Thursday, November 14, 2013

Mencari Mitra atau Ambil Kredit Tanpa Agunan



Pertanyaan:
Saya, saat ini menjalankan bisnis catering box untuk rapat-rapat perusahaan. Masih kecil memang. Meski begitu, saya secara rutin sudah mendapat order lumayan, meski keutungan belum memadai. Untuk menunjang bisnis ini, saya ingin membeli banyak peralatan memasak yang saya butuhkan.
                Untuk itu, saya bermaksud mengambil kredit tanpa agunan (KTA) dari bank, namun kesulitan dalam pengurusan dokumen. Di satu pihak, ada rekan yang menawarkan kerjasama menanamkan modal. Bagaimana menurut pendapat Bapak? Mana yang lebih baik dari dua pilihan tersebut?

Natasha,
Bekasi, Jawa Barat


JAWABAN:

Ibu Natasha, pendanaan memang sangat penting dalam bisnis, apapun itu. Hal terpenting dalam pencarian pendanaan adalah tujuan mendapatkan dan apakah jangka panjang atau jangka pendek.

                Harus diingat, bunga kredit tanpa agunan (KTA) relatif besar karena kredit diberikan tanpa agunan, sehingga resiko bank dalam hal ini menjadi lebih besar dibanding dengan konsumen yang memberikan agunan.

                Oleh karena sifat pinjaman KTA seperti itu, maka menurut saya, KTA sebaiknya dipakai untuk event-event khusus jangka pendek. Misalkan Ibu Natasha dapat order cukup banyak secara mendadak, tapi hanya 10 hari. Kesempatan ini bisa Anda ambil dengan menggunakan KTA.

  
              Masalah administrasi KTA juga banyak,  memerlukan slip gaji atau kartu kredit yang aktif, saya pikir sangat wajar, karena bank dalam hal ini tiak memegang agunan dari nasabah. Malah untuk pinjaman dengan agunan, aka nada pihak bank yang melakukan evaluasi terhadap calon nasabah. Tentunya administrasi akan lebih rumit lagi.

                Mencari mitra kerja tentunya dapat menjadi pendanaan untuk jangka panjang, sebab Ibu tidak perlu memikirkan bunga bank. Dengan adanya mitra yang diajak kerjasama, harus ada peningkatan omzet dan peningkatan profit.

                Harus diperhatikan juga sewaktu Ibu mengajak atau merekrut calon mitra pastikan mitra mengerti bentuk kerjasama dilakukan. Mitra juga harus menerti hak-hak dan kewajibannya.

                Selain itu, mitra harus mengerti berapa jumlah uang yang harus diinvestasikan dan kapan investasi akan kembali. Malah, biasanya sebagian mitra ingin mengetahui secara detail business process yang Anda jalankan.

                Untuk itu pastikan calon mitra Anda memang benar akan menjadi mitra yang saling menguntungkan. Jangan sampai setelah Anda bekerja sama, mitra malah menjadi kompetitor Anda.

                Pastikan ada perjanjian kerjasama yang jelas meskipun sederhan. Pastikan pihak ibu dan calon mitra mendapat hak, kewajiban dan kejelasan, bahkan kalau ada sengketa di waktu yang akan datang.

Semoga jawaban saya yang singkat ini dapat membantu Anda. Artikel-artikel yang di tulis dapat di baca di http://1000pengusaha.wordpress.com. Untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan pembaca dapat mengirim email ke: erwin.halim.mba@gmail.com.



Sumber : Koran Kontan, 8 November 2013



 

Friday, November 1, 2013

Tips Mencari Pemasok untuk Bisnis Belanja Online



Pertanyaan:
Yth. Pak Erwin
        Saya, sekarang ini, memiliki bisnis online. Sudah berjalan kurang lebih hampir dua tahun. Namun, hingga kini, saya masih menjadi reseller. Saya ingin mencari supplier dari luar negeri, karena harganya jauh lebihmurah. Jadi, saya mau mencoba belanja ke luar negeri sendiri.
        Persoalan, jika berbelanja lewat e-bay dan sejenisnya, saya kurang yakin, karena banyak menipu atau sejenisnya. Menurut bapak, apa lebih baik saya membuka pre order setiap bulan (untuk meminimalisir kerugian uang yang besar karena pergi ke luar negeri setiap bulan), atau saya sekali pergi ke luar negeri dan mencari yang berminat untuk menjadi supplier?
        Saya juga ingin merek bisa mengirimkan barang melalui kargo atau sejenisnya ke Indonesia. Yang jelas, saya belum siap kali sampai rugi terlalu besar. Mohon pencerahannya.

Wanda Malta
Bandung

JAWABAN:
IBU Wanda, menarik sekali ibu berjalan online, tapi juga khawatir untuk belanja online. Dari situasi ini sebenarnya Anda bisa menjadi paham alasan konsumen terkadang ragu atau sulit percaya untuk berbelanja online. Saat Ibu bertanya kepada saya ini pun, sebenarnya ada resiko yang mungkin dihadapi. Tapi, resikonya hanya pertanyaan mungkin tidak saya jawab.

        Saya akan memberikan beberapa tips penting untuk mencari supplier atau pemasok. Pertama, adalah kepercayaan kepada pemasok. Bagaimana bisa percaya? Mulailah mengambil langkah kecil dengan membeli barang dalam jumlah sedikit. Pastikan calon pemasok atau supplier regular ibu adalah produsen bukan reseller (seperti bisnis ibu), sehingga ketergantungan kepada produsen tidak terlalu besar dan harga barang relative lebih murah, karena jenjang  jalur pemasaran tidak terlalu banyak.

   
     Kedua, jangan tergantung kepada satu pemasok. Semakin banyak pemasok Anda [unya, Anda semakin tidak terikat. Namun demikian, jangan pula memiliki pemasok terlalu banyak, misalnya sampai 10 atau 20 supplier. Kalau kebanyakan nanti akan pusing mengurus pembayaran. Menurut saya cukup tiga sampai empat supplier saja untuk barang yang sama.

        Ketiga, pastikan ketersediaan barang, pengiriman yang tepat waktu, cara pembayaran dan asuransi barang. Ini untuk mengukur kapan barang Ibu akan tiba di Indonesia. Jangan lupa minta dengan jelas harga barang, kemudian harga di Jakarta, harga di pelabuhan di Jakarta, harga di gudang produsen, dan harga di gudang ibu.

        Menjawab pertanyaan ibu menngenai apakah sebaiknya pre-order atau belanja ke daru Negara, menurut saya, tergantung strategi Ibu dan keinginan, serta rencana bisnis Ibu. Tentu semuanya ada plus minusnya.

        Kalo pre-order memang mengurangi resiko, tapi relative sedikit. Ibu harus mengumpulkan pemesan satu-persatu. Sementara, kalau Ibu berbelanja ke luar negeri mencari barang, ibu akan tahu apakah mereka reseller atau sebenarnya produsen. Juga dapat mengetahi kredibilitas perusahaan tersebut.

        Apakah mereka mau mengirimkan barang lewat kargo? Tergantung perusahaan yang Ibu datangi. Tentunya mereka akan mau jika Anda membeli secara regular dan dalam jumlah yang mereka inginkan.
        Kalau Ibu mau mengurangi kerugian, pastikan pengiriman dengan asuransi. Jangan lupa ada bea cukai. Semua barang yang masuk ke Indonesia yang tidak dibebaskan dari pajak, pasti dikenakan pajak.
       
Semoga jawaban saya yang singkat ini dapat membantu Anda. Artikel-artikel yang di tulis dapat di baca di http://1000pengusaha.wordpress.com. Untuk informasi lebih lanjut dan pertanyaan pembaca dapat mengirim email ke: erwin.halim.mba@gmail.com.


Sumber : Koran Kontan 26 Oktober 2013

Kursus Inggris Masih Cas Cis Cus



Tenaga pengajar berkualitas dan metode pengajaran yang menarik jadi kunci sukses bisnis kursus

JAKARTA, Mahar menguasai bahasa Inggris, menjadi keinginan banyak orang, temasuk orang Indonesia. Maklum, bahasa yang paling popular dan paling banyak digunakan di dunia. Makanya, banyak bermunculan temoat yang menawarkan kursus bahasa inggris

Image
    Para pemilik usaha itu pun banyak yang membuka peluang kemitraan untuk cepat ekspansi usaha, seperti Cita Nusantara. Speakup!!!, dan Smart English.

    Kali ini KONTAN kembali mengulas tiga tawaran usaha kursus bahasa inggris tersebut. Namun, tak semuanya mampu bersaing dan berkembang. Ada usaha yang gerainya melosot. Nah, apa kendala yang dihadapi pemilik usaha sehingga gagal mengembangkan usaha dan apa strategi pemilik usaha sehingga gerai mereka bisa bertambah? Simak ulasan berikut.


·   Cita Nusantara

    Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Cita Nusantara beroperasi sejak September 2003 di Jakarta. Cita Nusantara tidak hanya menawarkan kursus Inggris, tetapi juga menawarkan bahasa-bahasa lain seperti Mandarin, Korea, Perancis, Jerman dan Spanyol. Total ada 12 bahasa. Namun, kemitraan baru ditawarkan pada Januari 2013.

    Usaha ini cukup bisa bersaing rupanya. Buktinya, dalam waktu dari setahun, Citra Nusantara sudah menggaet lima mitra.
    Direktur Utama Cita Nusantara Dondyadi Santoso menyebut, usahanya bisa berkembang, karena tempat kursus ini menawarkan lebih banyak pilihan bahasa dan membidik target seluruh usia. Tim pengajar di setip gerai merupakan pilihan, yang direkrut langsung oleh pusat.

    Sampai saat ini, paket kemitraan yang ditawarkan masih sama yaitu senilai Rp 200 juta. Biaya itu mencakup franchise fee selama lima tahun, dekorasi, furniture, perlengkapan belajat seperti materi dan buku-buku, lalu standar operasional, serta pelatihan guru dan staf. Mitra wajib menyiapkan tempat seluas 250 m2.

    Menurut Dondy, selain harga paket masih sama, tarif kursus pun masih tetap, yaitu Rp 1 juta per tiga bulan untuk satu siswa. Mitra ditargetkan bisa mengantongi omzet Rp 30 juta sebulan. Jika, target laba bersih 40 % tercapai, mitra bisa balik modal sekitar 1,5 tahun hingga 2 tahun.

    Supaya bisa menggaet lebih banyak mitra, Doddy terus gencar berpromosi lewat media online, menyebar brosur dan memasang spanduk. Maklum, sampai penghujung tahun ini ia masih membidik tambahan 4 mitra.

·   Speakup!!
    Kursus bahasa inggris ini berdiri di Bandung pada April 2007. Kemudian sejak 2012 , pemiliknya membuka peluang kemitraan. Speakup!! Menawarkan kursus bahasa inggris untuk anak usia lima tahun hingga kelas karyawan.

    Meski tidak pesat perkembangannya, namun Speakup!! Masih mampu menambah mitra dalam waktu setahun terakhir. Sekarang sudah ada tiga gerai yang seluruhnya berlokasi di Bandung. Satu gerai milik pusat, sementara dua lainnya milik mitra. Sebelumnya ketika KONTAN mengulas tawaran ini Oktober 2012, tercatat baru ada dua gerai.

    Pemilik Speakup!! Freddy Yusanto mengklaim, permintaan membuka gerai sebenarnya cukup banyak. “Kalau kami menuruti permintaan, mungkin kami menuruti permintaan, mungkin kami sudah buka dua sampai tiga gerai lagi,” ungkapnya.

    Ia bilang, ia tak ingin gegabah menambah mitra, karena masih terbilang baru dalam kemitraan. Itu sebabnya, Freddy memutuskan untuk membimbing mitra sampai mencapai target, barulah membuka gerai membuka gerai mitra berikutnya “Target kami, minimal mitra tidak rugi dan bisa menutupi biaya operasional tiap bulan,” tuturnya.

    Sampai saat ini, Freddy terus memperbaharui materi-materi yang dibawakan dalam kursus, supaya kemitraan ini bisa berkembang dan diminati. Misalnya, dengan mengusung topik yang sedang tren. “Fokus kami kan menstimulasi orang untuk berbicara bahasa Inggris, maka pendekatannya bergerak mengikuti tren sekarang, untuk memeancing mereka bicara,” paparnya.

    Freddy masih menawarkan tiga paket investasi,yaitu senilai Rp 15 juta, Rp 30 juta dan Rp 80 juta. Namun, ia mengaku mitra lebih banyak yang tertarik dengan paket Rp 15 juta dan Rp 3 juta, karena tidak berat pada modal awal.
    Syarat menjadi mitra, yaitu menyediakan gerai seluas 150 meter persegi (m2) – 200 m2, yang di bagi menjadi tiga ruang kelas. Pihak pusat memungut biaya royalty 15% dari omzet, mulai bulan keempat. Ke depan, Freddy berencana mengemas paket master franchise atau multi franchise. Dengan begitu, satu mitra bisa membeli hak paten Speakup!! Yang berlaku untuk beberapa lokasi atau wilayah. Katanya, system seperti ini akan memudahkan dalam melakukan pengontrolan dan mempercepat perkembangan gerai.

    “Meski begitu, kami tetap hati-hati pilih mitra. Kami mencari mitra yang memang peduli dengan dunia pendidikan bukan sekedar mau mencari untung,” imbuhnya.

·   Smart English
   
    Kursus bahasa Inggris ini sudah beroperasi sejak Desember 2004 di Yogyakarta. Adapun, tawaran kemitraan baru buka pada 2007.
    KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan ini pada April 2012. Kala itu, Smart English sudah memiliki 14 gerai yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

    Sayang dalam waktu lebihkurang setahun, beberapa gerai milik mitra terpaksa tutup. Kini, hanya tersisa limagerai yang masih beroperasi. Empat gerai milik pusat yang berlokasi di Yogyakarata dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan satu lagi gerai mitra di Riau.

    Pemilik Smart English Bambang Pamungkas menyebut, berkurangnya jumlah gerai Smart English, karena beberapa faktor faktor. Pertama, kesulitan mencari tenaga pengajar bahasa Inggris “Tidak semua daerah memiliki tenaga pengajar yang bagus,” ungkapnya.

    Penyebab kedua, tidak mudah mencari mitra untuk mengelola bisnis kursus di daerah. Apalagi, mereka kalah saing dengan sejumlah lembaga pendidikan ternama yang mulai ekspansi ke daerah-daerah. Lembaga tentu lebih unggul dari sisi modal, system dan SDM.

    Meski demikian, Bambang tetap menawarkan paket waralaba Smart English. Bahkan ia sudah mengerek harga paket investasi menjadi Rp 90 juta dari Rp 60 juta.
    Kata Bambang, mitra sebaiknya menyediakan tempat kursus yang terdiri dari tiga kelas, dengan masing-masing seluas 3 x 4 meter. Mitra akan mendapat pelatihan pengajar. Standart prosedur, brosur spanduk, kaos, seragam dan moul kurikulum. Satu gerai Smart English diproyeksi bisa mendapat omzet Rp 20 juta. Dengan target balik modal sekitar setahun.

    Saat ini Smart English hanya menerima murid usia 3-13 tahun (setara kelas 6 SD). Ada empat materikelas, yaitu Smart Kids, Smart Pre School, Smart Kids Talk  dan School Class. Padahal dulu, tmpat kursus ini menerima murid darisemua kalangan usia. Bambang terpaksa memangkas segmen pasar, karena keterbatasan tenaga pengajar berkualitas.

Perhatikan Kualitas Pengajar dan Brand Usaha

PENGAMAT waralaba Erwin Halim menilai, tawaran kursus bahasa termasuk dalah satu bidang usaha yang diminati banyak orang, dan memiliki peluang besar.
    Secara umum, jumlah murid di lembaga kursus bahasa Inggris masih tumbuh terus. Agar bisnis lancer, kita harus memantau hasil belajar mengajar mereka. “Kalau siswa menjadi pintar dan jago berbahasa asing karena kursusu di situ menjadi nilai plus” papar Erwin. Menurutnya, kemitraan yang jumlahnya berkurang, biasanya karena sedang drop atau sedang tak ingin ekspansi. Tepatnya lebih ingin membuka strategi sendiri, tanpa harus ada mitra.

    Sebagai franchise yang menawarkan jasa pendidikan, kata Erwin, sangat perlu memperhatikan kualitas sumber daya manusia (SDM). Artinya, tenaga pengajar harus punya nilai plus dan berkualitas, jangan yang biasa-biasa saja.

    Makanya, pemilik usaha lembaga kursus harus terus meningkatkan kualitas pengajar. Sebab, salah satu faktor pendongkrak brand sebuah tempat kursus juga dilihat dari kualitas tim pengajar.

    Jika, brand lebih banyak dikenal orang, maka akan lebih banyak dikenal orang, maka akan lebih mudah sukses. “Brand yang tidak kuat atau kurang dikenal masyarakat, akan kesulitan bersaing, sehingga usahanya akan cenderung berjalan biasa saja” ungkap Erwin.

    Ia menyarankan, pihak pusat juga memperhatikan gerai milik mitra. Pusat sebaiknya merekrut tenaga pengajar professional untuk semua gerai. Tenaga pengajar yang dipilih tak hanya fasih berbahasa inggris tapi juga punya jam terbang tinggi.


Sumber : Koran Kontan 19 Oktober 2013