Sebagai minuman menyegarkan, permintaan
yoghurt sempat booming beberapa tahun lalu. Bisnisnya pun semarak, ditandai
dengan banyaknya tawaran kemitraan dan waralaba yoghurt.
Di awal-awal kemunculannya, pasar yoghurt
ini memang menjanjikan. Minuman ini populer karena kandungan nutrisinya yang
tinggi dan dipercaya bisa meningkatkan daya tahan tubuh.
Selain itu, yoghurt juga berkhasiat
memperlancar proses pencernaan. Karena bermanfaat secara kesehatan, yoghurt pun
disukai banyak kalangan.Terlebih dari segi rasa, yoghurt juga enak disantap.
Yoghurt sendiri merupakan produk hasil fermentasi susu yang rasanya asam.
Namun, pengolahan yoghurt ini bisa
dipadukan dengan banyak varian rasa, seperti seperti stroberi, anggur, dan mangga.
Cara penyajian sendiri bisa dalam bentuk yoghurt beku alias frozen yoghurt
(froyo) dan yoghurt cair.
Lantaran semakin banyak pemain, bisnis
yoghurt mulai terlihat tanda-tanda mengalami kejenuhan. Usaha ini pun
cenderung jalan di tempat. Hal itu setidaknya terungkap dari review usaha
yoghurt yang diulas KONTAN kali ini. Mereka yang diulas adalah Sweetheart
Yoghurt, Country Farm, dan Happy Froyo.
Dari tiga pemain bisnis yoghurt itu, ada
yang stagnan dan ada yang sampai menutup usahanya. Seperti apa persisnya
perkembangan usaha mereka, berikut ulasannya:
Sweetheart Yoghurt
Sweetheart Yoghurt berdiri sejak tahun 2006
dan mulai menawarkan kemitraan pada tahun 2011. Saat KONTAN mengulas tawaran
ini, Sweetheart baru memiliki dua gerai milik sendiri dan belum memiliki mitra.
Setahun setelah menawarkan kemitraan,
Sweetheart Yoghurt hanya berhasil menjaring satu mitra. Totalnya gerainya
sendiri ada tiga. Dengan rinciannya, satu milik mitra dan dua milik sendiri.
Seluruh gerai berlokasi di Jakarta. "Salah satu gerai saya sepertinya mau
saya tutup karena lokasinya kurang menjanjikan," ujar Hardy Salim, pemilik
Sweetheart Yoghurt.
Hardy mengaku, mitranya tidak bertambah
karena ia tidak pernah menggunakan media massa atau alat promosi lain. Kendati
kemitraan jalan di tempat, ia mengaku masih menjalankan usahanya ini dengan
baik.
Ia juga mengaku masih memiliki sejumlah
agen yang memasarkan yoghurtnya dengan sistem beli putus. Hardy juga
masih membuka peluang bagi siapapun yang berminat menjadi mitra usahanya.
Namun, ada sedikit perubahan dalam
penawaran paket. Sebelumnya, Hardy menawarkan dua paket. Pertama, paket mitra A
sebesar Rp 38 juta. Dalam paket ini mitra akan mendapatkan yoghurt senilai Rp 5
juta, serta freezer dan cooler dengan logo Sweetheart Yoghurt. Masa
kerjasama selama tiga tahun.
Kedua, paket mitra B senilai Rp 28 juta.
Calon mitra akan mendapatkan produk yoghurt senilai Rp 2,5 juta dan freezer.
Namun, mitra harus memiliki cooler sendiri dengan masa kontrak selama dua
tahun.
Nah, saat ini, Hardy tidak lagi menawarkan
paket A. "Sekarang hanya menawarkan paket B dengan masa kerja sama dua
tahun," ujarnya. Harga paket ini pun sudah naik menjadi Rp 30 juta. Namun,
bila memiliki freezer sendiri, mitra cukup membayar Rp 25 juta saja.
Selain kemitraan, Hardy masih menawarkan
sistem keagenan. Setiap agen membeli produk dengan potongan harga 15% hingga
20% dari harga jual. Sweetheart Yoghurt menawarkan berbagai macam produk,
seperti frozen yoghurt, yoghurt cair, ice cream yoghurt, dan es mambo yoghurt.
Sweetheart juga telah menambahkan satu menu
baru, yakni puding yoghurt. Harga jual aneka menu yoghurt ini mulai Rp 4.000
hingga Rp 18.000 per porsi. Hardy menilai, prospek bisnis yoghurt sebetulnya
masih menjanjikan. Namun, harus pintar memilih lokasi. "Selain itu,
pemilik usaha harus bekerja keras mengenalkan yoghurt ke masyarakat sebagai
makanan sehat. Sebab, masyarakat kurang mengetahui manfaatnya," ujar
Hardy.
Country Farm
KONTAN mengulas tawaran kemitraan Country
Farm pada Desember 2009 lalu. Usdaha ini sendiri berdiri pada Agustus 2009.
Saat itu, Country Farm baru memiliki satu gerai milik sendiri di Tanjung Duren,
Jakarta Barat.
Setelah berjalan hampir tiga tahun, usaha
yoghurt ini nampaknya meredup. Selain tidak berhasil menjaring mitra sama sekali,
Country Farm juga sudah menutup usahanya.
Staf pemasaran Country Farm, Ida Rahmawati
mengakui, usaha yoghurt mereka tidak berjalan dengan baik. "Saat ini kami
tidak lagi memasarkan yoghurt," ujarnya.
Gerai yoghurt mereka di Tanjung Duren kini
dipakai buat usaha lain. Namun, ia tidak mau merinci usaha apa yang sekarang
sedang dijalankannya. Menurut Ida, ada beberapa kendala yang menghambat
perkembangan usaha Country Farm. Diantaranya kendala pemasaran. Ia mengaku,
selama ini kesulitan melakukan pemasaran produk.
Menurut Ida, tidak mudah menjual yoghurt
karena pasar minuman ini sangat terbatas. "Berbeda dengan minuman lain,
tidak semua orang suka yoghurt," kata Ida.
Selain itu, pihaknya juga kesulitan mencari
pasokan bahan baku yang sesuai dengan keinginan Country Farm. Sebelumnya,
Country Farm menawarkan kemitraan dengan biaya investasi Rp 100 juta. Mitra
mendapat mesin pembuat frozen yoghurt, lisensi, lemari pendingin, dekorasi dan
lay out, topping show case, dan bahan baku awal.
Dalam kerjasama ini, mitra menyediakan
gerai seluas 3 meter (m) x 2,5 m. Country Farm sendiri fokus membuat frozen
yoghurt dengan sepuluh jenis pilihan topping. Harga jualnya mulai Rp 13.000
hingga Rp 15.000 per cup.
Happy Froyo
Tawaran kemitraan dari Happy Froyo pernah diulas
KONTAN pada Mei 2011. Ketika itu, usaha ini baru berdiri. Happy Froyo berlokasi
di Tebet Raya, Jakarta Selatan.
Maya Indraswari, pemilik Happy Froyo
mengatakan, tidak lama setelah membuka tawaran kemitraan, ia malah menutup
usahanya ini. "Jadi, sekarang Happy Froyo sedang vakum," ujarnya.
Ia mengaku terpaksa menutup usahanya karena
lokasi nya kurang strategis. Lantaran faktor lokasi ini, usaha yoghurt bekunya
relatif sepi.
Padahal, kata Maya, sudah ada beberapa
calon mitra yang tertarik dan mengubunginya untuk menjalin kerja sama. Calon
mitra itu berasal dari Tangerang, Bekasi, Surabaya, Makassar, dan Medan.
Namun, saat itu, Maya masih kesulitan
melakukan distribusi bahan baku. Bahan baku Happy Froyo diambil dari peternak
sapi perah di Citayeum, Jawa Barat.
Untuk menjamin kualitas yoghurt, Maya
enggan memakai bahan pengawet untuk produknya. “Saya kesulitan menciptakan formula yang tahan lama, tapi tidak pakai
bahan pengawet,” ujarnya.
Awalnya, Maya membuka tawaran kemitraan
dengan investasi awal sebesar Rp 50 juta untuk kerjasama lima tahun. Uang muka
yang harus dibayarkan sebesar 50% saat terjadi kesepakatan.
Sisa investasi dibayarkan ketika mitra
menerima seluruh peralatan. Asumsinya, mitra bisa mendapatkan omzet sebesar Rp
13,5 juta per bulan. Jadi, menurut hitungan Maya, mitra bakal balik modal dalam
waktu 14 bulan. Happy Froyo dijual dengan harga Rp 15.000 per cup.
Yoghurt menjanjikan di segmen bawah
Banyak pemain bisnis yoghurt yang menutup
usahanya lantaran tidak mendapatkan mitra. Kendati banyak banyak pemain
bertumbangan, Erwin Halim dari Proverb
Consulting menilai, prosepek usaha ini sebetulnya masih ada. Menurutnya,
kebutuhan akan minuman yoghurt tetap tinggi. Namun, kelangsungan usaha sangat
bergantung kepada lokasi penjualan dan segmen pasar.
Erwin mengatakan, pelaku bisnis harus mengubah segmentasi pasar, dari
kelas ekonomi menengah atas menjadi kelas ekonomi menengah kebawah. Pasalnya,
masih sulit bagi merek-merek baru menyaingi merek yang sudah punya nama di
bidang usaha ini, seperti Sour Sally dan Heavenly Blast.
"Masih sulit untuk mengimbangi
merek-merek itu. Jadi, sebaiknya menyasar menengah ke bawah dulu agar penjualan
bisa terjaga," katanya
Strategi mengubah segmen pasar itu bisa
dilakukan dengan mencari lokasi yang bisa dijangkau kelas menengah bawah.
Selain itu, harga jual harus diturunkan. Pelaku bisnis bisa menurunkan harga di
bawah Rp10.000. Ia mencontohkan eskrim Cone yang penjualan meningkat setelah
menurunkan harga dari Rp 10.000 menjadi Rp 2.000 hingga Rp 3.000. Dengan
begini, kelas menengah bawah akan tertarik membeli.
Erwin sendiri mengakaui, yoghurt belum menjadi produk makanan yang
disukai masyarakat luas. Makanan pemain bisnis ini harus pintar-pintar
melakukan modifikasi produl, sehingga masyarakat menyukai. Bila membuat yoghurt
seperti apa adanya, maka mereka pasti akan kalah bersaing.
Sumber : Kontan Sabtu 6 Oktober 2012
Revi Yohana, Marantina
No comments:
Post a Comment