Saturday, December 10, 2011

Jika berinovasi, aroma bisnis martabak akan tetap semerbak


Jika mampu melakukan inovasi produk, bisnis waralaba martabak tetap bisa merebak

Kontan, 10 Desember 2011, Hafid Fuad, Dea Chadiza Syafina

Siapa, sih, yang tak kenal kudapan bernama martabak? Penganan yang terbuat dari adonan telur, terigu, dengan isi daging atau sosis ini memang banyak penggemarnya di Tanah Air.

Biasanya penganan ini dijajakan bareng dengan kue terang bulan, jajanan khas Pulau Bangka. Oh, ya, kue terang bulan di Jakarta ini dikenal juga dengan nama martabak manis. Itulah sebabnya, pedagang martabak di Jakarta biasanya menjual dua menu: martabak telur dan martabak manis.

Citarasa martabak, baik telur maupun manis, memang cocok di lidah siapa saja. Baik itu anak-anak hingga orang dewasa. Karena popularitas martabak itu pula, banyak investor yang tertarik untuk menekuni usaha ini.

Nah, cara cepat untuk berbisnis kudapan ini tentu menggunakan "jalur" waralaba atau kemitraan. Jadi, tak perlu heran, kalau belakangan ini banyak pengusaha martabak yang menawarkan kemitraan atau waralaba untuk mengembangkan usaha.

Dari tiga waralaba martabak yang dihubungi KONTAN, mereka mengklaim menikmati pertumbuhan jumlah gerai. Memang ada yang bertumbuh dengan cepat, namun ada pula yang lambat. Dalam tulisan ini, KONTAN akan mengulas lebih dalam lagi tentang perkembangan tiga waralaba martabak.


• Martabak Alim

Waralaba martabak asal Bekasi terbilang superior dalam menambah jumlah gerainya tahun ini. Tahun lalu KONTAN menulis waralaba ini sudah memiliki 103 gerai. Namun pada Desember 2011 ini, gerai Martabak Alim naik 101% atau menjadi sebanyak 208 gerai.

Mayoritas penambahan gerai milik Martabak Alim ada di Jabodetabek. Berbeda dengan tahun lalu, terwaralaba baru rata-rata memiliki satu gerai saja. "Saya sengaja batasi gerai untuk terwaralaba baru," kata Suhanto, pemilik waralaba Martabak Alim.

Kondisi itu berbeda dengan tahun lalu. Ketika itu, banyak terwaralaba Martabak Alim memiliki lebih dari satu. Suhanto mengakui, pembatasan kepemilikan gerai untuk menjaga investasi terwaralaba agar tetap aman.

Dari seluruh gerai itu, Suhanto bisa mencatat kenaikan omzet menjadi Rp 400 juta per hari. Padahal, tahun lalu, dari seluruh gerai Martabak Alim ia hanya mengantongi omzet antara Rp 100 juta sampai dengan 200 juta per hari.

Untuk mendapatkan terwaralaba baru, Suhanto menggaet dengan inovasi produk martabak. Tahun ini ia membuat inovasi dengan membuat martabak mini yang dijual Rp 1.000 per porsi hingga Rp 4.000 per porsi. Martabak mini mempunyai empat varian rasa.

Adapun inovasi untuk tahun depan, Suhanto akan membuat martabak dengan tepung kentang. Ia mengaku, martabak dengan tepung kentang akan memberikan pilihan baru bagi konsumen yang mulai jenuh mengonsumsi martabak dari tepung gandum atau terigu.

Yang menarik, besaran investasi di Martabak Alim tak berubah dari tahun lalu. Suhanto tetap mematok paket investasi sebesar Rp 125 juta. Paket kelas outlet itu akan mendapatkan peralatan memasak, bahan baku, desain interior serta pelatihan karyawan. "Investor tinggal cari lokasi," terang Suhanto.

Suhanto menghitung, balik modal usaha akan terjadi dalam jangka satu tahun, dengan catatan, investor mampu meraup omzet Rp 2 juta per hari.


• Martabak House

Martabak House yang berdiri Juni 2007 mulai menawarkan konsep waralaba pada 2009. Waralaba yang berasal dari Semarang, Jawa Tengah ini tahun lalu baru memiliki tiga gerai. Namun, tahun ini akan ada penambahan dua gerai baru di Malang dan Yogyakarta. "Akhir Desember akan terealisasi," kata Paulus Gunawan, pemilik waralaba Martabak House.

Soal lambatnya pertumbuhan waralaba itu, Paulus berkilah bahwa hal ini buah keputusannya yang selektif memilih investor. "Yang mengajukan penawaran sebenarnya banyak," klaim Paulus.

Mengenai nilai investasi, Paulus tidak melakukan perubahan alias sama dengan tahun lalu. Paulus menawarkan paket investasi mini resto sebesar Rp 150 juta. Dengan paket ini, waktu kerja sama selama lima tahun. Dan tentu saja, terwaralaba juga berhak mendapat peralatan lengkap, pelatihan karyawan, dan bahan baku senilai Rp 10 juta. Selain itu, terwaralaba wajib membayar royalty fee sebesar 5% dari omzet bulanan.

Paulus menghitung, terwaralaba akan balik modal dalam jangka satu tahun jika mendapat omzet Rp 4 juta per hari. Martabak House membanderol harga jual martabak mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 12.000 per loyang. Harga jual ini naik Rp 2.000 dibandingkan dengan harga jual tahun lalu.


• Martabak Mr Black

Martabak Mr Black berdiri sejak 2006 di Bandung, Jawa Barat. Usaha martabak yang didirikan oleh Gunawan ini resmi menjadi waralaba pada 2010 lalu. Namun, hingga November lalu, baru mendapatkan satu terwaralaba.

Gunawan saat ini mengendalikan enam gerai miliknya ditambah dengan satu gerai milik terwaralaba. Ia bilang, tahun ini tidak terlalu fokus mencari terwaralaba karena sedang melakukan pembenahan internal. "Kami sedang memikirkan konsep baru gerai kami," jelas Gunawan.

Namun begitu, tahun ini Gunawan tidak mengubah nilai investasi waralaba martabaknya. Sama dengan tahun lalu, ia hanya memiliki satu paket investasi senilai Rp 100 juta. Investor yang mau bekerja sama mendapatkan satu unit sepeda motor, pembelian bahan baku untuk 400 loyang, serta training karyawan.

Beda dengan konsep waralaba martabak sebelumnya, Martabak Mr Black dikonsep menjadi gerai yang bisa bergerak alias mobile.

Gunawan menyebutkan, gerai martabak bisa bergerak dengan sepeda motor dan bisa menjangkau pusat keramaian. Saat ini, enam gerai Martabak Mr Black mangkal di kota Bandung dan satu gerai mangkal di Pesanggrahan, Kedoya, Jakarta Barat.

Dalam menawarkan waralaba, Gunawan mengutip royalty fee sebesar 2,5% sampai dengan 3% dari omzet bulanan. Ia menghitung balik modal dari Martabak Mr Black kurang dari satu tahun. Namun hal tersebut bisa tercapai jika investor mampu meraih omzet Rp 25 juta per bulan. "Jika omzet mencapai target, margin laba bisa 50%," klaim Gunawan.

Menurut Gunawan, untuk mencari terwaralaba baru ia biasanya berpedoman pada jangkauan pasar yang akan menjadi target calon investor. Ia memberi syarat, calon terwaralaba harus mencari lokasi yang berdekatan dengan pusat perbelanjaan, kampus atau permukiman.

Gunawan memiliki tiga varian martabak di setiap gerai Martabak Mr Black. Mulai dari rasa original, yang terdiri dari rasa capucino dan cokelat. Kemudian, varian martabak original isi daging sapi serta martabak bumbu teriyaki. Selain itu ada martabak asin spesial cordon blue yang mengandung keju.

Martabak Mr Black memiliki ukuran martabak rata-rata sebesar 22 centimeter (cm) dengan harga jual mulai Rp 27.000 sampai Rp 31.000 per porsi. Martabak Masih Potensial di Kota Besar
Bisnis martabak masih potensial di kota-kota besar di Jawa. Namun karena persaingan penjualan martabak semaki ketat, diperlakukan beberapa kiat khusus agar bisnis ini tetap mampu bertahan dan berkembang. “Khususnya di Jabodetabek, usaha martabak sangat potensial,” ujar pengamat waralaba Erwin Halim.

Menurut Erwin, martabak sangat disukai oleh kalangan menengah masyarakat Indonesia. Itulah sebabnya, pertumbuhan jumlah kelas menengah di kota-kota besar membuat potensi bisnis martabak menjadi semakin moncer.

Untuk menghadapi persaingan yang ketat, Erwin menyarankan agar pengusaha martabak memperhatikan kemampuan sumber daya manusia(SDM) yang dimiliki. SDM yang menjadi tulang punggung penjualan di lapangan harus kreatif, lincah, dan menarik. “Dengan pelayanan yang bagus maka pelanggan akan tertarik untuk datang dan membeli,” katanya.
Selain itu, penguatan merek juga penting. Pengutan merek bisa dilakukan dengan memperbanyak gerai penjualan. Menurut Erwin, untuk bisnis martabak, semakin banyak jumlah gerai kian menguntungkan. Sebab, hal itu akan meningkatkan kepercayaan bagi calon investor waralaba maupun kemitraan dan juga konsumen.

Tentu saja, penambahan gerao tetap harus memperhatikan lokasi untuk mengejar segmen pasar yang dituju. Sebab, martabak merupakan makanan dengan karakter enak dikonsumsi selagi hangat. Karena itu penempatan gerai sebaiknya tidak jauh dari kawasan perumahan.Inovasi rasa perlu dilakukan terutama untuk mengubah image martabak sebagai makanan malam hari. Perlu juga dicoba mengembangkan martabak untuk sarapan.

No comments:

Post a Comment