Saturday, March 31, 2012

Bisnis Ayam Goreng Masih renyah

Beberapa kemitraan usaha ayam goreng sukses menambah jumlah mitra usaha cukup lumayan.

JAKARTA. Bisnis ayam goreng agaknya terus renyah. Maklum ayam goreng sudah menjadi santapan yang semakin merakyat. Lantaran banyak oreng yang gemar menyantap menu ini, usaha ayam goreng pun tumbuh subur.

Untuk membesarkan usahanya, banyak diantara pebisnis ayam goreng yang membuka tawaran kemitraan atau waralaba. KONTAN pun kerap menulis tawaran kemitraan usaha ayam goreng ini.
Guna mengetahui perkembangan usaha ini, KONTAN kembali me-review beberapa tawaran kemitraan ayam goreng yang sebelumnya sudah pernah ditulis.
Beberapa diantaranya adalah Suga Chicken, Kane Chicken. Bagaimanakah kondisi usaha mereka  saat ini? Berikut ulasannya.

·         Suga Chiken 

Mulai berdiri sejak 2005 di Bekasi, Jawa Barat, Suga Chicken resmi menawarkan kemitraan setahun kemudian. Agus Setiawan, pemilik usaha ini menyatakan, alsanv membuka kemitraan dari para pelanggannya.
Saat kontan mengulasnya pada Maret 2011 lalu, Suga Chicken memiliki 60 gerai, baik semi resti maupun resto. Untuk konsep semi resto investasinya sekitar Rp 29 juta dengan tambahan biaya furniture sebesar Rp 15 juta. Sedangkan investasinya Rp 150 juta. 

Biaya investasi sebesar itu belum termasuk sewa tempat. Dari paket tersebut, rata-rata mitra bisa memperoleh omzet Rp 52 juta saban bulan, sengan balik modal antara empat bulan sampai satu tahun.
Saat ini, Agus mengaku, jumlah gerainya sudah membiak menjadi 70 gerai, dan tiga diantaranta milik sendiri. Melihat pesatnya perkembangan kemitraan Suga Chicken, Agus pun menawarkan beberapa paket baru dalam kerjasama kemitraan ini. 

Diantaranya paket silver  senilai  Rp 150 juta dan paket gold senilai Rp 190 juta. Selain itu, ada lagi konsep booth senilai Rp d12 juta. Pengembangan paket itu diimbangi dengan diversifikasi menu diluar ayam goreng, seperti burger, pasta, dan lainnya.
Dengan harga ayam berkisar Rp 10.000 per potong, omzet mitra yang mengambil paket silver dan gold bisa mencapai Rp 2 juta-Rp 5 juta perhari. Perkiraan balik modal satu sampai  dua tahun.
Untuk royalty fee, pihaknay mengutip 5% dari total ayam yang terjual. Jadi bukan dari total omzet penjualan. Rencananya, dalam waktu dekat Suga Chicken bakal merambah Negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Agus berharap, tahun ini sudah bisa membuka outlet berkonsep resto fast food di tiga Negara tersebut. Di dalam negeri sendiri, Suga Chicken sudah menjangkau hampir semua wilayah, termasuk Papua. Ian menargetkan, setiap bulan ada penambahan tiga gerai baru.

·         Kane Fried Chicken 

Pad Juni 2011 yang lalu, KONTAN telah mengulas seputar tawaran kemitraan dari Kane Fried Chicken sudah memiliki 25 mitra yang tersebar di Jakarta, Bandung dan Malang.
Setelah hampir satu tahun berselang, Kane Fried Chicken mengalami pertumbuhan signifikan. Jumlah mitranya sekarang sebanyak 40 mitra. “Pada awal tahun ini saya mendapat lima mitra di Surabaya,” ujar Dwi Suswinarto, pemilik Kane Fried Chicken.

Dwi bilang, pertumbuhan jumlah mitra itu tak terlepas dari kerja Keras kane Fried Chicken mengenal produk mereka . “Kami juga mempertahankan kualitas dan memberikan harga yang terjangkau masyarakat luas,” ujarnya.

Ia membanderol satu porsi yang terdiri dari sayap atau paha ayam beserta nasi Rp 7.000.Harga sepotong dada dan paha atas lengkap dengan nasinya Rp 8.000 per porsi. 

Namun, dia berencana menaikan harga tersebut kalau pemerintah jadi menaikkan harga harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi per 1 April 2012 nanti. Kenaikan harga berkisar Rp 500 per porsi.
Selain belum menaikkan harga produknya, Dwi juga belum menaikkan sewa tempat booth miliknya yang sebesar Rp 550.000-Rp 650.000 per bulan.

Sementara, untuk biaya investasi tipe outdoor sudah dinaikkan dari awalnya Rp 10 juta menjadi Rp 11,9 juta. Nilai investasi itu bisa dicicil 50% di awal, dan sisanya dilunasi sesudah fasilitas diberikan semua. Karena berkonsep kemitraan, Kane tidak memungut  royalty fee  dan franchise fee. Mitra akan mendapatka antara lain satu unit booth ukuran 150 cm x 60 cm, bahan baku hari pertama, serta pendampingan manajemen.
Ke depan, Dwi berencana membuat paket indoor dengan perkiraan investasi sebesar Rp 17 juta. Tapi rencana itu masih belum final. “kamu masih menunggu kenaikan harga BBM. Kalau BBM jadi naik bisa mempengaruhi perkiraan investasinya, “ujarnya.

Paket indoor ini nantinya alan menyasar kios-kios ruko, dan mal.”Tapi sasaran utama kami kios dan tempatnya strategis,”ungkap dwi

·         Rocket Chicken

Sejak pertama kali berdiri tahun 2010 hingga sekarang, Rocket Chicken yang berbasis di Yogyakarta sudah memiliki 65 mitra dengan jumlah gerai mencapai 130 buah. Pemilik Rocket Chicken, Nurul Atik mengaku, jumlah gerainya itu tumbuh signifikan.

Bila sebelumnya gerainya banyak terdapat di wilayah Pulau Jawa, kini juga mulai merambah wilayah Kalimantan dan Sulawesi.“Belum lama ini kami juga baru membuka gerai di Matra pura (Kalimantan Selatan) dan Palu (Sulawesi Tengah),” kata Nurul.

Saat diulas KONTAN pada April tahun lalu, gerai Rocket Chicken baru berjumlah 89 unit, dengan jumlah mitra sekitar 50-an mitra. Karena prospek bisnisnya bagus, banyak mitra yang membuka lebih dari satu gerai.
Menurut Nurul, pihaknya memang membuka kesempatan bagi mitra untuk memiliki lebih dari satu gerai. Namun, Penambahan gerai itu tergantung hasil evaluasi pusat terhadap kinerja mitra.
Evaluasinya mencangkup omzet, jarak antar gerai, maupun potensi daerah yang ingin ditambah gerainya. Ia sendiri saat ini sudah memiliki 18 gerai, yang mayoritas berada di kawasan Jawa Tengah. Ia mengklaim, omzet setiap gerai rata-rata sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per hari. Sementara omzet dalam sebulan berkisar antara Rp 60 juta hingga Rp 150 juta.

Nurul mengaku, telah banyak melakukan inovasi demi mengambangkan usanya itu.” Terutama inovasi terkait varian sambal. Sekarang kami menyediakan juga hidangan ala tradisioanl, seperti sambal penyet, sambal bawang, sambal terasi, dengan terong, tahu, tempe, “tukasnya.Namun, terkait paket investasi belum banyak mengalami perubahan. Masih seperti awal, calon mitra yang ingin bergabung perlu menyiapkan biaya investasi sekitar Rp 150 juta-Rp 160 juta, dan itu belum termasuk tempat. Investasinya lumayan besar karena mengusung konsep resto.

Dalam paket investasi itu sudah disediakan perlengkapan masak dan makan, promosi, pelatihan karyawab, serta bahan baku awal. Jadi mitra cukup memikirkan soal tempat saja.
Investasi itu bisa bertambah terutama bagi mitra di luar Jawa. “karena butuh biaya transportasi untuk mengankut interior dan perlengkapan. Kemarin ke Lombok, misalnya, ada niaya tambahan transportasi sekitar Rp 18 juta,” tungkasnya.

Dengan perhitungan omzet Rp 60 juta per bulan, balik modal diperkirakan terjadi antara bulan keenam hingga 18 sejak usaha dimulai,



Potensi Besar di Segmen Menengah Bawah
BERBICARA waralaba atau kemitraan ayam goreng renyah dengan merek lokal, nama Magfood Amazy patut diperhitungkan. Memiliki 117 outlet di seluruh Indonesia, Magfood Amazy menjadi salah satu market leader di bisnis ini.

Suwanto, pemilik Magfood Amazy, menilai, prospek bisnis ayam goreng masih  cerah. Menurutnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berbisnis ayam goreng. Diantaranya fokus membidik segmen menengah kebawah .” karena pangsa pasar di segmen ini sangat besar ketimbang menengah ke atas,”ujarnya

Saat menawarkan kemitraan, dia menyarankan agar tak memberikan janji muluk kepada calon mitra. Perhitungan di atas kertas harus benar-benar telah dirasakan oleh franchisor. Selain itu, calon mitra harus dipastikan telah memilih lokasi yang tapat sebelum membuka gerai usaha kemitraan dipastikan telah memilih lokasi yang tepat sebelum membuka gerai usaha kemitraan,” pemilihan lokasi tak bisa dilihat dalam satu atau dua hari tapi berkala,” imbuhnya.

Soal pemilihan tempat usaha, dia menyarankan agar tak berdekatan dengan outlet ayam goreng asing yang menyasar kalangan atas serta tidak terpaku kepada jumlah gerai. Jumlah gerai itu bukan satu-satunya ukuran bahwa sebuah brand usaha sudah kuat dipasar.”lebih penting dari itu juga adalah jumlah pelanggan,” katanya

Hal serupa juga diutarakan Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting. Menurutnya , pangsa pasar ayam goreng di segmen menengah ke bawah sangat besar. Dengan pangsa pasar yang besar, sisiko bisnis ayam goreng terbilang minim kerimbang usaha kuliner lainnya.


Sumber : Kontan 31 Maret 2012
                Fahriyadi, Noverius Laoli
                Dan Eka Saputra



















No comments:

Post a Comment