Wednesday, January 16, 2013

Bisnis Donat Masih Menjanjikan, lo


Donat sudah menjadi salah satu makanan favorit di Indonesia. Sebagai kudapan favorit, donat banyak dijajakan, baik di mal-mal maupun pinggir jalan. Sampai sekarang, masih banyak penjaja donat baru bermunculan. Mulai dari yang independen hingga yang ikut kemitraan atau waralaba dari merek-merek tertentu.

Di tengah ketatnya persaingan, pemilik gerai donat gencar melakukan inovasi dengan meluncurkan produk-produk baru. Tujuannya adalah, agar pelanggan tidak bosan dengan rasa dan bentuk donat yang itu-itu saja.  
Alhasil, gerai-gerai donat tetap ramai diserbu pembeli. Bisnis donat pun tetap bertumbuh. Hal ini terungkap dari sejumlah pewaralaba bisnis donat yang usahanya pernah KONTAN kupas  sebelumnya. Jumlah gerai dan mitra mereka kini semakin bertambah banyak. Nah,    berikut ini perkembangan bisnis donat mereka.

Donat Bakar

Donat Bakar alias Dokar sudah berdiri sejak April 2008. Ketika KONTAN mengulas kemitraan usaha donat ini pada Mei 2012, Donat Bakar sudah memiliki 50 gerai, dua di antaranya adalah milik sendiri. Kini, mitra Donat Bakar bertambah menjadi 60 orang. Sementara, total gerainya saat ini menjadi 63 unit, dua di antaranya milik sendiri. Pemilik Dokar Iwan Abu Shalih mengatakan, sepanjang tahun 2012 sebenarnya ada sekitar 10 gerai mitra yang tutup. Namun, mitranya juga bertambah sebanyak 10 orang yang buka gerai di Jabodetabek, Gresik, dan Blora.

Menurutnya, mitra yang menutup gerai ini biasanya mitra yang hanya coba-coba dalam berbisnis. Jadi, "Sekarang total ada 60 mitra yang sudah menunjukkan komitmen sejak awal bisnis," ujarnya.
Untuk menjadi mitra Donat Bakar, cukup merogoh kocek sebesar Rp 7 juta saja. Dengan biaya sebesar itu, mitra akan mendapatkan satu unit booth, peralatan masak, bahan baku untuk 100 donat, dan aneka topping untuk donat.

Namun, jika membuka gerai di luar Pulau Jawa, Donat Bakar mewajibkan mitra membayar tambahan biaya sebesar  Rp 8 juta untuk pengiriman peralatan dan lain-lain.
Dulu, Iwan memberlakukan sistem koordinator wilayah untuk mitra yang berada di luar Jawa. Dengan membayar biaya Rp 30 juta, koordinator wilayah akan dibantu memproduksi sendiri donat.
Hanya, sistem koordinator wilayah kini sudah tidak dibuka lagi. Namun demikian, ada beberapa koordinator wilayah, seperti di Samarinda dan Kendari, tetap berjalan.

Sistem kordinator wilayah Iwan hentikan karena pernah menemui pengalaman tidak mengenakkan dengan koordinator wilayah di Aceh. Lantaran tidak bertanggungjawab, mitra-mitra yang ada di bawah pimpinan koordinator wilayah di Aceh tidak terurus dan menjadi beban pusat. Supaya bisnisnya terus berkembang, Iwan mengaku rajin melakukan inovasi produk. "Sekarang sudah ada 42 pilihan rasa donat yang saya buat, di antaranya adalah rasa oreo dan almond," ujarnya.

Tahun ini, Iwan juga menyiapkan satu variasi produk baru, yakni donat kukus. Namun, varian ini masih dalam proses penggodokan. “Dalam waktu dekat akan kami luncurkan," janjinya. Sedang untuk harga jual donat masih dibanderol Rp 2.500–Rp 5.000 per buah. Iwan mengatakan, meski kisaran harga masih sama, di beberapa gerai, harga donat dinaikkan Rp 500–Rp 1.000 untuk mengerek omzet.

Donat Madu Cihanjuang

Donat dengan campuran madu asli Sumbawa di dalamnya merupakan keunggulan dari merek donat yang satu ini. Usaha donat ini dirintis oleh Ridwan Iskandar bersama sang istri, Fanina Nisfulaily sejak Mei 2010.Donat Madu Cihanjuang mulai menawarkan kemitraan pada April 2011. KONTAN terakhir menulis kemitraan donat ini tahun lalu. Saat itu, Donat Madu Cihanjuang sudah memiliki 20 gerai. Sebanyak 14 di antaranya milik mitra dan enam lainnya milik pusat.

Perkembangannya hingga kini cukup baik. Sekarang telah ada 48 gerai Donat Madu Cihanjuang. "Milik mitra ada 38 gerai, selebihnya pusat," tutur Fanina. Dalam waktu dekat ini, Fanina mengklaim, total gerainya akan bertambah menjadi 70 outlet. Ia mengaku telah mengantongi sejumlah kemitraan baru yang akan segera buka. Jumlah mitranya bertambah pesat karena dia selalu menjaga kualitas produk. Sehingga, banyak yang tertarik membeli maupun bermitra. "Kami tidak berusaha mencari mitra, kebanyakan justru mitra yang datang sendiri ke kami," klaimnya. Selain kualitas, Donat Madu Cihanjuang juga terus mencoba menyajikan menu baru. Hingga kini telah ada sekitar 60 varian rasa donat yang tersedia di gerai mereka. Mengenai paket kemitraan, harganya telah meningkat. Sebelumnya, Donat Madu Cihanjuang menawarkan paket kemitraan Rp 20 juta untuk franchise fee dan perlengkapan operasional. Tapi, itu belum termasuk interior yang diperkirakan mencapai Rp 25 juta untuk tiap gerai.

Saat ini, paket kemitraannya naik menjadi Rp 56,5 juta. Biaya itu telah termasuk franchise fee selama lima tahun, resep serta pelatihan senilai Rp 20 juta. Sementara sisanya yang sebesar Rp 26,5 juta dipakai buat penyediaan perlengkapan produksi dan bahan baku awal donut. "Sedang interior dan tempat masih dari mitra," tambah Fanina. Jadi, mitra masih harus menambah biaya tergantung luas dan interior tempat yang diinginkan. Fanina hingga kini tetap tidak memungut royalty fee. Namun, bahan baku donat tetap harus berasal dari pusat. "Khususnya premix donatnya karena berkaitan dengan kualitas donat," jelasnya.

P-DO Donat Kentang

Usaha donat bernama P-DO, kepanjangan dari Potato Donut, berdiri tahun 2007. Tak lama berdiri, P-DO yang bermarkas di Pulogadung Trade Center, Jakarta Timur mulai menawarkan kemitraan. Tak dinyana, peminatnya ternyata cukup banyak. Terbukti, saat KONTAN mengupas tawaran kemitraan dari P-DO tahun lalu, mereka sudah mempunyai 50 gerai. Dari jumlah itu, sebanyak enam gerai milik pusat dan sisanya milik mitra. Sekarang, total gerai P-DO sudah bertambah menjadi 75 outlet. Dari jumlah itu, gerai pusat ada empat. Namun, gerai yang benar-benar aktif hanya berjumlah 60 unit.

Saat ini, mitra P-DO tersebar di Jakarta, Depok, Bekasi, Cibinong, Bogor, Tangerang, Cileungsi, dan Bandung. Fariko Ngantung, Kepala Marketing P-DO, mengatakan, nilai investasi yang ditawarkan sudah mengalami perubahan. Pada 2012 terdapat dua paket: paket Rp 6 juta  dan paket Rp 11 juta. Saat ini, paket investasi yang ditawarkan sebesar Rp 7 juta untuk booth indoor dan Rp 9 juta untuk booth outdoor. Namun, untuk harga produknya sendiri tidak mengalami kenaikan. "Masih di rentang Rp 2.500 hinggga Rp 5.000 per buah," kata Fariko.

Menurut Fariko, inovasi rasa sangat berperan penting dalam pengembangan bisnis ini. Terkait inovasi rasa, P-Do memiliki rasa buah mocca sebagai varian barunya. P-Do juga menargetkan akan terus melakukan kreasi rasa baru untuk donat kentang. Guna menjaring mitra, P-DO pun gencar melakukan promosi di media sosial, seperti Facebook dan Twitter. Selain itu, P-DO juga gencar memanfaatkan event-event tertentu semacam pameran sebagai sarana promosi. P-Do menargetkan sampai akhir tahun 2013 nanti bisa menjaring 50 mitra baru.      

Bidik Kelas Atas dengan Donat Berkualitas
PELUANG usaha donat di kelas menengah bawah masih cukup menjanjikan. Terbukti, gerai-gerai donat di segmen ini tetap ramai diserbu pembeli. Di level kemitraan atau waralaba, bisnis ini juga berkembang karena paket investasi yang ditawarkan para pewaralaba donat relative kecil.

Erwin Halim, pengamat waralaba dari Proverb Consulting, menilai banyaknya pemain donat di kelas menengah bawah akan memacu kreativitas para pengusaha donat. Mereka dituntut melakukan diferensiansi, menonjolkan keunikan, dan mempertahankan kualitas produk. Beberapa merek donat di segmen ini, seperti Donat Bakar, P-Do, dan Donat Madu Cihanjuang, sukses melakukan ketiga hal tersebut.”Ketiganya memiliki keunikan dan menawarkan produk donat yang spesifik,” katanya.

Namun, tidak cukup berhenti di situ. Para pengusaha donat, Erwin menyarankan, juga harus memiliki tim marketing yang kuat. Dengan produk yang oke, ditambah tim marketing yang mumpuni, bisnis ini bisa semakin berkembang. Terutama, di daerah-daerah yang tingkat persaingannya belum begitu ketat. Soal pemilihan lokasi, harus berada di tempat-tempat keramaian. Erwin juga member saran, supaya para pemain bisnis donat tidak hanya fokus mengusung konsep booth. Menurutnya, perlu juga dipikirkan pengembangan usaha dengan konsep kafe. Konseo ini bisa mengerek kelas donat, dari kelas mengah bawah menjadi kelas menengah atas. Nah, setelah kelasnya naik, otomatis nilai paket investasi dalam sistem kemitraan atau waralaba juga akan meningkat.

Sumber : Kontan Sabtu, 16 Februari 2013
    Marantina, Revi Yohana, Pravita Kusumaningtias, Havid Vebri




No comments:

Post a Comment