JAKARTA.
Ayam goreng berbalut tepung menjadi salah satu menu andalan pengusaha makanan
cepat saji. Meski banyak jenis makanan baru bermunculan, makanan yang akrab
dengan sebutan fried chicken ini bisa dibilang menjadi salah satu jawara
lantaran punya banyak penggemar.
Ayam goreng tepung memang menggoda selera dari kalangan menengah bawah yang
punya pasar luar biasa besar. Rasa gurih dan renyah daru lapisan tepung yang
membalut daging ayam menjadi daya tarik anak-anak hingga remaja.
Menu makanan yang satu ini juga menjadi pilihan bagi orang yang memiliki waktu
terbatas. Maklum, untuk menyantapnya, tidak membutuhkan waktu lama. Wajar bila
banyak restoran cepat saji yang mengandalkan menu ini terus bertumbuh hingga
kini.
Agar pembaca bisa menghitung prospek dan potensi bisnis ini, KONTAN mengulas
tiga merek usaha yang mengusung menu andalan ayam goreng tepung, yaitu Quick
Chicken, Red Chicken dan Rocket Fried Chicken.
Gerai
ketiga usaha ini masih terus bertumbuh. Bahkan, dua diantaranya tumbuh
signifikan. Ketiga brand usaha ini mampu bersaing, lantaran membidik pasar
menengah ke bawah yang terbilang besar. Simak ulasannya:
Quick Chicken
Quick Chicken berdiri sejak tahun 2000 di Yogyakarta. Pemiliknya mulai
menawarkan kemitraan sejak 2008 silam. Brand yang satu ini sudah cukup dikenal
masyarakat, karena gerai merek ini banyak dan telah tersebar di berbagai
kawasan.
Saat KONTAN mengulas usaha ini April 2011, gerai Quick Chicken 146." Kini
sudah ada total 229 gerai," kata Indra Sofyan, Franchise and Marketing
Manager Quick Chicken. Sebanyak 72 gerai milik pusat, selebihnya milik mitra.
Semula, Quick Chicken hanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, dalam setahun
terakhir, cukup banyak gerai yang dibuka di Jabodetabek, Kalimantan dan
Sulawesi. Menurut Indra, selain karena promosi, gerai terus bertambah karena
pihaknya menjaga ketat penerapan standar operasional setiap gerai.
"Kami fokus pada pengembangan internal. Jika operasional baik, maka
pengunjung pasti ramai. Baik pelanggan maupun calon mitra tentu akan
tertarik," kata Indra.
Strategi
lainnya, dengan memberikan harga yang kompetitif. Bagi pelanggan, Quick Chicken
menawarkan paket mulai dari Rp 8.500 untuk satu paket nasi, ayam goreng tepung,
serta minuman.
Sementara, bagi calon mitra, harga paket investasi pun telah dipangkas menjadi
lebih murah. Sebelumnya, Quick Chicken menawarkan paket investasi sebesar Rp
316 juta. Ini sudah termasuk franchise fee Rp 25 juta selama 5 tahun,
peralatan, bahan baku awal, renovasi dan opening fee.
Sekarang, paket investasi diturunkan menjadi Rp 297 juta "Harga franchise
fee sebetulnya naik, tapi kami bisa menekan harga beli perlengkapan dan
renovasi karena membeli dalam partai besar," papar Indra.
Quick Chicken menargetkan tahun ini bisa menambah 40 mitra. "Dalam dua
bulan pertama, target tersebut telah tercapai 15% atau sudah ada 6 mitra
baru," klaim Indra.
Red Chicken
Red Chicken merupakan kemitraan ayam goreng tepung yang awalnya berdiri di
Semarang pada 2009. Setahun kemudian, pemilik Red Chicken, Muhammad Mashar,
membuka peluang kemitraan untuk memperluas jaringan bisnisnya.
Ketika awal 2012 KONTAN mengulas kemitraan ini, sudah ada enam gerai Red
Chicken yang dimiliki oleh mitra, selain satu gerai milik sendiri.Hanya dalam
setahun, gerai ini berkembang pesat, hingga memiliki total 33 gerai saat ini.
Sepuluh di antaranya milik Mashar. Gerai tersebut tersebar di Surabaya,
Cirebon, Semarang, Bandung, Pematang Siantar, dan Palembang.
Mashar optimistis, selama ayam goreng citarasa Barat masih dinikmati
masyarakat, bisnis ayam goreng miliknya akan terus berkibar. Apalagi, Mashar
menyajikan ayam goreng tepung dengan harga yang relatif murah. Sampai sekarang,
dia belum menaikkan harga jual produk. Satu potong ayam dijual berkisar Rp
4.000-Rp 7.000.
Dia bilang, lantaran Red Chicken menyasar konsumen kelas menengah, bisnis
ini punya banyak pesaing. Jadi, Mashar tidak berani mengambil resiko penurunan
omzet mitra, jika mengerek harga jual produk.
Dengan harga jual yang sama, dia yakin, mitra bisa mengantongi omzet mulai dari
Rp 220.000 hingga Rp 1,7 juta dalam sehari. Artinya, saban bulan mitra bisa
meraup omzet berkisar Rp 6,6 - Rp 51 juta. Setelah lima tahun berjalan, mitra wajib
membayar royalty fee 5% dari omzet.
Sejauh ini, paket investasi yang ditawarkan Red Chicken tidak berubah
dibandingkan tahun lalu. Red Chicken menawarkan enam paket pilihan, yakni paket
mini konter senilai Rp 3,8 juta. Lalu, paket becak senilai Rp 6 juta. Paket
booth dengan investasi Rp 6,8 juta. Paket motor roda tiga sebesar Rp 9,8 juta.
Paket corner senilai Rp 19,8 juta. Adapun paket termahal, full resto dengan
biaya Rp 68 juta.
Mashar mengklaim, keberhasilannya menggaet mitra juga didukung banyaknya
pilihan paket yang ditawarkan. "Kebanyakan mitra tertarik beli paket mini
konter, karena investasi yang relatif terjangkau," ujarnya.
Pria asli Semarang ini tidak menargetkan pertambahan jumlah mitra di tahun ini.
Dia bilang, tahun ini ingin fokus memperbaiki kualitas produk. Dia akan
menambah produk minuman, seperti es teh di setiap gerai Red Chicken.
Rocket Fried Chicken
Meski tidak secepat dua brand sebelumnya, namun bisnis Rocket Fried Chicken
(RFC) asal Bandung masih menunjukkan pertumbuhan. Tahun lalu, RFC memiliki 70
gerai, di mana 60 gerai merupakan milik mitra. Tahun ini, RFC baru menambah
lima gerai milik mitra.
Marketing Franchise RFC Reno Syafrudin bilang, pertumbuhan agak lambat lantaran
banyak kompetitor baru bermunculan di Bandung.
Menurut Reno, setidaknya ada dua brand franchise ayam goreng krispi baru yang
hadir di Bandung. Keduanya menjadi kompetitor kuat RFC. "Mereka bahkan
menawarkan paket waralaba yang lebih murah. Tapi, saat ini, kami belum
berencana mengubah harga jual produk maupun paket franchise," katanya.
RFC menawarkan 4 paket investasi. Paket pertama, kios 24 meter persegi (m2)
dengan investasi Rp 65 juta. Lalu, paket ruko 40 m2 sebesar Rp 105 juta. Paket
mini cafe 80 m2 senilai Rp 165 juta, dan paket resto 120 m2 dengan investasi Rp
225 juta.
Mitra akan dibekali dengan hak penggunaan merek Rocket Fried Chicken, manajemen
dan sistem franchise yang teratur, dukungan survei dan training dari pusat,
bahan baku, promosi, dan resep.
Reno tidak mengubah besaran paket investasi, lantaran dia masih yakin bisnis
ini menarik dan memberi keuntungan bagus. Asal tahu saja, target konsumen dari
RFC cukup besar, yaitu dari kalangan menengah ke bawah. Harga menunya sangat
terjangkau, yaitu berkisar Rp 6.000 hingga Rp 7000.
Mitra
diharapkan bisa balik modal dalam 10-26 bulan. "Bahkan di Tolitoli,
Sulawesi Tengah sudah ada yang balik modal dalam 6 bulan," klaim Reno.
Kata Reno, supaya target balik modal tercapai, ia menyarankan mitra membuka
gerai di lokasi yang belum ada kompetitor. Selain itu, tempat juga harus
cukup luas, agar bisa menarik konsumen yang betah nongkrong berlama-lama di
gerai RFC.
Unik Saja Tak Cukup, Pelanggan Harus Puas
bisnis
waralaba ayam goreng masih menjanjikan. Maklum, masakan ayam goreng punya
jutaan penggemar. Hanya saja, kata Konsultan
Waralaba dari Proferb Consulting
Erwin Halim, pemain di bisnis ini harus fokus pada keunikan produk supaya
bisa tetap menggaet pelanggan.
Makanya ,
masing-masing pemilik merek waralaba ayam goreng harus mampu menonjolkan ciri khasnya.
Jika tidak, usaha mereka akan mudah tergerus oleh kompetitor . “bumbunya harus
beda dari pesaing,” ujarnya. Selain itu, para pemilik bisnis harus
memperhatikan servis kepada pelanggan yakni cepat sekaligus nyaman.
Erwin memberikan ilustrasi pemain besar seperti KFC, A&W
asal Amerika serikat bisa tumbuh besar karena punya keunikan. Mulai dari rasa
dan pelayanan ke pelanggan. Makanya, mereka dapat dengan mudah menjaring
pelanggan.Dalam sistem waralaba, kata Erwin
penambahan jumlah gerai bukan satu-satunya ukuran bisnis tersebut dibilang maju.
“Itu penting jadi suatu indikator. Tapi ada indikator lain, yakni bertahan atau
bisa tidaknya bisnis ini dijalankan mitra,”kata Erwin.
Makanya,
pemilik waralaba harus mendampingi calon mitra sebelum dan selama kerjasama
terjalin.”Bukan apa-apa, banyak mitra yang ternyata kecewa setelah pelayanan
pemilik waralaba dianggap tidak memuaskan,”imbuh Erwin. Banyaknya pilihan paket investasi juga bisa mempengaruhi
pertumbuhan gerai. Untungnya, waralaba ayam goreng bervariasi, mulai dari paket
Rp 6 juta, hingga Rp 55 juta untuk ukuran semi restoran.
Sumber :
Kontan, 2 Maret 2013
Revi Yohana, Marantina N,
Pravita K, M. Noor Falih