Tuesday, July 12, 2011

Waralaba Lele Makin Menggeliat


Potret terbaru bisnis waralaba restoran dengan menu andalan ikan lele

Gloria Natalia,
Mona Tobing, Kontan, 08 Januari 2011   

        LELE tidak lagi dianggap sebagai makanan pinggiran yang cuma dijual di warung kaki lima. Ikan berkumis ini sudah masuk ke restoran dan menjadi lezat yang diolah dengan pelbagai bumbu yang mengundang selera.
       Jumlah restoran yang mengangkat ikan lele menjadi menu andalan ternyata berkembang pesat. Hal ini, salah satunya lantaran pengolahan lele ikan bumbu dan kreativitas para pengusaha kuliner.Anda yang ingin menjadi mitra waralaba restoran yang menyajikan lele sebagai menu utama, tidak ada salah nya melihat kembali tiga pewaralaba yang pernah ditulis KONTAN sebelumnya.
*    Pecel Lele Lela

    Pecel Lele Lela menyediakan beragam menu lele. Seperti, lele fillet goreng tepung, lele saos padang, lele fillet kuah tom yam, dan lele fillet lada hitam. Mereka menjual seporsi makanan aneka ikan lele dengan haraga Rp 12.000.
   Dengan aneka menu serba lele itu, Rangga Umara berhasil mengibarkan bisnis Pecel Lele Lela. Kini ada 11 mitra dan 27 cabang berbendera Pecel Lele Lela di Jakarta hingga Bali. Dari 11 mitra itu ada yang berencana membuka gerai lagi. “Bahkan, ada seorang mitra lama kami yang punya empat cabang dan akan bukan lagi di Bali,” ungkap Rangga.Pecel Lele Lela juga memiliki mitra yang akan membuka gerai baru di Medan, Sumatera Utara. Sementara, di Purwokerto, Jawa Tengah, baru saja satu gerai berdiri.
   Rangga juga menggandeng konsultan usaha untuk menentukan indikatorindikator pemilihan lokasi dan performa mitra. “Jadi, ketika mitra ingin buka lagi gerai akan kami survey lokasi dan menganalisanya lewat konsultan itu,” papar pemilik Pecel Lele Lela itu. Dia juga bakal menganalisa strategi penjualan dan pemasaran.
   Bagi Anda yang ingin berkongsi dengan Pecel Lele Lela yang berdiri sejak 2006 ini,Rangga mendongkrak nilai investasi kemitraan. Awalnya, investasinya Rp 54 juta untuk kerjasama selama lima tahun. Tapi mulai tahun ini investasi naik menjadi Rp 75 juta untuk empat tahun. “Investasi naik karena nilai merek semakin tinggi dan sudah dikenal banyak orang,” katanya.
   Rangga menilai rasa masakan Pecel Lele Lela semakin akrab di lidah banyak orang. Ia bercerita, saat Pecel Lele Lela baru di Purwokerto, dalam satu hari saja omzetnya mencapai Rp 10 juta atau Rp 300 juta per bulan. Padahal
Rangga menargetkan omzet mitra baru yang baru buka minimal Rp 100 juta per bulan.
   Tak hanya di Purwokerto, banyak mitra yang baru buka di kota lain mampu mengantongi omzet Rp 150 juta hingga Rp 280 juta saban bulan.
    Itu sebabnya, Rangga optimis, Pecel Lele Lela juga dapat hidup di kota-kota kecil. Apalagi masyarakat melihat masakan lele sebagai sajian yang unik.
   Berangkat dari pandangan ini, ia menargetkan membuka 17 gerai baru tahun ini.
Bahkan, dia tengah mengkaji mitra yang hendak buka di Penang, Malaysia dan Jeddah Arab Saudi. “Kami menyapa
orang-orang Indonesia yang bermukim disana. Semoga saja tahun ini dapat buka,” kata Rangga.
*    Lele Saurus

   Ketika KONTAN mengupas waralaba ini pada Agustus 2010, Lele Saurus baru memiliki tiga mitra. Saat ini, merek sudah punya enam mitra. Empat terbesar si Yogyakarta dan Jawa Tengah, dua di Jakarta dan Batam.
   Andreas Andi Banyu, pemilik Lele Saurus, mitranya bertambah karena minat masyarakat mengonsumsi lele semakin tinggi. Selain itu, Lele Saurus juga terus berinovasi di menu masakan lele.
    Rasa kedua makanan ala asing itu tentu saja disesuaikan dengan lidah orangIndonesia. Sekarang, jumlah menu Lele Saurus telah bertambah dari sebelumnya 32 menjadi 60 jenis. Menu baru andalannya, lele lombok hijau dan lele oseng mercon yang bercita rasa pedas.
   Meski rasa dan menu kian beragam, Andreas tidak mengerek harga jual. Jadi, masih terjangkau kantong, Rp 6.000 hingga Rp 50.000 per porsi.
   Andreas mengklaim, keenam mitranya mengambil paket restoran selalu bisa melewati target omzet Rp 60 juta per bulan. Bahkan, “Gerai di Jakarta bisa tembus Rp 130 juta per bulan dan Rp 70 juta di Jawa Tengah,” ujarnya.
   Pendapatan yang tinggi itu membuat Andreas kian semangat memasarkan waralaba Lele Saurus. Apalagi, banyak permintaan dari pulau seberang, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Bali. Andreas menargetkan, Lele Saurus bakal berdiri di tiga pulau itu di masa yang akan datang.
   Dia pun mengubah tipe gerai yang tadinya terbagi dalam tiga jenis, yakni mini resto, medium, dan resto, hanya menjadi konsep restoran. Dengan nilai investasi Rp 55 juta, mitra mendapatkan bahan baku, papan nama, seragam, karyawan dan brosur.
   Sedangkan penyediaan bahan baku ikan lele, pemilihan lokasi restoran, peralatan dapur dan makan, serta meja dan kursi ditanggung mitra. Si mitra juga akan mendapatkan pasokan bahan baku dari Lele Saurus. “Mitra tinggal memesan dan membayar bahan baku sesuai kebutuhan restoran tiap bulan,” kata Andreas. Dia membebankan ongkos kirim ke mitra.

*    Mbah Jingkrak

   Waralaba satu ini tidak hanya terkenal dengan pedasnya ayam rambut setan dan gurihnya ayam bakar. Menu andalan lain yang juga selalu jadi incaran konsumen adalah lele penyet dan lele kobong.
   Lelel kobong adalah lele yang diasap lalu dipenyet dengan sambal terasi. Masing-masing menu harganya cuma Rp 11.000 per porsi. “Kedua menu ini selalu dicari pembeli terutama lele kobong,”ujar Executif Chef Mbah Jingkrak Darmawan.
   Mbah Jingkrak yang menawarkan waralaba sejak 2006 ini memiliki 11 waralaba di Pulau Jawa. Darmawan mengungkapkan, pertengahan Januari ini, akan buka lagi gerai di Jalan Veteran, Jakarta Pusat dan di Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan pada pertengahan Februari nanti.
    Di Maret 2011, Mbah Jingkrak bakal melebarkan sayap ke Bumi Serpong Damai (BSD) dan Palembang pada Juni 2011. Menyusul kemudian gerai baru di Bali.Dengan nilai investasi sebesar Rp 320 juta, Mbah Jingkrak akan menyediakan menu makanan, tiga sampai empat koki terlatih, pelatihan karyawan, pendampingan operasional selama sebulan pertama bagi para mitranya.

Tak Cuma Soal Rasa, Tapi Juga Penyajian

IKAN lele sudah menjadi salah satu menu favorit sebagian masyarakat Indonesia. Selain harganya yang murah, rasa ikan berumis ini gurih serta mengandung protein dan lemak yang tinggi yang tinggi. Tak heran, banyak bertebaran warung-warung pecel lele di pinggirpinggiran jalan, mulai kota-kota besar hingga kota-kota kecamatan.
   Tak hanya menjadi menu warung kaki lima, lele juga hadir di restoran besar. Imaji ikan bernama Latin Clarias Gatiachus ini naik kelas. Erwin Halim dari proverb consulting mengatakan, masuknya ikan lele menjadi menu utama di restoran besar telah membuktikan, bahwa minat mengkonsumsi ikan berwarna hitam keabu-abuan itu terbilang tinggi.
   Menurut Erwin, ikan lele memang telah menjadi pilihan lauk bagi sebagian masyarakat, sehingga peluang bisnis kuliner ikan ini cukup menjajikan.Mitra-mitra baru yang tumbuh dari restoran-restoran yang menjual menu utama ikan lele juga membuktikan, pasar kuliner ikan ini terbilang cerah.
   Apalagi, para pelaku usaha pintar membuat variasi menu baru dari ikan lele. Tentu saja, “Ini akan menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri untuk me-menangkan pasar kuliner di Indonesia,” ungkap Erwin.
   Hanya saja, Erwin menambahkan, meski telah banyak menumbuhkan mitra-mitra baru, para pengelola waralaba restoran dengan menu utama ikan lele harus tetap memperhatikan kualitas rasa, pelayanan yang baik, dan mampu mengubah imaji ikan lele yang dikenal sebagai ikan pemakan kotoran ini menjadi makanan favorit, “Misalnya, perlu ada variasi dari menu-menu ikan serta pengemasan, penyajian, dan pengolahan ikan lele tersebut.” Ujarnya.

No comments:

Post a Comment