Friday, July 8, 2011

Prospek Laba Waralaba

  Usaha waralaba di tahun kelinci bakal makin cerah. Bahkan, omzet para pelaku usahanya bisa naik dua kali. Hanya sekali saja, pewaralaba akan semakin selektif memilih mitra. Pengusaha berharap pemerintah dapat semakin berperan dalam pengembangan waralaba.
   Dharmesta, Fahriyadi - Kontan, 29 Desember 2010

   Pemandangan awal bakal ramainya usaha waralaba tahun depan tampak dari pameran waralaba di Jakarta pada November 2010. Ketua umum Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Itta Supit Ginting mengatakan, pengunjung pameran mencapai dua kali lipat dari perkiraan awal. Pengunjung juga tak sekedar melihat-lihat, tapi juga berburu usaha waralaba yang cocok dengan mereka.
   Itta memperkirakan, omzet industri waralaba secara keseluruhan tahun ini mencapai Rp 100 triliun. “ Saya memproyeksikan tahun depan omzet waralaba bisa mencapai Rp 200 triliun,” kata dia.
 
   Erwin Halim, konsultan waralaba Proverb Consulting optimis prospek industri waralaba di 2011 nanti bakal cerah. Soalnya, waralaba di Indonesia terhitung telat dibandingkan Negara-nerara maju. “Industri waralaba kita masih dalam tahap pertumbuhan, ujarnya.
   Menurut Itta, sepanjang 2010 ini pertumbuhan waralaba cukup memuaskan karena pemainnya terus ber-tambah dan sector usaha yang makin luas. Dalam hitungan Erwin, awal 2010 lalu, jumlah waralaba dan peluang usaha mencapai 1.000 unit. Di akhir tahun, jumlah nya naik menjadi 1.200 unit.
   Di tahun kelinci, Itta memproyeksikan, bakal ramai dengan waralaba sektor makanan dan minuman, jasa, dan pendidikan. Makanan tradisional akan menjadi primadona di sektor makan dan minuman. Di bidang pen-didikan, waralaba komputer dan ke-trampilan serta pendidikan anak usia dini bakal semakin cerah di 2011 mendatang.
   Erwin pun memperkirakan, pada 2011 yang tinggal menghitung hari saja, waralaba ritel, makanan dan minuman, serta pendidikan bakal banyak peminat. “ Meski sudah banyak ritel di kota-kota besar, minimarket akan menyasar ke kota kabupaten, “ ujar Erwin.
   Erwin melihat akan banyak calon terwaralaba yang berminat di wara-laba makanan tradisional. Karena biasanya investasi waralaba makanan tradisional lebih murah ketimbang makanan asing.
   Wakil ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang UKM, Koperasi dan Industri Kreatif, Budiyanto Linggowiyono mengung-kapkan, bisnis waralaba kuliner di 2011 nanti akan tetap menjadi primadona. Ia memproyeksikan, makanan tradisional Indonesia akan lebih banyak mewarnai pasar kuliner nasional, dan waralaba menjadi cara paling efektif untuk membesarkan usaha tersebut. “ Makanan tradisional dengan pengemasan modern akan jadi bisnis waralaba unggulan di 2011,” ucapnya.
   Budyanto juga melihat usaha jasa, seperti pendidikan dan kesehatan, menawarkan ceruk usaha yang menarik dan potensial. Dari sisi kualitas, Itta memperkirakan, tahun depan usaha waralaba bakal lebih baik. Para pemain di bisnis ini adalah orang-orang muda yang mempunyai strategi pemasaran dan produksi yang jelas.
Selektif memilih mitra
   Tetapi Itta menambahkan, pewaralaba bakal lebih selektif memilij terwaralaba. Tetapi, “Para pewaralaba harus terus berinovasi dan mengikuti tren,” pesannya.
   Cuma, Itta berharap, pemerintah harus berperan lebih aktif dalam pengembangan usaha waralaba. Soalnya, selama ini, peraturan pemerintah hanya mengikuti perkembangan waralaba.
   Itta mencontohkan, waktu ppendaftaran hak intelektual di-persingkat menjadi kurang dari setahun. Harapannnya, pemerintah membantu pelatihan dan kesempatan pameran di dalam dan luar negeri, sehingga usaha kecil menengah in punya pelunag tumbuh.
   Erwin membandingkan, pemerintah Malaysia membantu promosi dengan membayar tiket akomodasi pewaralaba yang pameran di luar negeri. Pemerintah Malaysia juga menyediakan kredit untuk waralaba. Ia pun berharap, pemerintah bisa lebih fleksibel dengan peraturan lima tahun sebelum usaha me-nawarkan waralaba.
   Harapan Erwin lainnya, pelaku usaha boleh menawarkan waralaba meski baru tiga tahun, asalkan usahanya bagus. Ia melihat pertumbuhan usaha waralaba di negara kita bisa sedikit terhambat dengan rnecana pemerintah membatasi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.


No comments:

Post a Comment