Friday, August 30, 2013

Memilih bisnis Multi Level Marketing yang baik



                                                 
Pertanyaan:
Pak Erwin,
                Saya ibu rumah tangga ingin memulai usaha sampingan. Saya teinspirasi dengan istilah SOHO (small office home office), sehingga dapat berbisnis dan juga bekerja sebahai ibu rumah rangga di rumah. Dari pilihan yang ada akhirnya saya ingin menjadi salah satu agen MLM (multi level marketing) mengingat modal yang relative lebih kecil.
                Menjadi masalah saat ini adalah saya bingung memilih MLM yang baik, mengingat banyak orang berpandangan negatif tentang MLM dan banyak yang gagal, mohon penjelasannya.


                                                                    Siany
                                                                    Bekasi


JAWABAN:

Dear Ibu Sianny, womanpreneur semakin banyak saai ini dan banyak penelitian yang membuktikannya. Bisnis SOHO juga sudah terbukti berhasil. Jadi Ibu Sianny sudah pada jalur yang benar, tetap di rumah dan berbisnis.
                MLM harus terdaftar di Kementrian Perdagangan dan juga menjadi anggota penjualan langsung seperti APLI (Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia). Jadi ada payung hokum dari pemerintah dalam hal inio mengatur pendirian, pembinaan dan pengawasan usaha MLM dan dari sisi professional didukung oleh asosiasi (APLI). Kedua lembaga ini membatu untuk mengenal lembaga mana yang sudah terdaftar di kementrian serta menjadi anggota assosiasi. Dengan terdaftar di kedua lembaga ini memberikan indikasi kebenaran usaha MLM tersebut.
                Selain terdaftar di dua lembaga tadi, ada beberapa hal yang perlu dihindari dalam memilih MLM.
                Pertama, MLM yang tidak ada produknya (money game) hanya mendaftarkan anggotanya tanpa menjual apa-apa. Hal ini sangat berbahaya bagi agen. Sudah banyak bisnis investigasi mengaku sebagai MLM atau investasi lainnya tanpa menjual produk. Ujung-ujungnya, perusahaan tutup mendadak. Dan uang dari agen/nasabah di bawa kabur.
                Kedua, bisnis piramid. Artinya yang diuntungakan hanya yang di atas atau up line yang bermula-mula. Yang jadi downline kerja keras tapi hasilnya lebis besar upline yang tak kerja keras. Sitem KKS (kanan kiri seimbang/binary) yang menghanguskan sebagian pekerjaan Anda kalau downline tak seimbang
                Tiga, harga produk tidak wajar. Missal ada MLM yangmenjual sabun mandi seharga Rp 1 juta. Apa keuntungan Anda membeli produk itu?
               
Empat, membuat produk jadi satu paket dengan biaya registrasi. Ujung-ujungnya roduk tersebut tidak Anda gunakan.
Lima, tampa dukungan sistem leadership yang baik.
         Enam, sistem komisi yang berubah-ubah dan tidak jelas.
                Sebaiknya, bagaimana melihat MLM yang baik kita pilih? Setelah terdaftar dan tidak mengindikasikan hal yang buruk, pilihlah MLM yang Anda senangi produknya dan sistemnya. Misalkan Anda senang produk kosmetik, produk kesehatan, atau kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
                Bisnis MLM yang baik, biaya registrasinya relatif ringan dan tak ada paksaan membeli produk . hal utama dalam bisnis ini adalah produknya. Sistem leadhership membantu Anda menjalankan bisnis MLM karena perlu motivasi kuat menjalankan bisnis ini.
                Tak ada dukungan dari upline akan membuat Anda bingung menjalankan bisnis sehingga lama-lama mati. Banyak sekali bisnis MLM tidak dijalankan lagi karena agen menganggap bisnis ini sampingan dan tak perlu fokus. Kalau tidak fokus bekerja pasti hasilnya tidak maksimal.
                Cerita-cerita negatif di balik bisnis MLM adalah kebohongan yang dilakukann para agen waktu menawarkan bisnisnya berkedok bisnis jaringan, bisnis retail, pengahasilan ratusan juta yang diplesetkan/dimaipulasi sehingga calon agen merasa dibohongi setiap orang mendengar MLM langsung antipati.
                Untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan, pembaca dapat mengirim email ke erwin.halim.mba@gmail.com


Friday, August 16, 2013

Teknologi Informasi, Bikin Untung Atau Malah Rugi?

PERTANYAAN:
Yth. Pak Erwin
Saya memiliki sebuah apotek di Jakarta, dengan jumlah 10 karyawan. Di dalam kios kecil banyak sekali nama-nama obat yang harus di hafal (ada sekitar 1.500), dan sering kali kami kurang stok barang atau terlewatkan tanggal kadaluwarsa.

Saya pernah mendapat tawaran dari IT programmer untuk membuat program stok barang. Namun setelah jadi, kami tidak sanggup melakukan data entry, sehingga akhirnya kami membayar tenaga lepas untuk data entry. Setelah selesai ternyata aplikasi yang dibuat juga tidak sesuai dengan yang saya perlukan, malah membuat kami kacau dalam menjalankan sistem operasional. Sementara si programmer lepas tangan. Ia menganggap saya tidak memberitahu masalah-masalah yang saya hadapi di awal. Bagaimana sebaiknya pak?

Yunita
Pasar Baru
JAWABAN:
Dear Ibu Yunita, sejauh ini ada dua kemungkinan penggunaan teknologi informasi (TI) dalam bisnis, yaitu sebagai pendukung atau kompetensi utama bisnis.

Sebagai contoh, mesin pencari di internet, media social, e-commerce dan e-newspaper adalah bisnis yang kompetensi utamanya menggunakan TI sebagai tulang punggung bisnisnya. . teknologi yang digunakan selain terkini, juga membutuhkan perhatian dan dana yang khusus.

Teknologi di sini menjadi sangat penting bagi perusahaan-perusahaan tersebut. Kesalahan memilih dan menjalankan berikabat fatal, karena vitalnya teknologi di bisnis ini. Teknologi malah menjadi strategi utama bisnisnya.

Namun sebagian bisnis lain, seperti restoran, bengkel dan juga apotek, membutuhkan TI sebagai pendukung. Artinya, kalau TI digunakan akan membantu meningkatkan keberhasilan bisnis dan kalau tidak digunakan akan membantu meningkatkan keberhasilan bisnis, dan kalau tidak digunakan tidak membuat bisnis ambruk. Contoh nyata bisnis Ibu sendiri.

Pada beberapa bisnis, TI sudah bergeser menjadi kompetensi utama, misalnya pada bank. Dulu penggunaan TI di bank sebagai pendukung, namun sekarang menjadi sangat penting dan menjadi kompetensi utama. Kedua hal ini harus jelas bagi Ibu Yunita agar jelas penggunaan TI dalam bisnis Ibu.

TI di apotek akan sangat membantu operasional seperti mempercepat proses pencarian , memeriksa stok barang, pemesanan, dan penjualan. Seharusnya aplikasi di apotek  ada peringatan kadaluwarsa obat yang hampir habis. Sistem FIFO (first In First Out) akan sangat berguna memisahkan obat mana yang harus dikeluarkan. Monitoring obat yang hampir habis, sehingga harus segera dipesan ke distributor, akan sangat membantu. Monitoring obat-obat yang sering laku juga sangat membantu untuk menentukan berapa banyak obat yang harus di stok. Malah aplikasi yang baik, dapat memprediksi obat-obat yang harus dipersiapkan temporer lebih banyak, seperti pada waktu menghadapi libur panjang.

Inti dari pemaparan saya di atas adalah, pembuatan aplikasi untuk apotek harus mengerti proses bisnis yang Ibu hadapi. Data entry selain dapat menggunakan tenaga lepas, juga bisa dengan hanya mengisi data obat-obat yang baru dipesan, obat yang penjualannya perlahan-lahan hingga akhirnya habis secara alami.

Ibu tidak perlu terlalu stress dengan data entry. Karena itu bukan bisnis utama Ibu. Mintalah kontrak dengan pembuat aplikasi TI tadi, misalnya selama dua tahun atau tiga tahun. Kalau perlu, aplikasi yang ibu pakai menggunakan sistem sewa, sehingga kalau ada masalah, pembuat ikut bertanggung jawab. Jadi, penggunaan TI haruslah membantu agar apotek Ibu makin meningkat performance-nya. Bukan malah repot, dan akhirnya merugikan Ibu sendiri.

Semoga jawaban saya dapat membantu Ibu. Untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan, pembaca dapat mengirim email ke: Erwin.halim.mba@gmail.com .

Friday, August 2, 2013

Peluang Kedai Bebek Salto Tak jungkir Balik

Pebisnis kuliner semakin pandai mengolah bebek menjadi santapan yang lezat dan tidak berbau amis. makanya, olahan bebek kian digemari. Tak heran, gerai-gerai yang menawarkan menu tersebut semakin marak. Salah satu pemain lama di bisnis kuliner bebek adalah Bebek Salto di Semarang.

Usaha ini dirintis Susiladi sejak akhir 2008. Ada lebih dari 15 menu yang disajikan Bebek Salto. Mayoritas menu atau sekitar 70% berbahan dasar bebek. Misalnya bebek goreng, bebek sarang kremes, dan bebek goreng twin sambal. Aneka menu itu dibanderol mulai Rp 10.000 hingga Rp 25.000 per porsi.

Pria yang akrab disapa Adie ini mengaku, pihaknya rajin menciptakan variasi menu baru supaya konsumen tidak bosan. "Setiap enam bulan, kami menambah menu baru. Selain itu, kami memilih koki berpengalaman sehingga kualitas rasa terjaga," ungkapnya. 

Agar usahanya lebih berkembang, Adie menawarkan kerjasama kemitraan Bebek Salto sejak akhir 2012. Kini, selain gerai milik sendiri, juga ada lima gerai milik mitra yang berlokasi di Yogyakarta, Medan, Malang, dan Pontianak.

Tertarik menjadi mitra Bebek Salto? Adie menawarkan dua paket kemitraan. Pertama, paket master salto dengan investasi Rp 70 juta. Kedua, mitra salto dengan biaya Rp 40 juta.
Investasi itu mencakup franchise fee selama lima tahun, dan pengadaan peralatan masak, perlengkapan gerai, pelatihan karyawan, serta atribut promosi seperti neon box dan banner.

Adie menyatakan, perbedaan kedua paket itu hanya dari sisi suplai bumbu. Mitra paket master salto diberikan resep pembuatan bumbu untuk empat menu inti Bebek Salto. Sementara, mitra salto wajib membeli bumbu jadi dari pihak pusat.

Estimasi Adie, mitra bisa mengantongi omzet sekitar Rp 60 juta sebulan. Ini dengan perhitungan mitra bisa menjual rata rata 70 - 80 porsi sehari. Dengan laba bersih berkisar 20%-30%, mitra sudah bisa balik modal sekitar 6-10 bulan.Manajemen Bebek Salto akan memungut biaya royalti sebesar 5% dari omzet bulanan untuk master salto, dan 4% untuk mitra salto. Adie berambisi menambah  lima gerai baru hingga pengujung tahun ini. "Kami akan buka tiga gerai di Kudus, Madiun, dan Purwokerto pada kuartal terakhir 2013," imbuhnya.

Pengamat waralaba Erwin Halim menyebut, usaha kuliner bebek butuh sesuatu yang unik untuk ditonjolkan. Tujuannya, supaya berbeda dibandingkan kompetitor yang sudah sangat banyak. "Jadi, perlu ada spesifikasi tertentu untuk mendongkrak nilai jual," paparnya.

Sementara, dari sisi perhitungan omzet dan balik modal, Erwin menilai, tawaran dari Bebek Salto masih masuk akal.  "Tapi harga paket investasi ini agak mahal. Melihat target pasar menengah ke bawah, sebaiknya harga paket investasinya bisa diturunkan," saran Erwin.     

Sumber : Kontan, 02 Agustus 2013

              Marantina Napitu, Pravita Kusumaningtias