Tenaga
pengajar berkualitas dan metode pengajaran yang menarik jadi kunci sukses
bisnis kursus
JAKARTA, Mahar menguasai bahasa Inggris, menjadi
keinginan banyak orang, temasuk orang Indonesia. Maklum, bahasa yang paling
popular dan paling banyak digunakan di dunia. Makanya, banyak bermunculan
temoat yang menawarkan kursus bahasa inggris
Para pemilik usaha itu pun banyak yang
membuka peluang kemitraan untuk cepat ekspansi usaha, seperti Cita Nusantara.
Speakup!!!, dan Smart English.
Kali ini
KONTAN kembali mengulas tiga tawaran usaha kursus bahasa inggris tersebut.
Namun, tak semuanya mampu bersaing dan berkembang. Ada usaha yang gerainya
melosot. Nah, apa kendala yang dihadapi pemilik usaha sehingga gagal mengembangkan
usaha dan apa strategi pemilik usaha sehingga gerai mereka bisa bertambah?
Simak ulasan berikut.
·
Cita
Nusantara
Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Cita Nusantara beroperasi sejak September 2003 di
Jakarta. Cita Nusantara tidak hanya menawarkan kursus Inggris, tetapi juga
menawarkan bahasa-bahasa lain seperti Mandarin, Korea, Perancis, Jerman dan
Spanyol. Total ada 12 bahasa. Namun, kemitraan baru ditawarkan pada Januari
2013.
Usaha ini
cukup bisa bersaing rupanya. Buktinya, dalam waktu dari setahun, Citra
Nusantara sudah menggaet lima mitra.
Direktur Utama
Cita Nusantara Dondyadi Santoso menyebut, usahanya bisa berkembang, karena
tempat kursus ini menawarkan lebih banyak pilihan bahasa dan membidik target
seluruh usia. Tim pengajar di setip gerai merupakan pilihan, yang direkrut
langsung oleh pusat.
Sampai saat
ini, paket kemitraan yang ditawarkan masih sama yaitu senilai Rp 200 juta.
Biaya itu mencakup franchise fee selama lima tahun, dekorasi, furniture,
perlengkapan belajat seperti materi dan buku-buku, lalu standar operasional,
serta pelatihan guru dan staf. Mitra wajib menyiapkan tempat seluas 250 m2.
Menurut Dondy,
selain harga paket masih sama, tarif kursus pun masih tetap, yaitu Rp 1 juta
per tiga bulan untuk satu siswa. Mitra ditargetkan bisa mengantongi omzet Rp 30
juta sebulan. Jika, target laba bersih 40 % tercapai, mitra bisa balik modal
sekitar 1,5 tahun hingga 2 tahun.
Supaya bisa
menggaet lebih banyak mitra, Doddy terus gencar berpromosi lewat media online,
menyebar brosur dan memasang spanduk. Maklum, sampai penghujung tahun ini ia
masih membidik tambahan 4 mitra.
·
Speakup!!
Kursus bahasa
inggris ini berdiri di Bandung pada April 2007. Kemudian sejak 2012 ,
pemiliknya membuka peluang kemitraan. Speakup!! Menawarkan kursus bahasa
inggris untuk anak usia lima tahun hingga kelas karyawan.
Meski tidak
pesat perkembangannya, namun Speakup!! Masih mampu menambah mitra dalam waktu
setahun terakhir. Sekarang sudah ada tiga gerai yang seluruhnya berlokasi di
Bandung. Satu gerai milik pusat, sementara dua lainnya milik mitra. Sebelumnya
ketika KONTAN mengulas tawaran ini Oktober 2012, tercatat baru ada dua gerai.
Pemilik
Speakup!! Freddy Yusanto mengklaim, permintaan membuka gerai sebenarnya cukup
banyak. “Kalau kami menuruti permintaan, mungkin kami menuruti permintaan,
mungkin kami sudah buka dua sampai tiga gerai lagi,” ungkapnya.
Ia bilang, ia
tak ingin gegabah menambah mitra, karena masih terbilang baru dalam kemitraan.
Itu sebabnya, Freddy memutuskan untuk membimbing mitra sampai mencapai target,
barulah membuka gerai membuka gerai mitra berikutnya “Target kami, minimal
mitra tidak rugi dan bisa menutupi biaya operasional tiap bulan,” tuturnya.
Sampai saat
ini, Freddy terus memperbaharui materi-materi yang dibawakan dalam kursus,
supaya kemitraan ini bisa berkembang dan diminati. Misalnya, dengan mengusung
topik yang sedang tren. “Fokus kami kan menstimulasi orang untuk berbicara
bahasa Inggris, maka pendekatannya bergerak mengikuti tren sekarang, untuk
memeancing mereka bicara,” paparnya.
Freddy masih
menawarkan tiga paket investasi,yaitu senilai Rp 15 juta, Rp 30 juta dan Rp 80
juta. Namun, ia mengaku mitra lebih banyak yang tertarik dengan paket Rp 15
juta dan Rp 3 juta, karena tidak berat pada modal awal.
Syarat menjadi
mitra, yaitu menyediakan gerai seluas 150 meter persegi (m2) – 200 m2,
yang di bagi menjadi tiga ruang kelas. Pihak pusat memungut biaya royalty 15%
dari omzet, mulai bulan keempat. Ke depan, Freddy berencana mengemas paket master franchise atau multi franchise. Dengan begitu, satu
mitra bisa membeli hak paten Speakup!! Yang berlaku untuk beberapa lokasi atau
wilayah. Katanya, system seperti ini akan memudahkan dalam melakukan
pengontrolan dan mempercepat perkembangan gerai.
“Meski begitu,
kami tetap hati-hati pilih mitra. Kami mencari mitra yang memang peduli dengan
dunia pendidikan bukan sekedar mau mencari untung,” imbuhnya.
·
Smart
English
Kursus bahasa
Inggris ini sudah beroperasi sejak Desember 2004 di Yogyakarta. Adapun, tawaran
kemitraan baru buka pada 2007.
KONTAN pernah
mengulas tawaran kemitraan ini pada April 2012. Kala itu, Smart English sudah
memiliki 14 gerai yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Sayang dalam
waktu lebihkurang setahun, beberapa gerai milik mitra terpaksa tutup. Kini,
hanya tersisa limagerai yang masih beroperasi. Empat gerai milik pusat yang
berlokasi di Yogyakarata dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan satu lagi gerai
mitra di Riau.
Pemilik Smart
English Bambang Pamungkas menyebut, berkurangnya jumlah gerai Smart English,
karena beberapa faktor faktor. Pertama, kesulitan mencari tenaga pengajar
bahasa Inggris “Tidak semua daerah memiliki tenaga pengajar yang bagus,”
ungkapnya.
Penyebab
kedua, tidak mudah mencari mitra untuk mengelola bisnis kursus di daerah. Apalagi,
mereka kalah saing dengan sejumlah lembaga pendidikan ternama yang mulai
ekspansi ke daerah-daerah. Lembaga tentu lebih unggul dari sisi modal, system
dan SDM.
Meski
demikian, Bambang tetap menawarkan paket waralaba Smart English. Bahkan ia
sudah mengerek harga paket investasi menjadi Rp 90 juta dari Rp 60 juta.
Kata Bambang,
mitra sebaiknya menyediakan tempat kursus yang terdiri dari tiga kelas, dengan
masing-masing seluas 3 x 4 meter. Mitra akan mendapat pelatihan pengajar.
Standart prosedur, brosur spanduk, kaos, seragam dan moul kurikulum. Satu gerai
Smart English diproyeksi bisa mendapat omzet Rp 20 juta. Dengan target balik
modal sekitar setahun.
Saat ini Smart
English hanya menerima murid usia 3-13 tahun (setara kelas 6 SD). Ada empat
materikelas, yaitu Smart Kids, Smart Pre School, Smart Kids Talk dan School Class. Padahal dulu, tmpat kursus
ini menerima murid darisemua kalangan usia. Bambang terpaksa memangkas segmen
pasar, karena keterbatasan tenaga pengajar berkualitas.
Perhatikan
Kualitas Pengajar dan Brand Usaha
PENGAMAT waralaba Erwin Halim menilai, tawaran kursus
bahasa termasuk dalah satu bidang usaha yang diminati banyak orang, dan
memiliki peluang besar.
Secara umum,
jumlah murid di lembaga kursus bahasa Inggris masih tumbuh terus. Agar bisnis
lancer, kita harus memantau hasil belajar mengajar mereka. “Kalau siswa menjadi
pintar dan jago berbahasa asing karena kursusu di situ menjadi nilai plus”
papar Erwin. Menurutnya, kemitraan yang jumlahnya berkurang, biasanya karena
sedang drop atau sedang tak ingin
ekspansi. Tepatnya lebih ingin membuka strategi sendiri, tanpa harus ada mitra.
Sebagai
franchise yang menawarkan jasa pendidikan, kata Erwin, sangat perlu
memperhatikan kualitas sumber daya manusia (SDM). Artinya, tenaga pengajar harus
punya nilai plus dan berkualitas, jangan yang biasa-biasa saja.
Makanya,
pemilik usaha lembaga kursus harus terus meningkatkan kualitas pengajar. Sebab,
salah satu faktor pendongkrak brand
sebuah tempat kursus juga dilihat dari kualitas tim pengajar.
Jika, brand
lebih banyak dikenal orang, maka akan lebih banyak dikenal orang, maka akan
lebih mudah sukses. “Brand yang tidak kuat atau kurang dikenal masyarakat, akan
kesulitan bersaing, sehingga usahanya akan cenderung berjalan biasa saja”
ungkap Erwin.
Ia
menyarankan, pihak pusat juga memperhatikan gerai milik mitra. Pusat sebaiknya
merekrut tenaga pengajar professional untuk semua gerai. Tenaga pengajar yang
dipilih tak hanya fasih berbahasa inggris tapi juga punya jam terbang tinggi.
Sumber : Koran Kontan 19 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment