Saturday, May 4, 2013

Kemitraan Soto Masih Tetap Hangat


JAKARTA. Soto merupakan makanan khas Indonesia. Kuahnya yang hangat dan sarat bumbu menjadikan kuliner ini punya banyak penggemar. Makanan ini pun bisa dinikmati semua usia dan kalangan. Tak heran banyak penjaja soto, baik skala kaki lima hingga kelas resto.Kelebihan usaha soto adalah cenderung stabil, tidak mengalami pasang surut seperti bisnis kuliner lainnya, yang kadang mengandalkan tren semata.Dari tiga kemitraan yang KONTAN ulas kali ini, semuanya pun mampu berkibar, karena mampu mempertahankan kualitas rasa. Jika, Anda tertarik menjajal bisnis soto, tak ada salahnya mencermati hasil review usaha Soto Kudus Kauman, Soto Kudua Pak Minto, dan Soto Ayam Jolali berikut ini :

·         Soto Kudus Kauman
Usaha Soto yang dirintis Ludi Priyanto di Jakarta pada 2005 ini masih terus berkembang dari tahun ke tahun. Tahun lalu, tercatat ada 14 gerai Soto kudus Kauman yang tersebar di wilayah Jabodetabek dan Jawa Tengah.Nah, dalam setahun terakhir, usaha ini berhasil menambah dua gerai baru. Jadi, sekarang total sudah ada 16 gerai. Rinciannya, empat gerai milik pusat, sisanya milik mitra. “Sebentar lagi, akan ada gerai baru yang akan dibuka di Palembang,” tutur Ludi.Sampai sejauh ini, Ludi belum mengerek biaya investasi untuk menjadi mitra Soto Kudus Kauman. Calon mitra cukup menyiapkan kocek sejumlah Rp 60 juta. Investasi tersebut sudah termasuk Joint fee sebesar Rp 30 juta, dan paket peralatan lengkap.

“Tapi jika dengan sewa tempat sekitar Rp 170 juta,” juta,”paparnya. Bagi calon mitra yang belum memiliki tempat, Ludi memang bersedia mencarikan lokasi yang strategis. Ia bilang, rata-rata tempat disewa untuk dua tahun, walaupun akan lebih praktis bila mitra menyewa sekaligus untuk lima tahun.
Selain paket investasi yang masih sama, harga jual produk ke konsumen pun masih tetap seperti tahun lalu. Soto racikannya tetap dibanderol Rp 9.000 per porsi.Ludi mengaku, walaupun prospek Soto Kudus selama ini, namun ada kalanya harga bahan baku melonjak. “ Bulan Maret-April lalu, harga-harga sempat naik, tapi saya tidak menaikkan harga atau mengurangi bumbu. Sya mengakali dengan penghematan dibagian lain,”bebernya.

Ke depan, ia membidik pembukaan cabang di setiap propinsi di Indonesia. Pamor Soto Kudus Kauman memang tidak diragukan. Selain popular, soto ini juga telah menjadi langganan istana setiap tahun di hari Lebaran.Ludi mengklaim, kunci kesuksesan adalah selalu mempertajankan konsistensi kualitas bumbu dan resep soto. Selain itu, ia tetap menggratiskan bagi ibu hamil yang makan di tempatnya. “Makan gratis untuk ibu hamil bukan untuk promosi, tapi untuk mengenang kisah antara saya dan ibu saya,”ucapmya.

·         Soto Kudus Pak Minto

Kabupaten Kudus memang sangat terkenal dengan racikan sotonya. Salah satu usaha kuliner yang menyajikan soto kudus, ialah Soto Kudus Pak Minto. Kedai ini berdiri sejak 2007 di Depok, Jawa Barat. Namun, pemiliknya, Azam Rusdianto, baru menawarkan kemitraan pada 2011.
Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada April 2011, Soto Kudus Pak Minto sudah punya 4 gerai yang tersebar di Malang, NTB, dan Jawa Tengah.

Dua tahun berselang, jumlah gerainya bertambah cukup pesar menjadi 20 gerai yang tersebar di Pulau Jawa, NTB dan Bali. Adapun, lima gerai milik pusat, sementara sisanya milik mitra.
Azam bilang, bisnisnya bisa berkembang relative pesar karena menu yang ditawarkannya sudah cukup popular dan berupa kuliner tradisional. “sekarang masyarakat malah sangat menghargai masakan tradisional, salah satunya soto kudus,” katanya. Dikedai Pak Minto, Soto Kudus disajikan dalam mangkuk keramik mungl, layaknya soto Jawa Tengah. Dengan kuah bening, rasanya cenderung lebih gurih dari soto ayam biasa.

Keunggulan lain dari kedai Pak Minto, yaitu menyajikan juga menu andalan lain, seperti garang asem dan pindang daging. Seiring pekembangan usaha ini, maka paket investasi pun lebih tinggi, jika , dulu, Azam menawarkan kemitraan seharga Rp 30 Juta, kini nilai investasi sudah naik menjadi Rp 40 juta. Rinciannya sebesar Rp 35 juta untuk franchise fee, plus rp 5 juta untuk pendamping usaha. Dengan investasi itu, mitra akan mendapatkan perlengkapan dapur, seperti angkringan soto, freezer box, kompor dan peralatan makan.

Azam optimistis, gerai mitra bisa meraup omzet Rp 60 juta sebulan, dengan laba bersih sekitar 30%,”dalam kurun waktu 9 bulan, mitra sudah balik modal,”ujarnya.
Selain paket investasi, Azam juga mengerek harga jual menu, masing-masing sekitar Rp 2.000. jadi, sekarang beragam menu di kedai Pak Minto dibanderol berkisar Rp 10.000 hingga rp 17.000 per porsi.
Meski tidak menargetkan jumlah penambahan mitra, namun Azam berharap, mitranya bisa tersebar ke seluruh pulau-pulau di Indonesia. Ia yakin, soto kudus bisa diterima lidah masyarakat dari sabang hingga merauke.

·         Soto Ayam Jolali
Usaha soto ayam ini dirintis Hendro Dwi Sriyantono sejak 2006 di Surabaya, Jawa Timur. Brand yang mengusung menu soto ayam kampong khas Surabaya ini pun mulai menawarkan kemitraan dua tahun kemudian. Terakhir KONTAN mengulas kemitraan ini pada Juli 2011, tercatat sudah ada 30 gerai Soto Ayam Jolali. Sekarang, jumlahnya bertambah menjadi 36 gerai, yang tersebar di Surabaya, Bekasi, dan Sulawesi.

Hendro menuturkan, belakangan ini, pertumbuhan gerai Soto Ayam Jolali lebih banyak di kawasan Indonesia Timur. Seperti setahun terakhir, mitra baru datang dari Lombok, dan Sulawesi.
Ia bilang, sejauh ini, promosi masih menggunakan cara serupa, yakni promosi online dan mengikuti pameran dari Departemen Perdagangan. Menurut Hendro, kunci bisa bertahan di bisnis ini adalah mampu mempertahankan kualitas rasa soto. “karena ini bisnis di bidang makanan, makanya yang terpenting kualitas,”ungkapnya.

Makanya, ia mewajibkan mitra membeli bumbu soto koya dari pusat. Sedangkan untuk bahan baku lainnya di serahkan kepada mitra. Ada tiga menu pilihan di gerai Soto Ayam Jolali, yaitu soto ayam campur, soto ayam jeroan, dan soto ayam kulit. “kami mempertahankan keaslian soto Surabaya,” klaim Hendro mengenai alasan tak adanya penambahan varian menu soto baru.
Dalam setahun terakhir harga soto yang dijajakan pun masih sama, yakni berkisar Rp 8.000 – Rp 12.000 per porsi. Besaran paket investasi pun masih sama.” Kami menyasar pasar menengah bawah, jadi diusahakan harga paket dan produk tidak terlalu sering naik,” imbuh Hendro.
Ada dua paket yang ditawarkan. Pertama, paket gerobak dan tenda senilai Rp 20 juta. Mitra berhak mendapat perlengkapan seperti gerobak, tenda, meja dan kursi mangkok soto, perlengkapan memasak, dan bahan baku.

Kedua, paket ruangan senilai Rp 30 juta. Mitra mendapatkan peralatan yang sama dengan jumlah lebih banyak. Hendro juga memberikan pelatihan standar bagi mitra, seperti pelatihan meracik, menyajikan, melayani konsumen, hingga pemasaran. Ia mengutip royalty fee sebesar 3,5% dari omzet mitra.

Daftarkan Brand, Jangan Lupa Terus Inovasi

PENGAMAT waralaba Erwin Halim mencermati, kisaran harga soto yang ditawarkan ketiga pemain tersebut menyasar konsumen menengah ke bawah. Ini terbilang cocok dengan karakteristik peminat makanan tradisional.

Kata Erwin, sebenarnya, makanan tradisional memiliki pasar yang luas, dimana-mana ada. Sehingga, ia bisa dibilang tingkat kesulitan dalam menjual produk relatif rendah. Meski begitu, ia bilang tetap ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam bisnis soto ini.
Pertama, pihak pusat harus mendaftarkan merek soto mereka ke Hak Kekayaan Intelektual (KAKI).” Kalau belum terdaftar bisa ada potensi nanti diklaim orang lain. Branding nya bisa hilang dan ada kekuatan hukum.”papar Erwin.

Contoh yang pernah terjadi pada usaha Rumah Makan Sederhana. Pemilik aslinya tidak lagi boleh menggunakan merek itu, karena sudah digunakan dan didaftarkan oleh orang lain.” Nanti, ujung-ujungnya, mitra terkena imbas, tidak boleh juga menggunakan merek tersebut,” kata Erwin.

Kedua, perlu ada inovasi menu yang bisa mendampingi soto sebagai sajian utama. Misalnya, aneka sambal atau sajian krupuk yang berbeda, atau menu kolaborasi makanan tradisional dan makanan modern. Tujuannya, supaya pelanggan tidak akan cepat jenuh. Namun, inovasi menu pun harus selaras dengan konsep makanan tradisional.

Ketiga, dari segi pelayanan kepada konsumen,”pelayanan tentu harus ditingkatkan. Selain itu faktor kebersihan mutlak diperlukan,”saran Erwin.

Sumber : Kontan, 04 Mei 2013
   Pravita K, Revi Yohana, Marantina N, Noor M. Falih


No comments:

Post a Comment