Thursday, December 15, 2011

Tidak Cukup Lagi Mengandalkan Rasa


Bisnis restoran dan kedai masih akan tumbuh seiring kondisi perekonomian yang stabil



Diantara sekian jenis bisnis, bisnis makanan adalah bisnis yang paling gampang ditemui. Selain karena makan adalah kebutuhan pokok, menyantap sesuatu ini juga berkaitan dengan selera bahkan budaya suatu masyarakat.
Sangking populernya bisnis makanan, Pengamat Waralaba dari Proverb Consulting Erwin Halim menyebut, waralaba bisnis makanan mencapai pertumbuhan paling tinggi tahun ini, yaitu antara 10%-15%. Setelah bisnis makanan, bisnis pendidikan menepati posisi kedua sebagai bisnis yang paling gencar pertumbuhan waralabanya. Tahun depan, Erwin masih optimistis bisnis makanan masih akan memimpin.
Hengky Eko Sriyanto, pemilik usaha Bakso Malang Kota Cak Eko, memperkirakan, bisnis kuliner di 2012 masih bakal bertumbuh pesat. Proyeksi Hengky yang juga salah satu pendiri Rhenald kasali School for Entrepreneur ini tak berbeda dengan Erwin. Menurut dia, bisnis kuliner 2012 bakal tumbuh sekitar 15%. “Ada 300 merek bisnis kuliner baru di 2012 dan di 2012 masih akan terus muncul merek baru. Persaingan bakal kian ketat,” tandas dia.
Setidaknya ada tiga faktor yang menopang pertumbuhan bisnis kuliner di tahun mendatang. Pertama,pertumbuhan ekonomi Indonesia masih sehat alias tidak teroengaruh sentiment negatif dari krisis Eropa. Kedua, inflasi diproyeksikan bakal tetap rendah, kurang 4%. Alhasil daya beli masyarakat akan meningkat terhadap bisnis kuliner yang harganya cenderung tidak bergerak naik.
Ketiga, suku bungan yang mini akan memberikan dampak positif terhadap para pelaku usahanya. Seiring penurunan suku bunga acuan, bunga pinjaman di perbankan juga akan turun. Tentu, kondisi ini mnguntungkan pengusaha, terutama mereka yang ada di kelas kecil dan menengah. “Diharapkan makin memudahkan usaha,” papar Erwin yang juga mengelola situs 1000pengusaha.com.
Selain pemain lokal, peningkatan daya beli masyarakat dan jumlah penduduk yang besar menjadi indonesis pasar yang empuk bagi pemain asing Henky meramal, tahun depan pebisnis kuliner asing akan terus membanjiri pasar lokal. Ia menduga, kuliner asal Malaysia dan Thailand bakal menjadi competitor kuat bagi bisnis kuliner di tanah air.
Ketua Bidang Pembinaan Restaurant, Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia(PHRI), Soedihartono mengatakan, sepanjang 2011, kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, masih menjadi kantong-kantong utama pertumbuhan bisnis kuliner. Maklum, lantaran pendapatan lebih besar, masyarakat dimkota besar lebih gampang merogoh kocek untuk makan diluar rumah.
Meski begitu, bukan berarti wilayah luar kota besar dan luar Jawa tak potensial. Eka Agus Rachman, General Manager Communications PT pendekar Bodoh, pengelola jaringan restoran D’Cost menyebut Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Balikpapan, Samarinda, dan Manado termasuk kota yang potensial untuk bisnis kuliner. Diluar itu, daerah tujuan wisata, seperti Nusa tenggara Barat, Juga menarik.
Siapa Bertahan?
Meski sepakat tahun 2012 masih akan menjanjikan proses cerah, para pengamat entrepreneurship dan pelaku bisnis kuliner menilai, tak segampang membalik telapak tangan untuk bisa bertahan. Erwin menyebut, pebisnis kelas mengengah keatas dengan modal minimal Rp 300 juta paling mungkin mempertahankan eksistensi usahanya.
Alasan Erwin, dengan modal besar biasanya pebisnis sudah detail memikirkan standart operating procedur(SOP), pemberdayaan sumber daya manusia, serta pengemasan mereknya, serta pengemasan mereknya. Tiga hal itulah yang menurut Erwin kadang luput diperhatikan oleh pebisnis kelas menengah ke bawah.
Henky menimpali, perkara konsep masih menjadi titik lemah para pengusaha bisnis kuliner di tanah air. Secara kuantitas, jumlah pemain bisnis kuliner memang terus menjamur. “Sayang, para pemain baru tersebut cenderung menjadi pengkut (follower) tanpa mempersiapkan konsep bisnis kuliner yang matang,” kritik Hneky. Tak heran, bisnis yang mereka kelola tak bertahan lama.
Sementara Eka mengatakan, jumlah masyarakat dengan komposisi menengah ke bawah yang lebih besar menjadi jaminan bahwa pasar di kelas tersebut juga besar. Oleh karenanya, Eka yakin, pengusaha restoran yang menyasar masyarakat menengah ke bawah akan lebih eksis tahun depan.


Kontan edisi Khusus Desember
Anastasia Lilin Yuliantina,
Dessy Rosalina pasaribu






                                                                                                                       

No comments:

Post a Comment