Friday, July 26, 2013

Membangun Basis Konsumen Melalui konsep Pain & Gain.

PERTANYAAN:
Yth. Pak Erwin,
Saya akan lulus kuliah tahun ini dari jurusan teknik sipil. Rencananya, dalam waktu dekat saya ingin memulai bisnis jasa drafting konstruksi bangunan dan design arsitektur, sambil juga bekerja.

Bagaimana mengenali kebutuhan calon konsumen saya, sementara saya belum banyak pengalaman dalam bidang ini, meskipun secara akademis saya mengusainya. Mohon penjelasannya.
Fatma
Palmerah, Jakarta
JAWABAN:
Saudari Fatma, secara sederhana, dalam berbisnis kita memerlukan mendefinisikan apakah nilai (value proposition) yang kita tawarkan kepada calon konsumen (customer segment), mengenal konsumen kita, dan bagaimana cara menyampaikan (channeling) nilai yang kita tawarkan tersebut kepada calon konsumen kita.

Kita harus dengan jelas mengerti dan menentukan ketiga bagian tadi. Saat ini, nilai yang kita tawarkan kepada konsumen (dalam hal ini adalah jasa) tidak hanya berdasarkan sumber daya alias kemampuan yang kita miliki (resource-based).

Bukan juga yang ditawarkan hanya dari kebutuhan pasar saja (market-based). Lebih dari pada itu, melainkan gabungan keduanya atau yang kita kenal dengan valuebased yang ditawarkan kepada konsumen kita.

Kalau kita mampu mengetahui kebutuhan konsumen, namun tidak memiliki kemampuan di sumber daya, maka konsumen mungkin akan kecewa dan akhirnya meninggalkan kita. Didi lain, jika kita memiliki sumber daya namun tidak memiliki pasar, adalah hal yang mubazir.

Jadi kita harus dapat melihat dari kedua sisi tersebut. Dengan cara demikian, sumber daya yang kita miliki juga adalah kebutuhan pasar atau konsumen kita.

Resouce atau sumber daya yang kita miliki dapat ditingkatkan dengan mendapat pengalaman – pengalaman dari bisnis yang kita jalani dengan cukup waktu. Misalnya melalui studi di sebuah institute baik formal maupun non formal (bisa berupa workshop atau seminar), melalui diskusi dengan teman-teman sejawat atau sebidang. Serta masih banyak lagi cara lain untuk mengembangkan sumberdaya dari berbagai sumber lainnya. Namun, bagaimana mengerti market kita?

Market kita, dalam hal ini konsumen, dapat kita eksplorasi kebutuhan dan keinginannya dengan cara melihat, apa masalah yang sedang dihadapi konsumen kita (pain), dan keuntungan apa yang diharapkan oleh calon konsumen (Gain) dari kita.

Kedua kata tersebut, yakni Pain dan Gain akan sangat membantu kita untuk cepat mengenalinya. Lalu bagaimana mengetahui Pain dan Gain konsumen kita?

Cobalah Anda merasakan dan mengerti Pain dan Gain dari konsumen Anda dengan cara mencoba menjadi konsumen! Ikuti, telusuri dan amati kalau anda menjadi seorang konsumen. Misalnya, hal-hal apa saja yang membuat konsumen merasa di kecewakan, tidak puas atau malah sampai benci kepada jasa yang akan Anda tawarkan.

Misalkan, pemilik rumah seringkali dikecewakan akan hal apa kalau mereka ingin mendesain dan membangun rumahnya? Dan sebaliknya, apa yang diharapkan oleh konsumen dari masalah-masalah yang sudah mereka hadapi itu.

Begitu juga jalan keluarnya. Apa solusi yang Anda tawarkan? Dan bagaimana kepuasan konsumen dapat dicapai? Apa keinginan seorang pemilik rumah yang akan membangun rumahnya? Banyak-banyaklah bertanya kepada pemilik rumah yang baru membangun rumahnya. Dengan begitu, anda bisa mendapatkan kedua hal tadi.


Melalui pemikiran seperti itu, saya berharap dapat memberikan sedikit pencerahan bagi Anda dalam merencanakan untuk membuka sebuah bisnis. Semoga jawaban saya singkat ini dapat membantu Anda.

Sumber : Kontan Jumat, 26 Juli 2013

Menyeruput Peluang Usaha Kedai Kopi


 Menyeruput secangkir kopi sudah menjadi kebiasaan  sebagian orang. Bahkan, kini menikmati kopi sembari bersantai atau kongko-kongko menjadi gaya hidup, terutama di perkotaan. Tak heran, bisnis kedai kopi kian marak. Salah seorang yang menggeluti usaha ini adalah Faris Chamin di Malang Jawa Timur.

Ia merintis usaha Maju Lancar Gemilang (MLG) Cofee Shop sejak tiga tahun silam. Kedai kopi ini tak menyajikan aneka jenis kopi, tapi juga the. Beberapa pilihan menunya, yaitu kopi robusta, kopi arabika, kopi brasil, kopi Thailand, kopi toraja, kopi sindikalang, teh jepang, hingga teh herbal. Satu gelas di banderol Rp 5.000 hingga Rp 15.000.

Faris mengklaim, MLG Coffee Shop merupakan satu-satunya bisnis dengan konsep classic brewing untuk menyeduh kopi. Kebanyakan pemain lain menyeduh kopi dengan mesin.” Kalau dari sisi rasa, kopi di MLG lebih pekat dan tidak banyak ampas, karena takaran kopi di sini lebih banyak dibandingkan standar internasional,”tuturnya.

Sejak Maret tahun ini, Faris menawarkan peluang kemitraan. Alhasil, sekarang sudah 25 gerai MLG Cofee Shop yang berlokasi di Malang, Kendari, Makasar dan Marauke. Rinciannya, tiga gerai milik pusat dan sisanya milik mitra.

Lima Paket Investasi

Tertarik membuka kedai kopi? Faris menawarkan lima paket investasi. Empat paket berkonsep booth, dengan investasi Rp 7 juta, Rp 8 juta, Rp 12 juta, dan 25 juta. Mitra akan mendapatkan 6-14 menu minuman, kemasan, blender, ice box, alat penyeduh kopi (sypon coffe brewer), seragam, kompor, elektrik, dan pelatihan. Perbedaan keempat paket itu adalah dari jumlah menunya.

Paket terakhir bersifat eksklusif, karena berbentuk kafe, serta menyajikan aneka minuman dan makanan ringan, seperti kentang goring dan chicken nuget.  Kisaran investasinya Rp 105 juta- Rp 300 juta, tergantung luas ruangan. Mitra akan mendapat interior desain, perlengkapan barista, perlengkapan masak, beragam penyeduh kopi dan the, media promosi, seragam dan pelatihan karyawan.

Faris memproyeksi, mitra bisa meraup omzet mulai dari Rp 9 juta hingga Rp 65 juta sebulan, tergantung jenis paket yang dioperasikan. Dengan laba bersih sekitar  20%-30%, mitra diharapkan bisa kembali modal dalam waktu 5-24 bulan. Setiap paket investasi itu berlaku tiga tahun. Pihak pusat akan mengutip biaya royalty 2% dari omzet, jika mitra sudah balik modal.

Pengamat waralaba Erwin Halim menilai, usaha MLG Coffee Shop baru beroperasi tiga tahun, Pertumbuhannya cukup cepat. MLG coffee Shop juga memiliki keunikan dengan konsep classic brewing. Harganya pun relative terjangkau.”Asal bisa menjaga keaslian dan kualitas produk dan layanan, usaha ini memiliki masa depan yang bagus,” papar Erwin. Perhitungan Investasinya tergolong baik dan masuk akal. Bahkan, Erwin memprediksi, balik modal usaha ini lebih cepat dari target, karena merupakan bisnis makanan.

MLG Coffee Shop
Jl Trunojoyo 10D, Malang Jawa Timur
Hp. 0819 4512 133

Sumber : Kontan Jumat, 26 Juli 2013

Friday, July 19, 2013

Renyah Laba Bisnis Ayam Goreng Tepung


Siapa tak kenal ayam goreng berbalut tepung atau biasa disebut fried chicken? Olahan ayam ini sangat populer dan banyak penggemarnya di Indonesia. Makanya, bisnis ayam goreng tak ada matinya, dan pemainnya masih terus bermunculan. 

Salah satunya Hasan Upik dengan usahanya Van Java Fried Chicken (VJFC) di Yogyakarta. Bahkan ia telah menawarkan kemitraan atas usaha yang ia rintis sejak tahun lalu tersebut. 

Hasan membidik pasar segmen menengah ke bawah. Makanya, harga produk relatif murah. Satu potong ayam goreng tepung dibanderol Rp 5.000 - Rp 6.500. Sementara, jika dengan nasi, konsumen harus menambah Rp 3.500. "Jadi, konsumen tidak akan membayar lebih dari Rp 10.000 untuk satu porsi ayam plus nasi,” ujarnya.

Supaya, usaha ini lebih berkembang, Hasan membuka tawaran kemitraan sejak awal tahun ini. Kini, pihak pusat tidak lagi mengelola gerai, supaya lebih fokus memanajemen gerai mitra. Sejauh ini, sudah ada tujuh gerai VJCF yang tersebar di Jakarta, Solo, Yogyakarta, Semarang, dan Sidoarjo. 

Tertarik mencoba peruntungan di bisnis ayam goreng? Manajemen VJVC mengemas dua paket investasi. Pertama, paket personal dengan investasi Rp 7,7 juta. Mitra akan mendapat booth, peralatan memasak, x-banner, seragam karyawan, bahan baku awal, serta pelatihan karyawan. 

Kedua, paket resto dengan biaya Rp 50 juta. Mitra berhak mendapatkan etalase indoor, neon box, papan menu, 10 buku menu, mesin kasir, perlengkapan masak, peralatan makan, x-banner, seragam karyawan, bahan baku awal, dan pelatihan karyawan. Selain itu, mitra harus menyiapkan tempat minimal 30 m2 sehingga bisa menampung delapan set meja. 

Paket pertama hanya menjual ayam goreng plus nasi. Sementara, paket resto bisa menjual menu minuman, tergantung pilihan mitra.

Tanpa biaya royalti

Hasan memperkirakan, mitra paket personal bisa menghasilkan omzet Rp 15 juta per bulan, sementara paket resto bisa mencapai omzet Rp 35 juta. 

Manajamen VJFC tidak memungut biaya royalti dari mitra. Nah, dengan perkiraan bisa mengantongi keuntungan bersih 30%, mitra diharapkan sudah bisa balik modal dalam sembilan bulan.Mengacu pada harga kemitraan yang relatif murah, Hasan optimistis, bisa menggaet 50 mitra baru sepanjang tahun ini. Nantinya, mitra hanya wajib membeli bumbu dan kemasan dari pusat.
 
Pengamat waralaba Erwin Halim menilai, usaha makanan ayam goreng cepat saji sudah cukup banyak kompetitornya. Tapi, karena pasarnya memang besar, jadi pembelinya tetap banyak.
Supaya bisa bersaing, Erwin menyarankan, pemilik usaha mencari keunikan yang membedakannya dengan kompetitor. Selain itu, mitra juga harus pintar mencari lokasi yang tepat untuk membidik pasar menengah ke bawah.

Dari segi nilai investasi yang ditawarkan VJFC, Erwin bilang, jumlah yang ditawarkan cukup logis, dan masih berpeluang besar terutama di daerah.


Van Java Fried Chiken
Sideorejo no 79A Rt2
Ngestiharjom Bantul
HP. 0823 2387 0727



Sumber : Kontan, Jumat 19 juli 2013

Friday, July 12, 2013

Membidik Target Market Baru, Belajarlah dari kompetitor

PERTANYAAN :
Yth. Pak Erwin,

Tante saya memiliki sebuah bisnis catering selama beberapa tahun. Target pasarnya kelas menengah ke bawah. Saya sudah membantu marketing dan manajemennya selama beberapa waktu. Namun, kami kurang puas dengan penghasilan saat ini dan ingin merambah ke catering untuk hotel atau wedding party, yang target market-nya menengah ke atas. Tapi, tidak mempunyai resource untuk belajar menu-menu serta desain penyajiannya, dan saya pikir kalaupun ada di luar negeri akan mahal. Mohon pencerahan dari Bapak.

Machdar
Kampung Bali, Tanah Abang

JAWABAN:
SAYA yakin,Anda memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dengan melihat kemampuan Anda melakukan marketing, manajemen bisnis catering, serta niat merambah market yang berbeda dalam hal ini yang lebih tinggi. Dengan pengalaman cukup sukses di kelas menengah ke bawah , tentunya Anda mempunyai cukup percaya diri untuk maju. Saya pikir ini adalah modal yang bagus, yaitu percaya diri yang tinggi.

Mengenai memasuki pasar menengah ke atas atau premium, tentu cara pemasaran dan manajemennya akan berbeda. Seperti Anda sebutkan, pelatihan-pelatihan untuk menu-menu baru memang bisa didapatkan di lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri seperti Lenotre University di Perancis, New England Culinary, Hattori Nutrition College di Jepang, Le Cordon Bleudi Prancis, Savaour Chocolate & Patisserie Barilla di Italy, atau The Culinary Institute of America di Amerika Serikat.

Tentunya mengambil kuliah lagi atau training di luar negeri akan memakan waktu dan biaya yang cukup tinggi. Tapi hal ini bergantung seberapa besar target bisnis Anda. Training lain bisa Anda dapatkan di Indonesia, karena sudah banyak pelatihan singkat dari beberapa sekolah kuliner dunia yang membuka cabang di Indonesia. Pilihan kedua ini murah dan cepat.  Tinggal anda memilih kebutuhan dan keinginan Anda dalam membuat menu baru. Dan pastinya harus disesuaikan dengan target pasar Anda, kultur dan tema hotel atau wedding party yang akan dijajaki. Hal ini membantu dalam masalah teknis kuliner, yaitu produksi menu-menu baru dan pilihan.

Cara lain yang dapat Anda lakukan dengan murah dan paling Update adalah belajar dari kompetitor Anda . datangi hotel-hotel target market Anda. Lalu, pesan makanan disana, nikmati dan pelajari secara visual dan teknis bagaimana pembuatan dan rasanya. Tentunya Anda harus mengajak tante Anda yang menguasai pembuatan produk kuliner tersebut. Datangi wedding party kelas menengah yang ada di Jakarta. Misalnya, ikutlah teman-teman, keluarga, atau pun relasi lainnya jika akan pergi ke salah satu wedding party di hotel berbintang atau pun wedding party di tempat –tempat yang memang menjadi target Anda.

Mungkin setelah melihat 10-15 tempat, anda mendapat banyak pengalaman dan masukan dari calon competitor Anda. Belajarlah dari mereka! Anda akan merasakan dan mengerti keterbaruan dari menu dan penampilan menu yang competitor Anda sajikan. Belajar dari competitor sangat efektif, update serta murah!

Pilihan yang terakhir dalam dunia bisnis dikenal sebagai market, research dan marketing intelligence. Di Indonesia dikenal dengan istilah ATM: Amati Tiru dan Modifikasi. Hal ini sangat wajar dan banyak dilakukan oleh perusahaan. Anda tidak perlu repot dengan membuat laporan super heboh seperti kuliah. Cukup catatan-catatan penting tentang informasi yang anda butuhkan. Semoga jawaban saya yang singkat ini dapat membantu anda. Untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan, pembaca dapat mengirimkan email ke alamat: Erwin.halim.mba@gmail.com



Sumber : Kontan, Jumat 12 Juli 2013

Padukan Sempoa, Komputer & Robotics

Minat kursus komputer dan robot masih diminati, terutama di daerah. Salah satu yang terjun ke bisnis ini LPK Budiman. LPK budiman pun menawarkan paket kemitraan, dengan investasi Rp 10 juta hingga Rp 104 juta, dengan target balik modal dua tahun. SEKTOR teknologi informasi dan computer berkembang pesat. Maklum, saat ini berbagai industri pasti bersentuhan dengan TI dan Komputer.  Makanya, pelatihan teknologi informasi dibutuhkan, terutama di daerah-daerah.

Salah satu yang membidik peluang ini sejak lama adalah Yayasan Budiman. Yayasan ini mendirikan tempat kursus bertajuk Lembaga Pendidikan Komputer (LPK) Budiman di Semarang , Jawa Tengah pada 1994 silam. LPK Budiman menawarkan kursus computer, sempoa, hingga robotics (kursus membuat robot). Kursus ini menyasar siswa SD hingga SMA. Sementara, kursus sempoa untuk siswa TK hingga SD, dengan 8 level. Tarifnya RP 150.000 per orang tiap bulan. Adapun, kursus komputer terbuka untuk masyarakat umum. Biayanya Rp 350.000 – Rp 750.000 per paket yang berlangsung selama 2 bulan.

Manager Operasi LPK Budiman, Nur Hadi bilang, sejauh ini, ada dua cabang LPK ini di Semarang. Demi mempercepat perluasan usaha, LPK Budiman menawarkan kemitraan sejak 2013. Ada tiga paket kemitraan yang bias di pilih, pertama, paket sempoa dengan investasi Rp 10 juta. Mitra akan mendapat peralatan mengajar, modul, dan pelatihan karyawan.Kedua, paket kursus computer Rp 77 juta. Biaya itu sudah termasuk kerjasama lima tahun, peralatan, sistem administrasi, dan pelatihan karyawan terakhir, paket kursus robotics senilai Rp 104.5 juta. Mitra berhak mendapatkan kerjasama lima tahun, peralatan, sarana belajar dan pelatihan karyawan.

Sistem online

Hadi memperkirakan, mitra paket sempoa bias meraih omzet Rp 13 juta sebulan. Dengan target laba bersih 15%, balik modal bisa tercapai kurang dari 1 tahun. Adapun paket kursus computer bisa menorehkan omzet Rp 16.5 juta sebulan. Jika target laba bersih 20% bisa tercapai, mitra bisa balik modal dalam dua tahun.

Sedangkan, robotics bisa menghasilkan omzet sekitar Rp 20 juta – 30 juta sebulan. Dengan keuntungan bersih 25%, mitra bisa kembali modal dalam dua tahun. Kata Hadi, LPK  Budiman bekerja sama dengan 15 sekolah di Semarang. Jadi, selain biaya kursus, mitra juga bisa mendapatkan pemasukan dari ekstrakurikuler yang diberikan pada siswa. Mitra dikutip biaya royalty Rp 1 juta sebulan. Yayasan ini membidik tambahan 10 cabang hingga penghujung tahun ini,”Kami mau fokus di Pulau Jawa,”ujar Hadi.

Pengamat waralaba, Erwin Halim menilai, bisnis kursus komputer saat ini tidak seramai dulu. Bisnis serupa banyak  yang tutup. Ia menyarankan pemilik usaha membuat sistem yang lebih sesuai dengan era teknologi. Yakni kursus secara online. Belajar TI dan komputer  lebih praktis dan menguntungkan jika menggunakan sistem online.”dengan pelatihan online, pasar lebih luas dan tidak perlu memikirkan lokasi,”ujar Erwin. Untuk pasar daerah strategi kombinasi usaha adalah pilihan tempat.


LPK Budiman
Jln. Kaligarang No. 23 Semarang
Telp. 024 844 6186


Sumber : Kontan, Jumat 12 Juli 2013
               Marantina Napitu, Pravita Kusumaningtias