Sunday, July 10, 2011

Waralaba Spa Masih Mewangi

Calon Investor lebih menikmati waralaba spa yang menawarkan biaya investasi murah

Wahyu Tri Rahmawati, Kontan, 23 Oktober 2010

JAKARTA. Spa identik dengan ketenangan, kedamaian, dan kesejukan. Tak heran, banyak orang meluangkan waktu untuk menikmati spa di tengah kepenatan dan stress yang mendera mereka.
      Dulunya, ongkos menikmati perawatan tubuh ini terhitung mahal. Namun, saat ini, banyak penyedia jasa spa yang mengincar pasar dari kelas menengah dan bawah.
      Untuk memperbesar pasar, beberapa pengusaha spa menawarkan waralaba. Namun, yang harus diingat, usaha spa ini merupakan usaha jangka panjang. Selain membutuhkan modal yang besar, jangka waktu pengembalian modalnya pun lama. Yang pasti, bisnis spa ini benar-benar harus mengutamakan kepuasan konsumen. Pewaralaba yang menawarkan usaha spa ini biasanya sangat hati-hati dalam memberikan persetujuan sebuah proposal. Mereka akan mengevaluasi terwaralaba secara rutin. “Kami akan mereview setiap dua tahun sekali untuk melihat apakah pelayanan masih sesuai standar,” kata Lydia Astuti, Spa Opertion Manager PT Cantika Puspa Pesona, pengelola Martha Tilaar Salon & Day Spa
      Berikut perkembangan terkini beberapa waralaba dan kemitraan spa di Indonesia.
§         Martha Tilaar Salon & Day Spa
      Salah satu waralaba yang ditawarkan Martha Tilaar Grup adalah Martha Tilaar Salon & Spa. Sampai saat ini, dari ketiga waralaba spa Martha Tilaar Salon & Day spa sudah punya cabang terbanyak.
      Ketika KONTAN mengulas waralaba Martha Tilaar Salon & Day Spa pada September 2008, jumlah waralabanya mencapai 33 outlet. Kini, Martha Tilaar Salon & Day Spa memiliki 42 cabang di Indonesia dan Luar negeri.
      Spa Opertion Manager Cantika Puspa Pesona, Lydia Astuti, menyatakan, jumlah gerai spa ini pernah mencapai 50 cabang, Tapi, beberapa diantaranya tutup.
      Ada beberapa penyebab penyusutan gerai itu. Misalnya, ketika evaluasi rutin, terlihat gerai itu tak memenuhi standar yang sudah ditetapkan. “Selain itu, ada juga yang memutuskan untuk membuka gerainya sendiri,” katanya.
      Membuka spa yang sudah ternama seperti Martha Tilaar Salon & Spa memang terbilang mahal. Bila berminat terwaralaba harus menyiapakan modal awal sebesar Rp 1,5 miliar. Franchise fee sebesar Rp 275 juta untuk lima tahun. Nilai biaya waralaba ini belum berubah sejak tahun 2008
      Demikian pula dengan biaya royalty. Besar royalti yang harus dibayar terwaralaba masih sama, yakni sekitar 5% dari total omzet. Namun, saat ini Cantika Puspa Pesona sedang mengkaji besaran biaya royalti dengan pembayaran bersifat flat. “Jadi biayanya tetap, tergantung luasnya,” kata
Lydia.Selain itu, biaya royalti ini masih bisa dinegosiasikan.
      Untuk membuka usaha spa ini, terwalaba perlu menyediakan lahan dengan luas minimal 250 meter persegi. Lydia menyarankan, sebaiknya lahan ini merupakan milik sendiri, sehingga akan mempersingkat pengem-balian modal. Bisa juga menyewa lahan kalau di kawasan tersebut tak menawarkan ruang-ruang yang bisa dimiliki sendiri atau di beli terwaralaba.
      Bila bisa meraup omzet minimal 80 juta per bulan, investor yang membuka waralaba Martha Tilaar Salon & Day Spa ini bisa mengembalikan modalnya dalam waktu sekitar tiga tahun.

§         SS Wulandari


Spa yang berasal dari Yogyakarta ini membuka gerai pertama di Graha Casa Grande, Yogyakarta, pada April 2006. Hingga kini, SS Wulandari sudah memiliki  11 cabang di seantero Jawa. Delapan cabangnya ini merupakan milik PT SS Wulandari
Setahun terakhir, SS Wulandari menaikan nilai franchise fee dari Rp 35 juta menjadi Rp 50 juta. Biaya ini berlaku untuk lima tahun.
SS Wulandari juga menyiapkan paket siap pakai untuk terwaralaba. “Kalau dulu kami bebaskan terwaralaba untuk pengadaan furniturnya sendiri, sekarang kami siapkan. Mitra tinggal renovasi saja,” kata Imansyah Sutrisno, pemilik SS Wulandari.
Ia menyediakan paket dengan harga Rp 175 juta. Nilai investasi ini sudah termasuk franchise fee. Imansyah menawarkan paket lengkap karena sudah memiliki pemasok furniture sendiri.
SS Wulandari juga mematok biaya royalty sebesar 5% dari omzet. Bahan baku pun akan terus dipasok dari pusat.
Calon terwaralaba spa yang membidik segmen kelas menengah ini bakal mencapai balik modal dalam waktu dua tahun. Asalkan si terwaralaba bisa meraih omzet Rp 30 juta per bulan.
Imansyah mengungkapakan, produk-produk spa SS Wulandari ini merupakan yang dibuat sendiri dan tidak dijual bebas. Harganya pun tidak mahal karena memang segmennya di tengah-tengah. “Dalam pelayanannya, kami juga menyediakan paket-paket untuk mahasiswa atau paket ibu dan anak,” imbuh irwansyah.
Untuk membuka waralaba spa ini, terwaralaba perlu menyediakan rumah seluas 150 meter persegi. Apabila ingin membuka gerai di ruko, dia menyarankan ruko 2 lantai dengan lebar 5 meter dan panjang 15 meter.
Imansyah menambahkan, sampai saat ini belum ada outlet yang tutup. “Kami juga sedang dalam proses pembukaan gerai di Malaysia,” katanya.

§         Frangipani Bali Rumah Lulur & Spa

Frangipani Bali Rumah Lulur & Spa termasuk pendatang baru dalam bisnis waralaba spa. Lucas Setiabudi, pemilik Frangipani Bali, membuka usaha spa ini di Solo pada januari 2009. Dengan cerdik, ia menyasar kelas menengah dengan harga murah meriah untuk bisnis jasa spa di Solo.
Ia menawarkan kemitraan Frangipani Bali Ru-mah Lulur & Spa ini. Ke-tika KONTAN mengulas pada builan jumi lalu, lucas baru memiliki satu cabang milik sendiri dan dua mitra. “Saat ini totalnya sudah ada tujuh cabang,” katanya. Ketujuh lokasi Frangipani Bali ini ada di Solo, Aceh, Jakarta Timur, Pekanbaru, Jakarta  Selatan, Bojonegoro, Salatiga dan Cibubur.
   Strateginya,Lucas menawarkan biaya investasi yang lebih murah dibandingkan jaringan spa yang lain. Dengan biaya investasi Rp 35 juta, investor sudah bis memasang plang Frangipani Lulur & Spa dalam jangka waktu tiga tahun. “Untuk tiga tahun selanjutnya hanya Rp 10 juta,” katanya. Biaya ini termasuk biaya pera-latan dan kebutuhan spa.
Kalau Martha Tilaar dan SS Wulandari memilik produk sendiri, Fragipani memasok produk dari Bali,
kemudian mengemas kembali produk tersebut dengan nama Frangipani. Dengan omzet Rp 15 juta per bulan, mitra bisa balik modal dalam waktu kurang dari setahun. Ini merupakan waktu balik modal tecepat dari usaha spa. “Banyak investor
tertarik karena investasinya murah,” kata Lucas.
   Selain itu, ia juga memberi kelonggaran kepada mitra untuk menambah beberapa fasilitas sesuai keinginan. “Yang sama adalah kualitas produk, harga, dan sistemnya,” tandasnya

Waktu Balik Modal Jadi Pertimbangan Utama

Kelancaran bisnis spa, termasuk bisnis jasa dan pelayanan, sangat bergantunga pada kepuasan konsumen. Tak heran, para pemegang waralaba spa ini benar-benar memperhatikan calon terwalabanya. Seleksi pun di lakuakan dengan ketat. “Investor benar-benar yang serius. Meski kami terus memonitor, maju-mundur bisnis ini tetap ada ditangan mereka, “ kata Imansyah Sutrisno, pemilik SS Wulandari, yang mulai mewaralabakan spa tahun 2008.
Meski begitu, memang tak semua orang berminat membuka bisnis spa. Alasan pertama adalah modal besar. Kedua, waralaba spa ini biasanya memerluakn waktu sekitar dua atau tiga tahun untuk balik modal.

   Pemerhati dan konsultan waralaba dari Proverb Consulting, Erwin Halim, mengatakan, periode balik modal yang cukup lama ini menjadi pertimbangan bagi terwaralaba dalam berinvestasi di usaha ini.
   Alhasil, pertumbuhan waralaba spa yang cukup lambat ini bukan berarti tidak ada potensi perkembangan. Tengok saja, dua usah aspa yang menawarkan nilai investasi murah meriah memiliki perkembangan cukup bagus, meski bukan ukuran baku kelangsungan usahanya.
   Dalam waktu hampir dua tahun, SS Wulandari menjaring delapan terwaralaba. Sedangkan Frangipani Rumah Lulur & Spa, yang menawarkan nilai investasi lebih murah, akan membuka tujuh cabang dalam waktu kurang dari setahun.
   Erwin menyarankan, terwaralaba harus mecari lokasi yang permintaannya besar untuk bisnis spa ini. “Dugaan saya, spa ini memang pasarnya untuk menengah ke atas, kalau ada pergeseran mungkin ke kelas menengah,” tandasnya.

No comments:

Post a Comment