Bisnis
pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini (PAUD) kian marak. Selain
pemain lokal, bisnis PAUD juga diramaikan brand asing. Salah satunya adalah
Bright Star International Preschool asal Inggris.
Lembaga
pendidikan khusus anak ini dibawa masuk ke Indonesia oleh Dian Sukmawan yang
berdomisili di Cengkareng, Jakarta Barat. Dian mulai menawarkan kemitraan
Bright Star pada tahun ini.
Saat ini,
Bright Star sudah memiliki tiga mitra yang berlokasi di Bandung dan Semarang.
Namun, semua sekolah, termasuk milik pusat, baru memulai proses
belajar-mengajar pada Juli 2013, sesuai jadwal tahun ajaran baru.
“Saat ini,
semua sekolah sedang dalam tahap pendirian. Kami akan mematangkan semua proses
agar tahun depan sudah mulai rekrutmen dan memulai pengajaran,” kata Dian.
Dian
mengklaim, Bright Star menggunakan metode belajar unggul. Setiap materi yang
diajarkan di PAUD ini didesain untuk diaplikasikan langsung oleh para siswa.
Selain
metode belajar, kurikulum pelajaran juga mengadopsi yang dipakai Bright Star
International Preschool di Inggris. Tenaga pengajarnya juga akan direkrut
sesuai standar international, seperti keharusan mahir berbahasa Inggris.
Dian
optimistis, metode tersebut dapat diterima masyarakat. Ia pun menargetkan, bisa
menjaring delapan mitra baru hingga tahun 2014.
Bright Star
menawarkan satu paket kemitraan dengan biaya investasi Rp 300 juta. Biaya itu
sudah termasuk franchise fee sebesar Rp 50 juta, kurikulum berbasis
internasional, pengembangan usaha, rekrutmen guru, pelatihan guru setiap bulan,
renovasi sekolah, dan fasilitas pendidikan lainnya.
Dian
menargetkan mendapatkan omzet tiap sekolah Rp 800 juta hingga Rp 1,5 miliar
dalam setahun, atau sekitar Rp 66 juta hingga Rp 125 juta per bulan. Sementara,
laba bersihnya berkisar Rp 70 juta hingga Rp 700 juta per tahun.
Dengan
demikian, mitra akan balik modal dalam jangka satu tahun hingga empat tahun.
“Omzet minimal itu kami hitung dengan asumsi mitra bisa menekan biaya sekolah
serendah mungkin,” ucap dia.
Bright Star
memungut biaya royalti dari tiap mitra sekitar 5% - 10% dari omzet bulanan.
Murid yang bersekolah di Bright Star akan dipungut biaya sekolah berkisar
antara Rp 300.000 sampai Rp 1,5 juta per bulan.
Selain itu,
ada juga uang pembangunan sebesar Rp 3 juta - Rp 6 juta per tahun. Biaya
pembangunan itu mencakup seragam, buku, fasilitas pendidikan, dan
ekstrakurikuler untuk anak-anak.
Setiap
sekolah akan berisi delapan kelas yang dibagi dalam empat kurikulum, yakni
nursery A, nursery B, kindergarten A, dan kindergarten B. Setiap kelas
maksimal berisi 20 siswa. Luas setiap sekolah minimal 300 meter persegi.
Pengamat
waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, bisnis PAUD sangat
kompetitif karena sudah banyak sekali pemainnya. Berhubung Bright Star
mengusung kurikulum internasional, target pasarnya adalah kalangan menengah ke
atas.
Jika ingin
sukses, pemilihan lokasi tentu harus lebih tepat. “Kalau bisa, lokasinya jangan
berdekatan dengan sekolah intenasional lainnya,” sarannya. Selain itu, sumber
daya manusia atau tenaga pengajar di sekolah ini juga harus menjadi perhatian
utama.
Erwin
menyarankan, Bright Star harus melakukan seleksi ketat dan memberikan pelatihan
khusus kepada tenaga pengajar, sehingga sumber daya manusia ini bisa menunjang
bisnis sekolah.
Sumber :
Kontan, 22 November
Marantina Napitu, Havid Vebri