Tuesday, July 12, 2011

Meraih laba dengan berbagai varian olahan bebek



Mona Tobing, Kontan 10 Juni 2011

Konsumsi olahan daging bebek oleh masyarakat tampaknya semakin membesar. Ini ditandai dengan menjamurnya banyak gerai bebek di berbagai tempat. Padahal, dulu banyak konsumen enggan menyantap masakan daging bebek karena dagingnya alot dan berbau amis. Sekarang, menyantap bebek sudah jamak dilakukan orang. 

Apalagi, para penjaja kuliner bebek terus berinovasi. Selain membuat daging bebek terasa lebih nikmat dan lembut di mulut, mereka juga menyiasatinya dengan menyajikan bebek bersama sambal yang menggugah selera. 

Ali Bagus Antra, pemilik Bebek Garang, mengatakan, agar mampu memenangkan persaingan pasar, ia membuat bebek olahannya memiliki rasa yang khas.
Pengolahan melewati tiga tahapan, seperti dilakukan kebanyakan pebisnis kuliner bebek. Yakni, bebek diungkep, direbus dengan bahan dasar rempah-rempah, kemudian digoreng. Tapi soal apa saja bumbunya, itu menjadi rahasia dapur Ali. 

Ini pula yang menjadi keunggulan Ali ketika membuka restoran bebek di Bandung tahun 2008 dengan nama Bebek Garang. Apa lagi, ia juga merancang restorannya dengan suasana nyaman dan santai. "Semacam tempat nongkrong," terang pria berusia 28 tahun ini. Berbagai fasilitas permainan, seperti halma, monopoli, ludo, ular tangga serta wi-fi dia sediakan. Alhasil, ini bisa mengundang pembeli betah berlama-lama di restoran Bebek Garang. 

Ali pun menyediakan berbagai olahan bebek. Bebek debus bakar dan bebek kagok negro jadi menu paling banyak dipesan. "Sampai saat ini, ada tujuh menu bebek. Kami terus berinovasi pada olahan bebek," terang sarjana arsitektur yang juga menyediakan pancake dan omelet berbahan baku dari bebek. 

Sebagai tambahan nilai jual, Ali tak lupa menyediakan sambal yang nikmat dan gurih. Ada dua jenis sambal, yaitu sambal terasi dan sambal goreng. Ali menjanjikan sambalnya pas dan tidak menutup rasa bebek. "Saya membuat sambal yang tak menyiksa dan menyatu dengan rasa bebek," kata Ali. 

Setelah sukses dengan tiga gerai Bebek Garang di Jalan Braga, Jalan Sulanjana, dan Jalan Cibabat, Bandung, Ali yakin untuk menawarkan waralaba tahun ini. 

Ia menawarkan waralaba restoran bebek dengan nilai investasi awal Rp 200 juta. Investasi sebesar ini sudah termasuk biaya waralaba selama lima tahun, sewa tempat satu tahun dan pengadaan bahan baku lengkap beserta peralatan dan desain restoran. "Karena berbentuk restoran, kami tidak hanya fokus pada penjualan makanan, tapi juga paket pesan antar," terang Ali. 

Berdasarkan penjualan di ketiga cabangnya, Ali memperkirakan satu gerai bisa menjual 160 porsi bebek per hari. Satu pembeli umumnya berbelanja senilai Rp 25.000. Dengan hitungan itu, satu gerai bisa mencapai omzet Rp 120 juta per bulan. Terwaralaba bisa balik modal antara 11 bulan hingga 16 bulan. 

Pengamat waralaba Proverb Consulting Erwin Halim menilai, bebek telah menjadi makanan rakyat dan memiliki pasar bagus. Namun sayangnya, bebek belum menggantikan posisi ayam sebagai lauk yang paling banyak digemari masyarakat. "Masih sebatas pelengkap," ujarnya. 

Meski begitu, imbuhnya, bebek tetap dapat menjadi kuliner yang bagus, asal ada pemetaan pasar. Misalnya pemilihan lokasi tempat untuk sekelas restoran bebek.

Bebek Garang
Jalan Braga 34, Bandung, 
Jawa Barat
Hp: 08195588053

No comments:

Post a Comment