Thursday, November 22, 2012

Mengincar Laba Dari Pendidikan Usia Dini


Bisnis pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD) kian marak. Selain pemain lokal, bisnis PAUD juga diramaikan brand asing. Salah satunya adalah Bright Star International Preschool asal Inggris.

Lembaga pendidikan khusus anak ini dibawa masuk ke Indonesia oleh Dian Sukmawan yang berdomisili di Cengkareng, Jakarta Barat. Dian mulai menawarkan kemitraan Bright Star pada tahun ini.

Saat ini, Bright Star sudah memiliki tiga mitra yang berlokasi di Bandung dan Semarang. Namun, semua sekolah, termasuk milik pusat, baru memulai proses belajar-mengajar pada Juli 2013, sesuai jadwal tahun ajaran baru.

“Saat ini, semua sekolah sedang dalam tahap pendirian. Kami akan mematangkan semua proses agar tahun depan sudah mulai rekrutmen dan memulai pengajaran,” kata Dian.

Dian mengklaim, Bright Star menggunakan metode belajar unggul. Setiap materi yang diajarkan di PAUD ini didesain untuk diaplikasikan langsung oleh para siswa.

Selain metode belajar, kurikulum pelajaran juga mengadopsi yang dipakai Bright Star International Preschool di Inggris. Tenaga pengajarnya juga akan direkrut sesuai standar international, seperti keharusan mahir berbahasa Inggris.

Dian optimistis, metode tersebut dapat diterima masyarakat. Ia pun menargetkan, bisa menjaring delapan mitra baru hingga tahun 2014.

Bright Star menawarkan satu paket kemitraan dengan biaya investasi Rp 300 juta. Biaya itu sudah termasuk franchise fee sebesar Rp 50 juta, kurikulum berbasis internasional, pengembangan usaha, rekrutmen guru, pelatihan guru setiap bulan, renovasi sekolah, dan fasilitas pendidikan lainnya.

Dian menargetkan mendapatkan omzet tiap sekolah Rp 800 juta hingga Rp 1,5 miliar dalam setahun, atau sekitar Rp 66 juta hingga Rp 125 juta per bulan. Sementara, laba bersihnya berkisar Rp 70 juta hingga Rp 700 juta per tahun.

Dengan demikian, mitra akan balik modal dalam jangka satu tahun hingga empat tahun. “Omzet minimal itu kami hitung dengan asumsi mitra bisa menekan biaya sekolah serendah mungkin,” ucap dia.

Bright Star memungut biaya royalti dari tiap mitra sekitar 5% - 10% dari omzet bulanan. Murid yang bersekolah di Bright Star akan dipungut biaya sekolah berkisar antara Rp 300.000 sampai Rp 1,5 juta per bulan.

Selain itu, ada juga uang pembangunan sebesar Rp 3 juta - Rp 6 juta per tahun. Biaya pembangunan itu mencakup seragam, buku, fasilitas pendidikan, dan ekstrakurikuler untuk anak-anak.

Setiap sekolah akan berisi delapan kelas yang dibagi dalam empat kurikulum, yakni nursery A, nursery B, kindergarten A, dan kindergarten B.  Setiap kelas maksimal berisi 20 siswa. Luas setiap sekolah minimal 300 meter persegi.

Pengamat waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, bisnis PAUD sangat kompetitif karena sudah banyak sekali pemainnya. Berhubung Bright Star mengusung kurikulum internasional, target pasarnya adalah kalangan menengah ke atas.

Jika ingin sukses, pemilihan lokasi tentu harus lebih tepat. “Kalau bisa, lokasinya jangan berdekatan dengan sekolah intenasional lainnya,” sarannya. Selain itu, sumber daya manusia atau tenaga pengajar di sekolah ini juga harus menjadi perhatian utama.

Erwin menyarankan, Bright Star harus melakukan seleksi ketat dan memberikan pelatihan khusus kepada tenaga pengajar, sehingga sumber daya manusia ini bisa menunjang bisnis sekolah.
Sumber : Kontan, 22 November
                 Marantina Napitu, Havid Vebri

Friday, November 2, 2012

Peluang bisnis steik harga kaki lima


Daging bakar alias steik (steak) sudah tak asing bagi lidah orang Indonesia. Selain di restoran-restoran mahal. Kini banyak kafe atau restoran yang menjajakan steik harga kaki lima. Salah satunya adalah Zuper Steak di Bandung, Jawa Barat. Usaha steik milik aktor Hengky Kurniawan ini berada di bawah naungan PT Bandung Era Sentra Waralaba (Best Waralaba).Berdiri Januari 2012, Zuper Steak resmi menawarkan kemitraan sejak Agustus lalu. Reno Syafudin, Executive Marketing PT Best Waralaba, mengatakan saat ini Zuper Steak belum memiliki mitra. "Saya optimistis Zuper Steak bakal sukses," ujarnya.

Menu-menu yang ditawarkan di Zuper Steak terdiri dari chicken steak, sirloin, tenderloin, burger, hotdog, dan spagheti. Harga menu-menu itu berkisar antara Rp 6.000 hingga Rp 30.000 per porsi. Beragam menu itu disajikan dengan minuman ringan, seperti jus dan iced blended.Dalam kerjasama kemitraan ini, Zuper Steak menawarkan empat paket investasi. Pertama, tipe kios dengan biaya investasi Rp 65 juta. Mitra yang mengambil paket ini diperkirakan bisa meraup omzet Rp 18 juta per bulan. Dengan laba 40%, mitra bisa balik modal setelah 10 bulan.
Syarat menjadi mitra harus menyediakan kios dengan luas minimal 20 meter persegi. Kedua, tipe ruko dengan biaya investasi Rp 105 juta. Estimasi omzet dalam sebulan Rp 45 juta. Dengan laba 40%, mitra balik modal dalam jangka sembilan bulan. Dalam paket ini, mitra wajib menyiapkan ruko seluas 40 meter persegi.

Ketiga, tipe mini cafe senilai Rp 165 juta. Mitra bisa meraup omzet Rp 60 juta per bulan, dan balik modal setelah delapan bulan. Asumsi laba bersihnya sama, yakni 40%. Dalam paket ini, luas ruangannya 80 meter persegi.
Keempat, tipe resto dengan biaya investasi Rp 225 juta. Mitra bakal mendapat omzet Rp 120 juta per bulan dan diperkirakan balik modal setelah tujuh bulan. Mitra wajib menyiapkan ruangan dengan luas 120 meter persegi. "Laba bersihnya juga 40%," ujarnya.Dalam setiap paket, mitra akan mendapatkan perlengkapan masak, perlengkapan makan dan minum, dekorasi ruangan, promosi, dan bahan baku awal. Hanya jumlahnya saja yang berbeda-beda di setiap paket. Untuk biaya royalti dikenakan 5% dari omzet bulanan.

Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting mengatakan, tawaran kemitraan makanan steik memang masih menjanjikan. Namun, calon mitra tetap harus jeli dalam mencermati setiap tawaran kemitraan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Diantaranya, mitra harus melihat sejauh mana si pemberi tawaran kemitraan sudah sukses dalam menjalankan usaha ini.Ukuran kesuksesan itu bisa dilihat dari laporan keuangan selama satu tahun beroperasi. Selain itu, sudah berapa gerai yang dimiliki dan bagaimana kinerjanya. "Jadi jangan sampai, laporan keuangan belum ada, dan belum terlihat apakah usaha itu menguntungkan apa tidak,,” ujar Erwin.
Erwin menyarankan, agar Zuper Steak memperbanyak gerai milik sendiri dulu. Bila gerai-gerai itu sudah terbukti sukses, maka bisa menggandeng mitra. Selain itu, Zuper juga harus memiliki standard operational procedure (SOP), sehingga bisa menjawab hal-hal penting yang ditanyakan mitra.

Zuper Steik
Graham DFI 2nd floor-Grand
Surapati Core Jl PHH Mustofa
No 39, Bandung 40192
Hp : 088 1166 7121

Sumber : Kontan, Jumat  2 November 2012
               Noverius Laoli, Marantina