Donat sudah menjadi salah
satu makanan favorit di Indonesia. Sebagai kudapan favorit, donat banyak
dijajakan, baik di mal-mal maupun pinggir jalan. Sampai
sekarang, masih banyak penjaja donat baru bermunculan. Mulai dari yang
independen hingga yang ikut kemitraan atau waralaba dari merek-merek tertentu.
Di
tengah ketatnya persaingan, pemilik gerai donat gencar melakukan inovasi dengan
meluncurkan produk-produk baru. Tujuannya adalah, agar pelanggan tidak bosan
dengan rasa dan bentuk donat yang itu-itu saja.
Alhasil,
gerai-gerai donat tetap ramai diserbu pembeli. Bisnis donat pun tetap
bertumbuh. Hal ini terungkap dari sejumlah pewaralaba bisnis donat yang
usahanya pernah KONTAN kupas sebelumnya.
Jumlah gerai dan mitra mereka kini semakin bertambah banyak. Nah,
berikut ini perkembangan bisnis donat mereka.
Donat Bakar
Donat
Bakar alias Dokar sudah berdiri sejak April 2008. Ketika KONTAN mengulas
kemitraan usaha donat ini pada Mei 2012, Donat Bakar sudah memiliki 50 gerai,
dua di antaranya adalah milik sendiri. Kini, mitra Donat Bakar bertambah
menjadi 60 orang. Sementara, total gerainya saat ini menjadi 63 unit, dua di
antaranya milik sendiri. Pemilik
Dokar Iwan Abu Shalih mengatakan, sepanjang tahun 2012 sebenarnya ada sekitar
10 gerai mitra yang tutup. Namun, mitranya juga bertambah sebanyak 10 orang
yang buka gerai di Jabodetabek, Gresik, dan Blora.
Menurutnya,
mitra yang menutup gerai ini biasanya mitra yang hanya coba-coba dalam
berbisnis. Jadi, "Sekarang total ada 60 mitra yang sudah menunjukkan komitmen
sejak awal bisnis," ujarnya.
Untuk
menjadi mitra Donat Bakar, cukup merogoh kocek sebesar Rp 7 juta saja. Dengan
biaya sebesar itu, mitra akan mendapatkan satu unit booth, peralatan masak,
bahan baku untuk 100 donat, dan aneka topping untuk donat.
Namun,
jika membuka gerai di luar Pulau Jawa, Donat Bakar mewajibkan mitra membayar
tambahan biaya sebesar Rp 8 juta untuk pengiriman peralatan dan
lain-lain.
Dulu,
Iwan memberlakukan sistem koordinator wilayah untuk mitra yang berada di luar
Jawa. Dengan membayar biaya Rp 30 juta, koordinator wilayah akan dibantu
memproduksi sendiri donat.
Hanya,
sistem koordinator wilayah kini sudah tidak dibuka lagi. Namun demikian, ada
beberapa koordinator wilayah, seperti di Samarinda dan Kendari, tetap berjalan.
Sistem
kordinator wilayah Iwan hentikan karena pernah menemui pengalaman tidak
mengenakkan dengan koordinator wilayah di Aceh. Lantaran tidak
bertanggungjawab, mitra-mitra yang ada di bawah pimpinan koordinator wilayah di
Aceh tidak terurus dan menjadi beban pusat. Supaya bisnisnya terus berkembang,
Iwan mengaku rajin melakukan inovasi produk. "Sekarang sudah ada 42
pilihan rasa donat yang saya buat, di antaranya adalah rasa oreo dan
almond," ujarnya.
Tahun
ini, Iwan juga menyiapkan satu variasi produk baru, yakni donat kukus. Namun,
varian ini masih dalam proses penggodokan. “Dalam waktu dekat akan kami
luncurkan," janjinya. Sedang untuk harga jual donat masih dibanderol Rp
2.500–Rp 5.000 per buah. Iwan mengatakan, meski kisaran harga masih sama, di
beberapa gerai, harga donat dinaikkan Rp 500–Rp 1.000 untuk mengerek omzet.
Donat Madu Cihanjuang
Donat
dengan campuran madu asli Sumbawa di dalamnya merupakan keunggulan dari merek
donat yang satu ini. Usaha donat ini dirintis oleh Ridwan Iskandar bersama sang
istri, Fanina Nisfulaily sejak Mei 2010.Donat Madu Cihanjuang mulai menawarkan
kemitraan pada April 2011. KONTAN terakhir menulis kemitraan donat ini tahun
lalu. Saat itu, Donat Madu Cihanjuang sudah memiliki 20 gerai. Sebanyak 14 di
antaranya milik mitra dan enam lainnya milik pusat.
Perkembangannya
hingga kini cukup baik. Sekarang telah ada 48 gerai Donat Madu Cihanjuang.
"Milik mitra ada 38 gerai, selebihnya pusat," tutur Fanina. Dalam
waktu dekat ini, Fanina mengklaim, total gerainya akan bertambah menjadi 70
outlet. Ia mengaku telah mengantongi sejumlah kemitraan baru yang akan segera
buka. Jumlah mitranya bertambah pesat karena dia selalu menjaga kualitas
produk. Sehingga, banyak yang tertarik membeli maupun bermitra. "Kami
tidak berusaha mencari mitra, kebanyakan justru mitra yang datang sendiri ke
kami," klaimnya. Selain kualitas, Donat Madu Cihanjuang juga terus mencoba
menyajikan menu baru. Hingga kini telah ada sekitar 60 varian rasa donat yang
tersedia di gerai mereka. Mengenai
paket kemitraan, harganya telah meningkat. Sebelumnya, Donat Madu Cihanjuang
menawarkan paket kemitraan Rp 20 juta untuk franchise fee dan perlengkapan
operasional. Tapi, itu belum termasuk interior yang diperkirakan mencapai Rp 25
juta untuk tiap gerai.
Saat
ini, paket kemitraannya naik menjadi Rp 56,5 juta. Biaya itu telah termasuk
franchise fee selama lima tahun, resep serta pelatihan senilai Rp 20 juta. Sementara
sisanya yang sebesar Rp 26,5 juta dipakai buat penyediaan perlengkapan produksi
dan bahan baku awal donut. "Sedang interior dan tempat masih dari
mitra," tambah Fanina. Jadi, mitra masih harus menambah biaya tergantung
luas dan interior tempat yang diinginkan. Fanina hingga kini tetap tidak
memungut royalty fee. Namun, bahan baku donat tetap harus berasal dari pusat.
"Khususnya premix donatnya karena berkaitan dengan kualitas donat,"
jelasnya.
P-DO Donat Kentang
Usaha
donat bernama P-DO, kepanjangan dari Potato Donut, berdiri tahun 2007. Tak lama
berdiri, P-DO yang bermarkas di Pulogadung Trade Center, Jakarta Timur mulai
menawarkan kemitraan. Tak dinyana, peminatnya ternyata cukup banyak. Terbukti,
saat KONTAN mengupas tawaran kemitraan dari P-DO tahun lalu, mereka sudah
mempunyai 50 gerai. Dari jumlah itu, sebanyak enam gerai milik pusat dan
sisanya milik mitra. Sekarang, total gerai P-DO sudah bertambah menjadi 75
outlet. Dari jumlah itu, gerai pusat ada empat. Namun, gerai yang benar-benar
aktif hanya berjumlah 60 unit.
Saat
ini, mitra P-DO tersebar di Jakarta, Depok, Bekasi, Cibinong, Bogor, Tangerang,
Cileungsi, dan Bandung. Fariko Ngantung, Kepala Marketing P-DO, mengatakan,
nilai investasi yang ditawarkan sudah mengalami perubahan. Pada 2012 terdapat
dua paket: paket Rp 6 juta dan paket Rp 11 juta. Saat ini, paket
investasi yang ditawarkan sebesar Rp 7 juta untuk booth indoor dan Rp 9 juta
untuk booth outdoor. Namun, untuk harga produknya sendiri tidak mengalami
kenaikan. "Masih di rentang Rp 2.500 hinggga Rp 5.000 per buah," kata
Fariko.
Menurut
Fariko, inovasi rasa sangat berperan penting dalam pengembangan bisnis ini.
Terkait inovasi rasa, P-Do memiliki rasa buah mocca sebagai varian barunya. P-Do
juga menargetkan akan terus melakukan kreasi rasa baru untuk donat kentang. Guna
menjaring mitra, P-DO pun gencar melakukan promosi di media sosial, seperti
Facebook dan Twitter. Selain itu, P-DO juga gencar memanfaatkan event-event
tertentu semacam pameran sebagai sarana promosi. P-Do
menargetkan sampai akhir tahun 2013 nanti bisa menjaring 50 mitra
baru.
Bidik Kelas Atas
dengan Donat Berkualitas
PELUANG
usaha donat di kelas menengah bawah masih cukup menjanjikan. Terbukti,
gerai-gerai donat di segmen ini tetap ramai diserbu pembeli. Di level kemitraan
atau waralaba, bisnis ini juga berkembang karena paket investasi yang
ditawarkan para pewaralaba donat relative kecil.
Erwin Halim,
pengamat waralaba dari Proverb Consulting, menilai banyaknya pemain donat di kelas menengah
bawah akan memacu kreativitas para pengusaha donat. Mereka dituntut melakukan
diferensiansi, menonjolkan keunikan, dan mempertahankan kualitas produk. Beberapa
merek donat di segmen ini, seperti Donat Bakar, P-Do, dan Donat Madu
Cihanjuang, sukses melakukan ketiga hal tersebut.”Ketiganya memiliki keunikan
dan menawarkan produk donat yang spesifik,” katanya.
Namun,
tidak cukup berhenti di situ. Para pengusaha donat, Erwin menyarankan, juga harus memiliki tim marketing yang kuat. Dengan
produk yang oke, ditambah tim marketing yang mumpuni, bisnis ini bisa semakin
berkembang. Terutama, di daerah-daerah yang tingkat persaingannya belum begitu
ketat. Soal pemilihan lokasi, harus berada di tempat-tempat keramaian. Erwin juga member saran, supaya para
pemain bisnis donat tidak hanya fokus mengusung konsep booth. Menurutnya, perlu
juga dipikirkan pengembangan usaha dengan konsep kafe. Konseo ini bisa mengerek
kelas donat, dari kelas mengah bawah menjadi kelas menengah atas. Nah,
setelah kelasnya naik, otomatis nilai paket investasi dalam sistem kemitraan
atau waralaba juga akan meningkat.
Sumber : Kontan
Sabtu, 16 Februari 2013
Marantina,
Revi Yohana, Pravita Kusumaningtias, Havid Vebri
No comments:
Post a Comment