Pergi ke salon tak cuma monopoli kaum hawa.
Kaum pria pun juga banyak yang menyambangi salon untuk bersolek. Banyak hal
yang mereka perhatikan terkait penampilannya, terutama model gaya rambut.
Mereka inilah yang menjadi target salon
pria atau barbershop. Laiknya salon wanita, salon pria juga tampil dalam
balutan dekorasi menarik, nyaman, dan lengkap dengan pelayanan yang istimewa.
Lantaran peminat banyak, kini kita bisa
dengan mudah menemui salon khusus pria ini. Malah, tak sedikit dari mereka yang
mengembangkan usaha dengan menawarkan kemitraan atau waralaba.
Dalam review kali ini, KONTAN mengulas
perkembangan usaha beberapa waralaba dan kemitraan salon pria, seperti Macho
Barber, Macho Maz, dan Maxx Salon.
KONTAN pernah mengulas tawaran usaha mereka
di tahun lalu. Nah, dari tiga pemain bisnis salon itu, ada yang kini semakin
berkembang, tapi ada pula yang stagnan dan belum berhasil menjaring mitra sama
sekali. Seperti apa persisnya perkembangan usaha mereka, berikut ulasannya:
Maxx Salon
Maxx Salon merupakan perluasan usaha salon
milik pakar rambut ternama Rudy Hadisuwarno. Salon khusus pria ini dikembangkan
melalui waralaba. Salon ini membidik pria-pria yang peduli penampilan, seperti
pegawai, pengusaha, mahasiswa, dan laki-laki muda lainnya.
Saat diulas KONTAN pada Oktober 2011 lalu,
Maxx baru memiliki tujuh gerai waralaba yang tersebar di Jakarta, Tangerang,
Bandung, Medan, dan Pekanbaru. Namun, jumlah gerai waralaba mereka saat ini
sudah berkembang menjadi 12 gerai. Lima gerai di antaranya berlokasi di Medan,
Sumatera Utara. "Selebihnya di Serpong, Karawaci, Galaxy Bekasi, Lombok,
Aceh, Bintaro, dan Pekanbaru," kata Rudy.
Menurut Rudy, waralaba Maxx Saon tetap
mematok investasi sebesar Rp 200 juta. Dengan perolehan omzet berkisar Rp 80
juta hingga Rp 100 juta saban bulan, terwaralaba Maxx bisa kembali modal paling
lama dua tahun. Maxx menawarkan jasa hairdo, hair tattooing, hair line up,
coloring, dan treatment. Selain itu, layanan cukur jenggot atau cambang juga dilayani
di salon ini.
Tak hanya itu, untuk konsumen yang
melakukan potong rambut, mereka akan mendapatkan bonus back massage atau pijat
pundak dan punggung, selama satu atau dua menit.
Tarif salon ini berkisar antara Rp 100.000
hingga Rp 500.000. Salon ini tak hanya nyaman bagi pria, tapi juga anak-anak.
Itulah sebabnya, Maxx tak mau memandang usia, yang penting konsumen itu bukan
perempuan. Pengunjung pun tak cemas karena peralatan yang digunakan di salon
ini juga modern dan steril. Sehingga potong rambut dan penataannya lebih aman.
Rudy mengatakan, kehadiran Maxx ini
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pria akan fesyen rambut. "Ini
adalah wujud inovasi kami untuk memenuhi kebutuhan para pria yang ingin tampil
lebih trendy, maskulin dan tentunya nyaman di dalam salon," kata Rudy.
Macho! Barber
Salon asal Yogyakarta ini telah berdiri
sejak tahun 2008. KONTAN pernah mengulas usaha ini pada Oktober tahun lalu.
Saat itu, Macho! Barber baru memiliki empat gerai. Nah, saat ini, jumlah
gerainya bertambah menjadi 15 gerai.
Perinciannya, empat gerai milik sendiri dan
11 milik gerai mitra. Selain di Solo dan Yogyakarta, gerai Macho! Barber juga
terdapat di Jambi dan Makassar. Pemilik Macho! Barber, Hamid Mulyareja menilai,
bisnis salonnya berkembang karena peminatnya semakin banyak. "Peminat
salon pria semakin bertambah," ujarnya.
Sebelumnya, Macho! Barber hanya menawarkan
dua paket kemitraan. Pertama, paket standar dengan nilai investasi Rp 55 juta.
Kedua, paket kemitraan eksklusif senilai Rp 100 juta. Dari paket tersebut,
mitra berhak menggunakan merek Macho! Barber. Hamid juga memberikan dukungan
teknik dan sistem manajemen yang dikembangkan Macho Management.
Paket investasi ini juga sudah termasuk
peralatan dan perlengkapan barbershop. Mitra standar akan mendapat empat kursi
gunting rambut dewasa dan sebuah kursi gunting rambut anak. Mitra eksklusif
menerima delapan kursi gunting rambut dewasa dan dua kursi gunting rambut anak.
Hamid juga menyiapkan stylist atau tukang cukur profesional selama masa kerja sama.
Jika ada stylist yang absen, technical support akan mengirim penggantinya.
Nah, mulai tahun ini, Macho! Barber
menawarkan satu paket tambahan. Yakni, paket investasi senilai Rp 75 juta.
Paket ini setara dengan paket standar, namun pengelolaannya dilakukan pusat.
Jadi, mitra murni sebagai investor dan tak perlu mengelola.
Dari sisi keuntungan, pihak pusat akan
mengutip bagian 40% dari laba bersih. Sementara mitra memperoleh 60%.
"Banyak mitra yang berminat dengan usaha kami dan punya dana, tetapi tidak
ada waktu untuk mengelola, makanya kami menawarkan sistem baru ini," ujar
Hamid.
Seluruh paket yang ditawarkan sama-sama
memiliki jangka waktu kemitraan selama lima tahun. Royalty fee yang dikutip
juga masih sama, yakni 5% dari omzet. Sementara, harga layanan telah naik, dari
Rp 6.000 untuk potong rambut menjadi Rp 10.000. Hamid berharap, Macho! Barber
dapat menjangkau berbagai kalangan di berbagai daerah.
Dus, Hamid akan mengembangkan beberapa
layanan lain. Diantaranya layanan facial atau perawatan kulit wajah. Rencananya
layanan ini luncurkan tahun ini. Selain itu, ia juga tengah menyiapkan layanan
manicure padicure.
Macho Maz
Salon pria Macho Maz berada di bawah
naungan PT Mutiara Berlimpah. Sejak meluncurkan waralaba sekitar April 2011,
ternyata belum ada satu pun calon mitra yang resmi bergabung sebagai
franchisee.
Direktur PT Mutiara Berlimpah, Tulus
Guritno mengaku, pihaknya tidak mau gegabah menjalin kemitraan. Padahal, ia
mengklaim, sudah lebih dari lima calon mitra tertarik untuk bergabung.
Sebelumnya, PT Mutiara telah sukses
mengembangkan waralaba salon muslimah. "Melihat perkembangan salon
muslimah sangat bagus, saya yakin konsep yang sama bisa diterapkan untuk Macho
Maz," katanya.
Dengan konsep yang baru, ia optimistis bisa
menggaet lima mitra hingga akhir tahun ini. Meskipun mengganti konsep, paket
waralaba yang ditawarkannya masih sama.
Tulus menawarkan dua paket waralaba, yakni
paket reguler dan paket master. Paket reguler mematok biaya investasi sebesar
Rp 50 juta. Terdiri dari biaya waralaba Rp 20 juta dan perlengkapan awal
senilai Rp 30 juta. Masa kerjasama berlaku lima tahun dengan royalti fee
sebesar 5%.
Adapun paket mitra master dibanderol Rp 130
juta. Investasi itu terdiri dari biaya waralaba Rp 100 juta, dan pembelian
perlengkapan Rp 30 juta. Masa kerjasama paket ini sepuluh tahun.
Selain peralatan, mitra juga akan mendapat
pelatihan. Tulus menyediakan perlengkapan untuk media promosi, seperti brosur,
pamflet dan pemasangan iklan di surat kabar. Manajemen pusat juga melakukan pendampingan
selama tiga bulan pertama. Untuk tarif layanan masih sama. Yakni, mulai dari Rp
10.000 untuk potong rambut tanpa cuci, hingga Rp 100.000-an untuk pijat tubuh.
Pasar terbuka karena bisnis ini segmented
Peluang bisnis salon pria agaknya memang masih
menjanjikan. Apalagi, sekarang ini semakin banyak pria yang peduli dengan
penampilan. Erwin Halim, Kosultan dan
pengamat waralaba dari Proverb Consulting menilai, bisnis salon pria masih
akan terus bertumbuh. “ Bisnis ini cukup menjanjikan karena permintaannya tetap
dan pasarnya bersifat segmented,”ujarnya.
Selama ini, kata Erwin, banyak laki-laki kurang nyaman jika harus masuk ke salon
umum yang lebih dikenal sebagai salon perempuan. Padahal, sekarang banyak
laki-laki, terutama di kota-kota besar yang sangat memperhatikan penampilannya.
Umumnya, profesi mereka menuntut dirinya
harus tampil macho dan bergaya. “Laki-laki yang menjadi public figure biasanya
sangat mengutamakan penampilan,” jelasnya.
Makanya, bisnis ini diprediksi akan terus
bertumbuh dengan mangsa pasarnya yang segemented. Di sisi lain, pemain bisnis
salon pria ini juga masih tergolong sedikit. Cukup dengan memberikan pelayanan
memuaskan, dijamin salon akan ramai diserbu konsumen. Supaya pelayananan
memuaskan, pemilik salon harus memiliki sumber daya manusia (SDM) yang andal.
SDM anda ini bisa diciptakan melalui
serangkaian program pelatihan. Pelayanan ini penting karena pelanggan akan
datang secara regular. Agar mereka tidak lari ke tempat lain, pelayanan harus
memuaskan.
Terkait lokasi usaha, kata Erwin, bisa disesuaikan dengan pangsa
pasar yang dibidik. Bila menyasar pasar menengah bawah, lokasi bisa di daerah
pemukiman yang banyak dihuni kalangan menengah bawah.
Sumber : Kontan Sabtu 8 September 2012
Havid Vebri, Revi Yohana, Marantina,
Noverius Laoli