Saturday, September 1, 2012

Potensi hoki bisnis takoyaki

Aneka makanan khas Jepang kini semakin marak dijajakan di Indonesia. Selain makanan berat, makanan ringan atau camilan khas negeri sakura itu juga banyak ditemui di Tanah Air. Salah satu camilan Jepang yang punya banyak penggemar di Indonesia adalah takoyaki. Di negara asalnya, makanan berbentuk bulat kecil yang terbuat dari adonan tepung terigu ini berisi irisan daging gurita.

Namun, kehadirannya di Indonesia sudah banyak mengalami inovasi. Selain gurita, banyak pengusaha kuliner menambahkan bahan isian aneka seafood, seperti udang, ikan, dan lain-lain. Mereka berinovasi dan menjadikan takoyaki sebagai ladang usaha karena makanan ini punya banyak penggemar di Indonesia.

Bahkan, banyak dari mereka yang menawarkan kemitraan atau waralaba. Kendati sudah melewati masa booming, peluang bisnis ini masih menjanjikan. Terbukti, beberapa tawaran kemitraan takoyaki mengalami pertumbuhan jumlah mitra. Beberapa diantaranya adalah Oishii Tako, Takoyaki-na, dan Takoyaku. Bagaimana kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.

Takoyaki-na

KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan Takoyaki-na pada bulan Maret 2010. Saat itu, usaha asal Yogyakarta ini sudah memiliki 50 gerai. "Kini jumlah gerai kami sudah 75 gerai," kata Yudithia Samsul, sang pemilik usaha Takoyaki-na. Dari jumlah tersebut, hanya dua gerai milik sendiri. Sisanya milik mitra usaha. Gerai tersebut tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, Purwokerto, Solo, Samarinda, Surabaya dan Balikpapan.

Ia menargetkan, jumlah outlet sampai akhir tahun ini mencapai 85 unit. Ia optimistis target itu tercapai. "Kemitraan kami diminati karena banyak masyarakat menyukai citarasa takoyaki kami," kata Yudith yang mendirikan usaha pada Maret 2009 ini. Yudith menawarkan takoyaki dengan beragam varian isi, seperti cumi-cumi, keju, daging sapi, kepiting, dan ayam. Karena ada kenaikan harga bahan baku, kini harga jual Takoyaki-na dibanderol mulai Rp 8.500 - Rp 9.000 per porsi. Harga sebelumnya Rp 6.500 per porsi.

Selain inovasi menu, untuk mengembangkan usaha, ia juga gencar melakukan sosialisasi kepada calon mitra. Selain lewat internet, sosialisasi juga dilakukan lewat media-media lokal di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Komunikasi dengan para mitra yang sudah berjalan juga tetap dilakukan. Ia mengklaim, omzet sebagian besar mitra usahanya sesuai dengan target semula.

Takoyaki-na menawarkan dua paket kemitraan, yakni paket Rp 7,5 juta dan paket Rp 15 juta. Biaya kemitraan ini belum mengalami perubahan sejak tahun 2010. Masing-masing paket mendapatkan booth, peralatan memasak, banner, bahan baku, serta pelatihan karyawan. Tapi, jenis dan kuantitasnya berbeda setiap paket.

Lokasi usahanya juga dibedakan. Paket Rp 7,5 juta berlokasi di pinggir jalan, sedangkan paket Rp 15 juta menyasar pusat perbelanjaan. Yudith menargetkan, paket Rp 7,5 juta meraup omzet rata-rata Rp 250.000 per hari. Sementara omzet paket Rp 15 juta sebesar Rp 450.000 per hari.

Oishii Tako

Berdiri tahun 2008, gerai pertama Oishii Tako berada di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan. Pada tahun 2009, sang pemilik, Aziz Yunus resmi menawarkan kemitraan. Saat diulas KONTAN pada September 2010, Oishii Tako baru memiliki empat gerai.

Selang dua tahun, jumlah gerainya saat ini sudah 30 gerai. Dari jumlah itu, hanya empat gerai yang dimiliki oleh Aziz. Selebihnya milik mitra usaha. Penambahan mitra itu kebanyakan di Palembang, Yogyakarta, dan Ciamis. Sementara gerai lain tersebar di Jakarta dan Tangerang.

Aziz mengaku, kinerja bisnisnya ini lumayan memuaskan. "Soalnya, kompetitor semakin banyak dibandingkan saat pertama kali saya memulai usaha," jelasnya. Kendati persaingan kian ketat, ia optimistis tetap bisa bertahan. Untuk mengembangkan usahanya, ia fokus melakukan inovasi menu.

Selain isi daging gurita, Aziz kini membuat takoyaki dengan isi cumi-cumi, udang, kepiting, dan sebagainya. Varian menu ini dilakukan guna memenuhi selera pasar. "Karena tak semua orang menyukai daging gurita," ujarnya. Sejak tahun 2010, Aziz juga menambahkan toping saos pedas bagi konsumen yang menyukai rasa pedas.

Selain inovasi menu, ia juga tetap mempertahankan harga jual bahan baku ke mitra usaha. Dalam kerjasama kemitraan ini, Aziz belum menaikkan paket investasi Oishii. Ada dua pilihan paket investasi yang ditawarkannnya.Yakni, paket Rp 2,25 juta dan Rp 6 juta. Untuk paket pertama, mitra hanya mendapatkan alat panggang takoyaki, bahan baku untuk 150 porsi, serta kerja sama. Peralatan lain seperti booth harus disediakan sendiri oleh mitra.

Sementara untuk paket kedua , mitra akan mendapatkan booth, peralatan memasak, dan bahan baku awal untuk 150 porsi. Mitra juga akan mendapat alat promosi dan seragam karyawan. Kerjasama ini tidak memungut biaya royalti fee. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. Bahan baku takoyaki ini termasuk spesifik. Misalnya, katsuobushi yang terbuat dari daging ikan cakalang yang diserut untuk diambil kaldunya. Selain itu, rumput laut atau biasa disebut nori, yang sudah berbentuk bubuk.

Untuk harga jual ke konsumen mengalami kenaikan menjadi Rp 10.000 per porsi, dari sebelumnya Rp 9.000. Selain takoyaki, kini Aziz juga mulai mengenalkan camilan pendamping untuk dijual bersamaan, yakni okonomiyaki. "Meski penjualannya belum banyak, tapi bisa menambah omzet mitra," ujar Aziz.

Takoyaku

Berdiri sejak Desember 2010 di Bogor, Jawa Barat, Takoyaku merambah kemitraan pada Februari 2011. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini pada Juni 2011, Takoyaku baru punya tujuh gerai.

Jumlah gerainya saat ini sudah ada 20 yang tiga diantaranya milik sendiri. Syafril Angga Saputra, pemilik Takoyaku bilang, para mitra usahanya tersebar di berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, dan Palembang.

Tahun lalu, Takoyaku masih menawarkan kemitraan dengan paket investasi senilai Rp 5,5 juta. Estimasi omzet mitra Rp 225.000 dan balik modal dalam waktu tiga bulan. Saat itu, menu takoyakinya masih terdiri empat pilihan rasa, yakni original, spicy, double cheese, dan mix max.

Nah, sekarang beberapa sudah ada yang mengalami perubahan. Misalnya, paket investasinya sudah naik menjadi Rp 7 juta. Investasi itu sudah termasuk peralatan, booth dan bahan baku awal. "Tapi belum sewa tempat," ujarnya.

Angga mengaku terpaksa menaikkan biaya investasi karena menyesuaikan dengan kenaikan harga peralatan dan bahan baku produk. Kendati begitu, Angga memastikan harga jual Takoyaku tidak mengalami kenaikan. "Masih masih kami jual Rp 7.000-Rp 8.000 per porsi," ujarnya.




Untuk target omzet dan balik modalnya masih sama. Hanya pilihan menunya kini semakin beragam. Selain takoyaki juga tersedia okonomiyaki, yuki sobu, dan yuki udon. Untuk lebih mempopulerkan brand Takoyaku ini, Angga berencana membuka paket mini resto.

Harus Berani Menawarkan Menu Berbeda

Kendati merupakan makana khas Jepang, bisnis takayoki di Indonesia masih menjanjikan. Peluangnya masih terbuka karena penggemarnya cukup banyak di Indonesia. Itu sebabnya, kata Erwin Halim, konsultan dan pengamat waralaba dari Proverb Consulting, bisnis ini masih akan diminati. “Apalagi risikonya kecil dengan harga dan biaya investasi yang terjangkau masyarakat menengeh kebawah” katanya
            Dengan rata-rata harga jual sekitar Rp 10.000 perporsi, siapapun bisa membelinya sekedar mencoba rasa. Kendati minim risiko, tetap ad abeberapa hal yang harus diperhatikan para pemain bisnis ini. Hal utama yang perlu diperhatikan terkait dengan inovasi menu. Menurutnya, para pemain di bisnis ini berani memproduksi t akoyaki dengan rasa yang berbeda “Diferensiasi produk itu penting untuk mengungguli yan lainnya” ujar Erwin.
            Terlebih, persaingan di bisnis ini sudah semakin ketat. Bila semua produk yang dijual sama, maka tidak ada pembeda dengan pemain yang lain yang dapat menarik minat konsumen. Selain inovasi menu, Erwin juga menekankan pentingnya strategi penjualan. Hal ini  terkait erat dengan pemilihan lokasi usaha. Karena ini bisnis makanan, ia menyarankan memilih tempat di keramaian, seperti mal. Apalagi takoyaki merupakan makanan ringan. “Dipintu-pintu keluar mal sangat bagus makanan ini dijajakan,” ujarnya
            Bila tempat pertama kurang ramai, harus berani memindahkan hasil usaha ke tempat lain. Makanya, harus jeli melihat tempat strategis lainnya. Untuk itu, jangan menyewa satu tempat dalam waktu lama.


Sumber : Kontan Sabtu, 1 September 2012
   Noverius Laoli, Revi Yohana, Fahriyadi ,

No comments:

Post a Comment