tempat lain. Makanya, harus jeli melihat tempat strategis lainnya. Untuk itu, jangan menyewa satu tempat dalam waktu lama.


Sumber : Kontan Sabtu, 1 September 2012
   Noverius Laoli, Revi Yohana, Fahriyadi ,