Saturday, October 8, 2011

Laba Klinik Kecantikan Kian Cantik

Perawaralaba klinik ini harus berani membuka pasar baru di luar Pulau Jawa dan menciptakan merek kedua untuk kelas menengah

Kontan, 8 Oktober 2011,
Fitri Bur Arifenie, Fahriyadi, Dea Chandiza Syafina


JAKARTA. Menjadi cantik merupakan impian hampir seluruh wanita. Banyak cara dilakukan oleh kaum hawa untuk mewujudkan mimpinya. Mulai dari mengkonsumsi obat, berpantang makanan tertentu dan pergi ke klinik kecantikan. Dan, cara terakhir ini, sepertinya menjadi pilihan banyak wanita.

Tak heran jika klinik kecantikan berkembang menjadi bisnis yang potensial. Tengok saja beberapa pewaralaba klinik kecantikan yang menjalani bisnis ini. Dalam setahun terakhir, bisnis mereka berkembang, baik dari sisi pendapatan maupun penambahan jumlah mitra dan gerai.

Esri Medical Aesthetic, Martha Tilaar Salon Day Spa, dan Pure Beauty Care adalah beberapa waralaba yang klinik kecantikan danperawatan tubuh yang mengecap pertumbuhan. Meski, pemain baru brnuinculan, mereka tetap yakin, prospek bisnis ini masih cerah.

Esri Medical Aesthetic

Berbeda dengan waralaba salon kecantikan pada umumnya, Esri Medical Aesthetic mengedepankan konsep klinik kecantikan dari sisi medis. Klinik ini didukung oleh dokter bersertifikat dari Persatuan Dokter Estetik Indonesia PERDESTI).

Susana Seriani, pemilik Esri Medical Aesthetic mengatakan, kini pihaknya telah memiliki empat mitra, yang tersebar di Ciledug, Ciputat, Makasar dan Surabaya, dan dua calon mitra baru. Padahal saat KONTAN mengulas waralaba ini akhir Maret 2010, Esri belum memiliki mitra

Hanya saja, paket investasi Esri juga mengalami kenaikan. Jika pada awalnya, Esri menawarkan paket kerjasama senilai Rp 125 juta, kini meningkat menjadi Rp 135 juta. "Kenaikan Rp 10 juta ini karena ada pengembangan sistem komputerisasi pengelolaan klinik secara online. Jadi, mitra bisa terhubung dengan pusat," tandasnya

Dari nilai investasi tersebut, mitra memperoleh seluruh peralatan lengkap untuk memulai usaha, seperti electromedic equipment dan electroeslhetica equipment, termasuk produk perawatan kulitsenilai Rp 35 juta

Susana bilang, dalam sehari klinik ini bisa menjaring 10-15 pasien. Dengan biaya perawatan berkisar Rp 50.0Q0-Rp 300.000 dan harga obat dari Rp 50.000 hingga Rp 75.000. Ia pun mengklaim, mitra bisa meraup omzet hingga Rp 20 juta per bulan. Dari omzet itu, mitra bisa mengantongi keuntungan hingga 50%, sehingga perhitungan masa balik modal akan tercapai dalam waktu 1-1,5 tahun.

Dengan kesuksesannya menjaring empat mitra dan dua calon mitra itu. Susana optimis bisa memenuhi target tahun depan, yakni menambah enam hingga sepuluh mitra.

Martha Tilaar Salon Day Spa

Selain membuka salon dan klinik kecantikan sendiri, Martha Tilaar Salon Day Spa menawarkan program waralaba dan kemitraan spa Ketika KONTAN mengulas waralaba Martha Tilaar Salon Spa pada September 2008, jumlah waralabanya mencapai 33 outlet. Kemudian pada Oktober 2010, jumlah waralabanya bertambah menjadi 42 outlet. Kini, Martha Tilaar Salon Day Spa sudah memiliki 46 cabang, baik di dalam maupun luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Ukrania dan Jepang.

Direktur PT Cantika Puspa Pesona Wulan Tilaar Widarto optimistis bisnis kecantikan optimisbisnis kecantikan makin tumbuh. Maklum, tingginya tingkat kesibukan dan stres, serta gaya hidup perkotaan membuat bisnis salon dan spa terus berkembang pesat. Apalagi, penggemar layanan salon dan spa tak terbatas pada perempuan, melainkan juga para lelaki.

Di Indonesia, Martha Tilaar Salon Day Spa memiliki cabang di beberapa kota seperti Batam, Jakarta, Lampung, Palangkaraya, Pontianak, Balikpapan, Samarinda, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu masih ada beberapa di wilayah Sulawesi dan Sumatera. Di Sumatera, Martha Tilaar membuka outlet di Aceh dan Riau. Sedangkan di Sulawesi, Martlia Tilaar baru membuka satu outlet di Makasar. "Mungkin kami akan membuka beberapa spa di Indonesia Timur," kata Wulan.

Ia melihat adanya peluang dan potensi untuk bisnis salon kecantikan tumbuh di sana. Sebab, gaya hidup masyarakat di Indonesia Timur sudah mulai berkembang.

Membuka spa yangsudah ternama seperti Martha Tilaar Salon Spa memang terbilang mahal. Bila berminat, terwaralaba harus menyiapkan modal awal Rp 1,5 miliar. Franchise fee sebesar Rp L7". juta untuk lima tahun. Nilai biaya waralaba ini belum berubah sejak tahun 2008.

Demikian pula dengan biaya royalti. Besar royalti yang harus dibayar terwaralaba masih sama, yakni sekitar 5% dari total omzci Untuk membuka usaha spa ini. terwaralaba perlu menyediakan lahan dengan luas minimal 250 meter persegi.

Pure Beauty Care

Klinik Pure Beauty Care kini memiliki tiga mitra yang tersebar di Medan, Serpong dan Jambi. Klinik yang khusus bergerak dibidang perawatan kulit muka dan tubuh ini berdiri pada 2008 lalu. Sampai saat ini. mereka belum mengubah nilai paket investasi yang ditawarkan untuk investor Pure Beauty Care.

Untuk menjadi terwaralaba, Pure Beauty care mengenakan biaya waralaba sebesar Rp 120 juta untuk masa kontrak empat tahun. Mereka menawarkan keringanan pembayaran, dengan membayar setengah dulu saat penandatanganan nota kesepahaman sambil menunggu renovasi tempat. Begitu renovasi tempat selesai, terwaralaba harus segera melunasi biaya franchise.

Setelah itu, nantinya terwaralaba juga harus membayar royalty fee sebesar 5% dari omzet per bulan. Asyiknya, terwaralaba baru membayar royalty fee setelah mereka balik modal. "Kami perkirakan masa balik modal itu setelah satu tahun usaha berjalan," kata Irene Yasmintiah, Pengelola PT Pure Beauty Care Indonesia.

Dengan mengusung produk perawatan kulit, Pure Beauty Care yang memakai bahan baku alami dari ekstrak buah-buahan, klinik kecantikan Pure Beauty Care menawarkan perawatan yang sehat. Produk perawatan kulit Pure Beauty Care langsung didatangkan dari Belanda. "Semua bahan perawatan dan peralatan kita impor," jelas Irene.

Perusahaan ini membidik peluang pasar pada segmen kelas menengah. Irene mengatakan, alasan pemilihan kelas menengah itu karena klinik perawatan kulit yang menyasar kelas atas sudah penuh dengan beberapa brand sudah dikup kuat, seperti Natasha dan Erha. "Pasar masih tetap terbuka luas," kata Irene.

Klinik Pure Beauty Care ini menawarkan produk untuk mengatasi masalah jerawat, dek, keripnt pemeliharaan kulit, alergi kulii. dan kekeringan kulit Bahkan tidak hanya itu, Irene bilang, klinik ini juga menawarkan peravvatan bagi konsumen yang mengalami permasalahan seputar bentuk tubuh.

Untuk menjadi mitra, hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan bisnis ini ai ialah kompetensi dalam bidang kecantikan. Sang franchise harus memiliki kecintaan dan ketekunan di bidang ini. Bisnis kecantikan berbeda dengan bisnis makanan, butuh kesabaran," ujar Irene

Sampai saat ini, mereka sudah memiliki tiga mitra baru. Maklum, sebagai pendatang baru, Pure Beauty Care lebih memfokuskan diri untuk membangun brand image dengan konsep yang Pure Beauty Care.Dengan brand image yang kuat, Irene yakin bisa mendorong calon pasien untuk berani mencoba menggunakan produk dari Pure Beauty Care. "Maklum, menggunakan produk kecantikan itu tidak seperti mencoba makanan atau baju," kata Irene

Kembangkan pasar di Luar pulau jawa

SETIAP Perempuan pasti selalu ingin tampil cantik, wangi dan awet muda. Wajar bila mereka sering berkunjung ke salon untuk berbagai perawatan, mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut. Apsar terbuka lebar di kota-kota besar inilah yang menjadi ladang bisnis menjanjikan bagi bisnis salon kecantikan.

Menurut Pengamat waralaba Erwin Halim, pasar salon kecantikan akan terus berkembang. Permintaan akan semakin banyak , karena konsumen bukan lagi kaum hawa, tetapi juga kaum adam. Alhasil, meski pemain lama sudah banyak, salon dan spa baru terus saja bermunculan.

Namun, banyaknya pemain yang terjun ke bisnis ini, lanjut Erwin, juga mengakibatkan pasar salon kecantikan menengah atas jenuh. Oleh karenanya, ia menyarankan untuk mencoba terjun ke bisnis salon kecantikan untuk kalangan menengah dan harga ekonomis. Khusus untuk segmen ini, belum banyak pemain yang bersedia masuk karena investasi salon kecantikan cukup besar.

Ada baiknya, pemilik salon membuat merek kedua yang harganya lebih ekonomis dan terjangkau. Ia mencontohkan, salon Rudy Hadisuwarno yang menciptakan merek kedua bernama Brown Salon. Banderol harga di salon ini lebih murah karena mereka membidik segmen remaja. “ harus ada brand kedua untuk menggaet pasar menengah, “ kata Erwin.

Kemudian para pemilik salon kecantikan juga harus memiliki keunikan untuk menarik pelanggan. Selain itu, meraka juga bisa mencari pasar baru di luar Pulau Jawa yang belum banyak pesaing, seperti yang dilakukan Martha Tilaar. “ ini potensi besar, meski belum ada permintaan. Tapi, permintaan itu bisa diciptakan lewat edukasi dan sosialisasi, “ jelasnya.

No comments:

Post a Comment